He is not a chicken
Agung Marsudi
Duri Institute
GADUH di kandang banteng, antara Mega dan Jokowi, hingga membuat ‘banteng ketaton’ membawa efek kemana-mana. Gonjang-ganjing pun cepat menyebar, sengaja dimubalkan. Banteng-banteng meracau.
Mendadak semua bicara pengkhianatan, pelanggaran HAM, kecurangan, menuduh orde baru. Teriakan yang seperti menepuk air di dulang terpercik muka sendiri.
Era politik kekuasaan reformasi sudah 25 tahun, artinya sudah seusia orde baru dan orde lama. Kenapa kelompok yang mengaku reformis masih selalu menuduh pemerintahan masa lalu Indonesia. Sementara ‘mereka’ telah menjadi bagian dari binalitas kekuasaan dan menikmati banalitas korupsi yang sama, bahkan lebih parah.
Dari kandang banteng, lahir politik error.
Catatan ini diberi judul, ‘He is not a chicken’, siapa dia rupanya? Meminjam istilah Seno Gedhe, Boyolali, yang katanya guru politiknya Jokowi, “Kuwi karepe Mbilung, Togog rung karuan gelem”. Siapa yang Mbilung, siapa yang Togog? Seno Gedhe pasti tahu jawabannya.
Meski saya juga menerka jawabannya dari Seno Gumira Ajidarma, di bukunya ‘Kentut Kosmopolitan’.
Indonesia berisi kentut jutaan orang. Termasuk di dalamnya adalah kentut gagasan, kentut harapan, dan kentut keputusasaan.
Bang bang tut! Siapa yang kentut?
Ngaku demokrasi tapi ketuanya gak pernah ganti-ganti. Mau benar sendiri, mau menang sendiri.
Solo, 3 Desember 2023