Kekayaan alam yang luar biasa yang dimiliki Kaltim tidak perlu diragukan lagi, tidak hanya sumber daya alam, melainkan juga kekayaan energi yang terbarukan juga melimpah di Kaltim, seperti potensi energi udara, matahari, panas bumi dan lainnya.
Menurut Outlook Energi Indonesia yang dirilis Dewan Energi Nasional (DEN), Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 3.643 gigawatt (GW).
Energi terbarukan memiliki berbagai kelebihan yaitu sumber daya yang tidak pernah habis dan tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Salah satu daerah yang memiliki potensi energi terbarukan yang melimpah adalah Provinsi Kalimantan Timur, dikutip dari beritakaltim.co .
Potensi Energi Terbarukan Kalimantan Timur Dilaporkan dari situs web Layanan Informasi dan Investasi Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Lintas EBTKE) besutan Kementerian ESDM, potensi energi terbarukan di Kalimantan Timur mencapai sekitar 34.105 GW.
Masih menurut Lintas EBTKE, berikut potensi energi terbarukan di Provinsi Kalimantan Timur menurut jenis sumbernya.
Energi udara: 16.844 GW (bersama Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah)
Energi minihidro dan mikrohidro: 3.562 GW
Energi surya: 13,47 GW
Energi angin atau bayu: 212 megawatt (MW)
Panas Bumi: 17 MW
Menyikapi hal itu Pemprov Kaltim bekerja keras untuk menyediakan kebutuhan dasar masyarakat Kaltim, salah satunya menyediakan kebutuhan listrik masyarakat pedalaman, melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan mengalokasikan anggaran sebesar Rp54 miliar.
“Kita memperkirakan beberapa daerah yang belum mendapatkan fasilitas penerangan listrik, bisa segera menikmati aliran listrik dengan PLTS,” kata Gubernur Isran Noor sebelum melanjutkan jabatannya.
Program lainnya adalah membangun instalasi biogas dengan alokasi Rp700 juta dan membangun Penerangan Jalan Umum Tenaga Surya (PJUTS) dengan alokasi Rp2,7 miliar.
PJUTS terdapat 55 unit di Desa Long Hubung, Kecamatan Long Hubung hingga Data Bilang, Kabupaten Mahakam Ulu.
PLTS juga dibangun di Desa Deraya dan Lemper Kecamatan Bongan Kutai Barat sebanyak 206 rumah, kapasitas 70,16 Kwp. Pembangunan PLTS Long Sului Kecamatan Kelay Berau 116 rumah kapasitas 41,49 Kwp.
Pembangunan PLTS Desa Matalibaq Kecamatan Long Hubung Mahulu 370 rumah 92,97 Kwp. Pembangunan PLTS Dusun Mului Desa Swanselutung Kecamatan Muara Komam Paser 69 rumah 23,07 Kwp.
Pembangunan PLTS Desa Ujoh Halang Kecamatan Long Iram Kubar 95 rumah 37,94 Kwp.
Pembangunan Revitalisasi PLTS Terpusat Desa Labuang Kallo Kecamatan Tanjung Harapan Paser 96 rumah 27,50 Kwp.
55 Titik Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap Tanpa Baterai di Kota Samarinda 30 Kwp.
Semua pembangunan tersebut telah selesai, sehingga masyarakat di pedalaman Kutai Barat, Mahakam Ulu dan Kutai Timur dapat menerima penerangan listrik.
“Artinya, pembangunan tidak hanya dilakukan di perkotaan, tetapi juga sampai ke pedalaman,” papar Isran Noor.
Pembangunan untuk memasok kebutuhan listrik juga dilakukan dengan biogas Kampung Linggang Bigung Kecamatan Linggang Purwodadi, Kabupaten Kutai Barat sebanyak 20 unit. Kemudian Desa Margomulyo, Kecamatan Rantau Pulung, Kutai Timur 8 unit.
Meski letaknya jauh dari kota, tepatnya 7 jam dari Tanjung Redeb, Desa Teluk Sumbang tak tertinggal oleh teknologi pencahayaan. Sebab, ada pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dikelola oleh penduduk desa.
Operator PLTS Ahmad mengisahkan pembangkit listrik ini baru dibangun pada tahun 2017 lalu. Namun beroperasi sejak 2018. Sebelum ada PLTS, masyarakat yang ingin menikmati listrik harus menggunakan mesin diesel atau genset baru pribadi.
“Ada 1.500 panel surya. Pembangkit ini mampu menghasilkan daya listrik 400 Kwh. Namun selama ini yang digunakan baru 30 Kwh,” terang Ahmad saat kunjungan jurnalistik FCPF Carbon Fund beberapa waktu lalu.
Achmad menyebut, PLTS ini murni menggunakan panel surya tanpa bahan bakar minyak (BBM) sedikit pun. Tentunya ramah lingkungan dan energi.
PLTS ini milik swasta yang dikelola oleh Desa Teluk Sumbang. Ada 130 lebih pelanggan, semuanya berasal dari Desa Teluk Sumbang saja.
“Pembayarannya menggunakan sistem voucher. Harganya Rp 1.460 per Kwh,” ungkap Achmad.
Ahmad mengatakan operasional PLTS saat ini sudah 24 jam. Selama ini tidak ada kendala dalam alat. Kendala hanya pada perluasan jaringan karena kontur wilayah desa yang berbukit dan jauh.
Ketika hujan juga tidak masalah, kecuali hujannya seharian, mesin bisa drop. Namun distribusi listrik masih bisa berjalan karena ada penyimpan daya atau biasa disebut baterai. Daya yang disimpan cukup untuk mengaliri listrik semalaman.
“Untuk perawatannya, cukup dibersihkan saja dari rumput dan kotoran,” jelas Achmad lelaki berusia 31 tahun tersebut.
Kekayaan alam sebagai sumber energi terbarukan yang bisa dimanfaatkan oleh Pemprov Kaltim, lembaga non profit dan juga masyarakat, merupakan sebuah keberuntungan dan tentunya akan sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Kaltim dalam mencapai tatanan kehidupan yang sejahtera.**