Mengais Tujuan Dibalik Strategi Kampanye Untuk Tidak Berkampanye Prabowo Gibran
Oleh: WA Wicaksono, Analis Iklan dan Pencitraan
Membuat strategi kampanye pemenangan dan menjalankannya dengan baik untuk meraih kemenangan, merupakan tantangan besar bagi setiap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang berlaga pada kontestasi Pilpres 2024 sekarang. Uniknya, di tengah dinamika politik yang semakin kompleks sekarang ini, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah memilih pendekatan yang menarik dalam menyikapi agenda masa kampanye yang telah ditentukan KPU. Ketika para pesaingnya bergegas memanfaatkan pembukaan masa kampanye resmi yang telah ditetapkan KPU, mereka berdua kompak memilih untuk tidak berkampanye secara langsung. Dus, tentu saja strategi ini mengundang perhatian dan memicu berbagai spekulasi. Mengapa keduanya memilih untuk tidak melakukan kick-off kampanye di awal masa kampanye?
Seiring dimulainya aktivitas kampanye resmi oleh calon presiden lain yang secara aktif tampil di berbagai acara publik, Prabowo dan Gibran justru memilih untuk tetap menjalankan aktivitas pekerjaannya. Mereka seolah-olah tidak terpengaruh oleh suasana politik yang semakin memanas saat ini. Tentu saja, pilihan ini menarik perhatian banyak pihak, pasalnya dalam tradisi politik, kampanye dianggap sebagai salah satu tahap awal yang krusial untuk membangun dukungan dan menarik perhatian pemilih.
Jika dikaji lebih mendalam, salah satu aspek menarik dari strategi ini adalah pembentukan citra bahwa seolah-olah keduanya lebih fokus pada tugas dan tanggung jawab pekerjaan mereka daripada mengejar keinginan politik. Tujuan dari sikap ini tentu saja ingin menciptakan kesan bahwa mereka tidak terlalu ambisius atau terlalu terpaku pada kepentingan pribadi. Kedua tokoh ini seakan-akan berbicara dengan tindakan, menunjukkan bahwa mereka lebih memprioritaskan pelayanan dan kinerja dalam posisi mereka saat ini.
Tentu saja kita tidak boleh terkecoh. Di balik ketidakmunculan mereka di panggung kampanye, tentunya ada aspek yang menarik untuk diperhatikan. Pasalnya dibalik keputusan untuk tidak secara terbuka berkampanye, sebenarnya Prabowo dan Gibran telah diberikan izin untuk mengajukan cuti kampanye oleh presiden. Dus hal ini menimbulkan pertanyaan: Apakah ini hanya taktik politik ataukah ada pertimbangan khusus di balik keputusan tersebut?
Muncul beberapa berpendapat bahwa keputusan untuk tidak langsung terlibat dalam kampanye adalah langkah bijak untuk menghindari kelelahan publik yang mungkin timbul, jika kampanye dimulai terlalu awal. Dengan tetap fokus pada pekerjaan mereka, keduanya dapat mempertahankan kesan kematangan dan keseriusan dalam menjalankan tugas-tugas mereka saat ini.
Di sisi lain, beberapa pihak melihat ini sebagai upaya untuk mempertahankan citra tanpa noda, menghindari potensi kontroversi atau serangan politik yang mungkin muncul selama masa kampanye. Dengan tidak berkampanye secara terbuka, Prabowo dan Gibran dapat menghindari pertarungan verbal yang mungkin memanas dan memilih untuk menempatkan diri mereka di posisi yang lebih netral.
Namun demikian, perlu dicatat bahwa strategi tidak berkampanye ini juga dapat memiliki risiko. Mereka berisiko kehilangan momentum awal dalam membangun dukungan publik dan mungkin harus bekerja ekstra keras untuk mendapatkan perhatian di masa-masa akhir kampanye nanti.
Sejalan dengan terus bergulirnya masa kampanye yang telah berjalan, kita dapat melihat bagaimana strategi unik ini akan memengaruhi pandangan publik terhadap Prabowo dan Gibran. Apakah mereka dapat menjaga momentum dan membalikkan perhatian publik dengan keputusan ini, ataukah risiko yang terkait dengan ketidakmunculan awal mereka akan berdampak negatif pada kampanye mereka? Waktu yang akan memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut. Mari kita nantikan saja. Tabik.
Gerakan "Blokir Jokowi" Mulai Bergulir, Paradoks Clicktivism Indonesia?
Oleh: WA Wicaksono, Storyteller, Analis Iklan dan PencitraanDisinyalir warganet Indonesia mulai kembali beraksi. Kali ini, Gerakan "Blokir...
Kenaikan PPN 12% Produk Hukum Tahun 2021 Kebijakan Pemerintahan Lama, Baleg DPR Gerindra : Hentikan Pembohongan Publik
JAKARTASATU.COM-- Ketua Baleg DPR RI Gerindra, Bob Hasan ...
ColonUS
Oleh Agung Marsudi
DURI INSTITUTE
USAI mengikuti peluncuran buku berjudul “Neokolonialisme AS di Asia: Perspektif Indonesia” di Wisma Daria, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (20/12). Gayung bersambut,...
Sebelas Duabelas Disajikan Tanpa Logika
Cerpen
Wahyu Ari WicaksonoLagi-lagi ini sebuah cerita komedi dari sebuah negeri khayalan yang disebut Wakanda. Di tengah masyarakat yang hidup dalam...
Bom Waktu Peninggalan Jokowi
By: Syafril Sjofyan
Salah satu bom waktu yang ditinggalkan Jokowi adalah utang. Ditimbun secara ugal-ugalan. Sekarang Prabowo menaikkan pajak (PPN 12%)....