Ilustrasi pemanis opini | fb@wahyuriani
Ilustrasi pemanis opini | fb@wahyuriani

Spanduk Rakyat: Simbol People Power yang Gagah dalam Kemiskinan

Oleh: WA Wicaksono
Analis iklan dan pencitraan
Ungkapan jawa, “ono rego ono rupo” yang dalam bahasa Indonesia berarti “ada harga ada rupa/wujudnya”, memang benar-benar bisa kita rasakan pada masa-masa kampanye di setiap hajatan demokrasi nasional Indonesia yaitu pemilihan umum (pemilu), baik pemilihan presiden (pilpres), pemilihan anggota legislatif (pileg), maupun pilkada.
Spanduk Anti Moneypol| IST
Spanduk Anti Moneypol| IST
Lihat saja, bagaimana pilpres 2024 di Indonesia bisa menjelma sebagai panggung bagi para kandidat capres-cawapres untuk unjuk gigi dalam meraih dukungan publik dengan berbagai cara dan media bahkan jor-joran kerahkan kekayaan dana yang mereka miliki.
Alhasil jalannya dinamika kampanye menjadi semakin kompleks dan kebutuhan biaya yang luar biasa besarnya,  tidak bisa terelakkan lagi. Ketika biaya pesta demokrasi meroket semakin mahal dan biaya kampanye semakin melejit tinggi, maka munculnya fenomena spanduk rakyat menjadi gebrakan menarik. Sebuah gebrakan yang bisa dibilang mampu menggambarkan potensi kreativitas dan semangat partisipasi masyarakat dalam proses demokrasi yang tengah berlangsung.
Biaya Kampanye Mencekik
Tentunya kita semua sudah memahami bahwa sebagai sebuah negara demokratis, Indonesia sejak kemerdekaannya telah menggelar hajat pemilihan umum secara rutin, termasuk Pemilihan Presiden yang dilakukan setiap lima tahun. Namun lagi-lagi, fenomena biaya kampanye yang tinggi menjadi salah satu tantangan utama bagi calon presiden dan partai politik dalam berperan aktif. Kebutuhan kampanye yang notabene memerlukan dana besar untuk belanja iklan, menggelar acara, dan memobilisasi massa, membuat kontestan yang kurang dana akan kesulitan untuk mampu bersaing secara setara, adil dan seimbang.
spanduk rakyat | IST
spanduk rakyat | IST
Walaupun secara teori maupun fakta bahwa kepemilikan dana kampanye yang berlimpah, bukan berarti menjamin diraihnya kemenangan di tangan, namun dalam sebuah pertarungan ketidaseimbangan dana ini menjadikan pertarungan yang berjalan terasa agak njomplang.
Memang, sejarah pemilu di berbagai negara telah membuktikan bahwa dana benar bukan satu-satunya faktor penentu kemenangan. Banyak faktor-faktor lain seperti popularitas, integritas, dan kapabilitas kandidat yang notabene memiliki pengaruh besar terhadap hasil akhir pemilihan yang digelar. Bahkan pada beberapa kasus tertentu, justru Keterbatasan dana yang ada, mampu memicu munculnya kreativitas dan strategi alternatif yang ternyata justru jitu dan ampuh untuk memenangkan hati pemilih yang ada.
Spanduk Rakyat Bukan APK Biasa
Pada Pilpres 2024 kali ini, kita bisa melihat munculnya spanduk rakyat sebagai solusi alternatif yang kreatif dari para pendukung pasangan capres-cawapres no urut 1: Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN), yang konon katanya sangat kekurangan biaya karena berasal dari pihak yang oposisi terhaadap pemerintah.
Untuk menutupi masalah ketiadaan donatur atau bohir dalam mengatasi keterbatasan biaya kampanye, konon masyarakat pendukungnya pun mengambil peran aktif dengan menciptakan fenomena baru yang disebut “Spanduk Rakyat.”
spanduk rakyat2 | IST
spanduk rakyat2 | IST
Spanduk rakyat ini bukan hanya berfungsi sebagai alat peraga kampanye biasa lho. Ternyata, spanduk rakyat ini justru bisa menjadi simbol people power yang mencerminkan semangat partisipasi dan perlawanan rakyat. Pasalnya, spanduk ini bukanlah produk kampanye resmi, melainkan hasil inisiatif warga yang ingin turut serta dalam proses demokrasi.
Spanduk rakyat menjelma sebagai simbol perlawanan dan kebangkitan kaum grassroot. Kemunculan spanduk rakyat tidak lagi sekedar menjadi alat untuk menyuarakan dukungan terhadap kandidat tertentu, melainkan juga menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap birokrasi dan kekuasaan yang mungkin dianggap jauh dari kebutuhan dan aspirasi rakyat, sekaligus menjadi simbol kebangkitan golongan grassroot yang terkadang merasa diabaikan oleh elite politik.
Perubahan Paradigma
Pada perkembangannya, fenomena spanduk rakyat bukan lagi hanya sekedar wujud respons terhadap keterbatasan dana semata, tetapi juga menciptakan dampak positif dalam proses demokrasi. Kemunculannya menjadikan masyarakat yang terlibat secara langsung dalam kampanye menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap pilihan politiknya. Hal ini tentunya juga merubah paradigma politik, sekaligus menggeser fokus dari uang dan iklan kepada partisipasi aktif masyarakat.
Dus, kemunculan fenomena spanduk rakyat di kampanye Pilpres 2024 memang bukan hanya sebagai bentuk kreativitas dalam mengatasi keterbatasan dana semata, tetapi juga menjadi simbol people power, perlawanan rakyat, dan kebangkitan golongan grassroot. Karena itu menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam proses politik tidak lagi terbatas pada uang dan iklan semata, melainkan menjadi gerakan bersama untuk menciptakan demokrasi yang lebih inklusif dan berbasis pada kebutuhan rakyat. Fenomena ini juga menjadi suatu dorongan untuk merefleksikan kembali esensi demokrasi dan peran aktif warga dalam mengambil bagian dalam menentukan arah negara. Tabik.