Kritik Terhadap Aktivis Reformasi 1998: Dari Idealisme ke Oportunisme
By Paul MS d’Flores
(Komunitas Pengecer Politik Akal Sehat NKRI)
Reformasi 1998 di Indonesia telah menjadi tonggak penting dalam sejarah modern negara ini, menandai pergantian rezim otoriter menjadi demokratis. Namun, di balik semangat idealisme para aktivis yang turut serta dalam gerakan tersebut, ada fenomena yang patut dipertanyakan: beberapa di antara mereka, yang pernah yakin dan berjuang untuk nilai-nilai tertentu, kini terlihat mendukung figur atau kebijakan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang mereka anut sebelumnya.
Pertama, kita perlu mengidentifikasi motif di balik perubahan sikap ini. Motif yang mungkin meliputi kepentingan politik, kepentingan ekonomi, atau bahkan tekanan dari kekuatan-kekuatan tertentu. Aktivis yang pada awalnya berjuang untuk prinsip-prinsip demokrasi dan hak asasi manusia, mungkin telah tergoda oleh kekuatan politik atau imbalan ekonomi dan lainnya untuk mendukung figur atau kebijakan yang sebelumnya mereka lawan.
Kedua, penting untuk menyoroti defisit moral dan etis yang muncul dalam perilaku mereka. Mendukung orang yang sebelumnya mereka anggap sebagai penculik teman seperjuangan, atau bahkan mantan pelanggar HAM, menunjukkan ketidak konsistenan moral yang mencolok. Hal ini mencerminkan pragmatisme yang berlebihan dan kehilangan integritas dalam mengikuti arus politik saat ini.
Ketiga, ada juga faktor-faktor konteks yang perlu dipertimbangkan. Misalnya, adanya tekanan dari lingkungan politik atau sosial tertentu yang membuat para aktivis merasa terdesak untuk mengubah sikap mereka. Selain itu, dinamika politik internal yang kompleks, termasuk aliansi politik dan pergeseran kekuasaan, juga dapat mempengaruhi keputusan mereka.
Dalam mengkritik perilaku para aktivis yang dinilai pengkhianat ini, penting untuk tidak hanya menyalahkan mereka secara langsung, tetapi juga memahami konteks yang melatarbelakangi perubahan sikap mereka. Namun demikian, hal ini tidak mengurangi pentingnya untuk menegaskan kembali nilai-nilai idealisme, moralitas, dan integritas dalam berpolitik, serta untuk mengingatkan para aktivis akan tanggung jawab mereka terhadap sejarah dan masyarakat.