ig@aniesbaswedanmuhaiminamin
ig@aniesbaswedanmuhaiminamin

Etik Memang Dimulai dari Kepala

Oleh: WA Wicaksono
Analis Iklan dan Pencitraan
Nyamuk pers memang selalu lincah bergerak dalam mengejar informasi yang sedang dibutuhkan masyarakat. Begitu kasus ucapan “Ndasmu Etik” yang dilontarkan Prabowo saat acara Partai Gerindra viral dan menjadi polemik di khalayak umum, para wartawan bergegas meminta pendapat Anies Baswedan.
Pasalnya, Anieslah yang kemungkinan menjadi sasaran dari tujuan ucapan “Ndasmu Etik” tersebut dilontarkan. Boleh jadi memang pertanyaan Anies terkait keputusan MK yang melanggar etik kepada Prabowo pada saat Debat Capres itulah yang membuat “Ndasmu Etik” terucap secara spontan oleh Prabowo di depan pertemuan partai Gerindra.
Dan wartawan tak perlu menunggu waktu lama untuk mendengar komentar Anies terkait hal tersebut. Secara tenang, sederhana, taktis dan masuk akal, Anies menjawab bahwa soal etik memang dimulai dari kepala. Kenapa masuk akal? Karena kata “Ndas” dalam bahasa Jawa memang berarti kepala. Meskipun, sebenarnya kata ini hanya pantas ditujukan untuk menyebut kepala binatang saja dan bisa berarti sangat kasar jika ditujukan pada manusia.
Namun jawaban Anies terkesan cerdas dan niremosi. Ungkapan “Etik memang dimulai dari kepala” merupakan  cerminan bahwa gagasan menegenai prinsip-prinsip etika dan perilaku yang baik memang bermula dari pikiran atau kepala seseorang. Dengan kata lain, jika pikiran atau kepala seseorang sudah benar, maka perilakunya pun pastilah baik-baik saja.
Tentu saja, pentingnya kesadaran akan etika dalam kehidupan sehari-hari tidak bisa diabaikan begitu saja. Etika bukan hanya dipegang sebagai sebatas aturan atau norma yang diterapkan secara eksternal semata, tetapi juga berkaitan erat dengan nilai-nilai yang ditanamkan dalam pikiran seseorang. Itulah alasannya kenapa jawaban Anies “etik memang dimulai dari kepala” sangat bisa diterima dalam konteks etika yang dimaksud.
Pertama-tama, pikiran yang benar mencakup kesadaran akan nilai-nilai moral. Ketika seseorang memiliki pemahaman yang baik mengenai apa yang benar dan salah, dia cenderung membuat keputusan yang lebih etis. Contohnya, kesadaran akan pentingnya kejujuran, integritas, dan tanggung jawab dapat membimbing seseorang untuk mengambil tindakan yang mendukung etika.
Selain itu, pikiran yang benar juga mencerminkan kemampuan untuk berempati dan memahami pandangan orang lain. Dengan memiliki pandangan yang terbuka dan kemampuan untuk melihat suatu situasi dari berbagai perspektif, seseorang dapat menghindari tindakan-tindakan yang mungkin melanggar etika atau menyakiti perasaan orang lain. Kesadaran akan dampak sosial dan moral dari tindakan-tindakan tersebut menjadi kunci untuk menjaga etika dalam interaksi sehari-hari.
Tidak hanya itu, pikiran yang benar juga mencakup kontrol diri dan pengendalian emosi. Dalam banyak situasi, kemarahan atau ketidakpuasan pribadi dapat membawa seseorang untuk melanggar norma-norma etika. Oleh karena itu, memiliki kemampuan untuk mengelola emosi dan bertindak secara rasional dapat mencegah terjadinya tindakan-tindakan yang tidak etis.
Dalam konteks kepemimpinan, pentingnya etika yang bermula dari kepala menjadi semakin jelas. Pemimpin yang memiliki pikiran yang benar akan mampu memberikan contoh yang baik kepada bawahannya. Mereka tidak hanya mengedepankan kepentingan pribadi, tetapi juga mengutamakan keadilan, kebenaran, dan keberlanjutan. Pemimpin dengan pikiran yang benar cenderung menciptakan lingkungan kerja yang etis dan memberikan inspirasi positif kepada timnya.
Karena itu meskipun dilontarkan secara santai ungkapan  “Etik memang dimulai dari kepala” yang diucapkan Anies merupakan sebuah pernyataan yang memiliki implikasi mendalam dalam kehidupan sehari-hari. Pasalnya, kesadaran akan etika, nilai-nilai moral, empati, dan kontrol diri yang berasal dari pikiran yang benar itulah yang akan membentuk dasar dari perilaku etis. Dus, mari bersama-sama mengutamakan pikiran yang benar sebagai pondasi untuk menciptakan masyarakat yang lebih etis dan beradab. Tabik.