Andi Syahputra: Debat Capres Itu Matematis, Semua Diukur dengan Angka-angka Voters
JAKARTASATU.COM— Waksekjen Tim Hukum Nasional AMIN dan Direktur Direktorat Pelanggaran dan Perlindungan Saksi Tim Pemenangan Nasional AMIN Andi Syahputra menyatakan pemaparan dari masing-masing capres memang cukup beragam namun sepertinya mereka bertiga sudah paham bahwa debat capres adalah bukan hanya sekadar medium penyampaian visi misi. Sehingga bertiga hanya menyampaikan materi-materi berupa penggalan visi yang diselipkan dalam setiap jawaban. Demikian wawancara dengan Jurnalis Jakartasatu, Rabu 13/12/2023
Lanjut Andi tapi kita mesti pahami bahwa debat capres adalah medium untuk mengais peningkatan dukungan elektoral. Hal ini yang ditangkap oleh Anies di mana dia menganggap bahwa setiap pertanyaan da jawaban punya nilai matematis. Kesannya memang jadi matematis, tapi itulah politik. Setiap isu, pertanyaan, jawaban bahkan gestur diukur dengan angka² voters.
“Seperti semalam waktu nyenggol isu KM50 dan Kanjuruhan, saya asumsikan ini dalam rangka mengkonsolidasikan pemilih (publik) yang memang sudah muak dengan partai coklat. Walau saya yakin, jika Anies terpilih ke dua isu itu ga bakal beres juga.. beraatttt..” tandasnya
“Begitu pula dengan Prabowo yang sedari awal terkesan tegang lantaran mesti menahan kebiasaan emosionalnya sehingga dia mengalami kesulitan dalam menjawab yang kerapkali hanya menjawab kurang dari dua menit dari waktu yang disediakan. Jawaban Prabowo terkesan datar dan normatif tanpa menyelipkan dengan gagasan maupun program yang ditawarkan,” ungkap Andi
Menurut Andi yang nobar di Posko Pejuang AMIN jln Pandeglang Menteng Jakarta Pusat mengatakan, sementara Ganjar lebih memilih pada posisi moderat, tenang dan penyimbang sehingga merasa dengan begitu mudah untuk menyampaikan gagasan dan program yang ditawarkan.
Andi mengemukakan ketegangan capres no. 2 tampak terlihat jelas sehingga setiap pertanyaan kritikal dari Anies maupun Ganjar dimaknai sebagai tindakan menghujat. Perdebatan semalam jangan dibawa kepada perspektif subjektif emosional dengan distingsi tuduhan negatif tapi pahami dengan perspektif elektoral. Sulit rasanya politik dibawa dengan perasaan subjektif seseorang. Bisa ambyar negara ini. Sebab memancing emosi dalam suatu perdebatan merupakan strategi untuk membuka kedok asli capres yang perlu diketahui oleh publik sebagai pemilih.
Menurut Andi, dalam sisi penyampaian materi secara proporsional pasti semua sepakat Anies lebih banyak memberikan jawaban secara proporsional dengan disertai data.
“Terlihat ketika pertanyaan kritikal soal tingkat polusi Jakarta tertinggi saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta maupun sikapnya terhadap IKN. Semua dijawab secara proporsional by data,” jelas Andi
Andi Uangkapkan penjelasan dan jawaban capres no. 3 pun demikian. Ganjar menjawab dengan baik dan secara proporsional .
“Sementara capres No. 2 terkesan tak fokus dengan apa yang dijelaskannya lantaran ingin menampilkan teaterikal sebagai sosok jenaka yang diberikan legacy oleh Jokowi untuk membangun Indonesia ke depannya. Makanya tak heran bila capres No. 2 beberapa kali berlaku seperti bayang-bayang Jokowi bahkan mendeklarasikan bahwa hanya Jokowi yang terbaik,” pungkasnya. (Yoss)