Menghitung hari, detik demi detik. Bait awal lagi Kris Dayanti mengingatkan spasi pendek menuju hari pemungutan suara. Ya, Rabu lusa, 14 Februari 2024. Hari Kasih Sayang yang diplesetkan sebagai hari “Kasih Suara”.
Bait lagu yang boleh dimaknai menghibur bagi yang gelisah. Apa guna gelisah, andai para caleg pandai “menghitung hari” yang sudah dilalui. Seberapa upaya aksi dilakukan, seonggok itu pula bakal didapatkan. Berlaku kiasan “proses tak akan membohongi hasil”. Eh, nanti dulu. Ini jagat politik, Bro.
Berbagai kemungkinan bisa terjadi. Tak mudah diduga. Sejumlah kasus pada pileg lalu, mengingatkan kekhawatiran itu. Anak nakal bernama “kecurangan” tengah berlari ke sana ke mari. Bermanuver sebisa mungkin memper. Kita tak ingin hal nyeleneh itu terjadi. Tapi hendaknya diwaspadai. Tak cukup andalkan CCTV.
Kabar burung menyebutkan, ada pihak yang berani bayar sejumlah besar. Kisaran puluhan milyar rupiah, konon dianggap cetek. Konon pula ada yang siap hingga 100 milyar. Tentu, hanya dimungkinkan bagi caleg berkantung tebal. Duit seolah tanpa nomor seri.
Lagi, kita tak ingin prilaku mencuri itu terjadi. Mirip menyesatkan diri dan pasti berpotensi mengamputasi demokrasi. Seolah tak peduli kompetensi. Yang penting jadi, soal frasa “mengabdi dan berbakti” — itu urusan nanti. Abai urun upaya melahirkan lembaga legislatif yang berkualitas.
Berbagai upaya dilakukan untuk lolos terpilih anggota legislatif (aleg). Bahkan rela melabrak cara sesat lewat paranormal atau dukun. Waduh!
Dinamika ikhtiar maksimal itu jamak berlaku. Dapat disebut lumrah. Itu lantaran dampak persaingan ketat antarcaleg. Tak kecuali parpol pengusung yang butuh prasyarat ambang batas parlemen (parliament threshold) minimal 4%. Betapa, peluang (probabilitas) lolos hanya 6% saja berbanding jumlah caleg di suatu dapil.
Sebutlah dapil Jabar-1 meliputi Kota Bandung dan Cimahi dengan kuota “hanya” tujuh kursi DPR-RI. Tercatat 18 parpol peserta. Dimungkinkan jumlah maksimal caleg 126 orang. Itu sebab disebut dapil star war (perang bintang). Terlebih tujuh aleg petahana yang masih turun gelanggang. Ruang peluang masih terbuka.
Kontestasi pileg kerap disebut sebagai pertaruhan. Bahkan serupa perjudian yang dilegalkan. Itulah sistem demokrasi kita yang dianggap visible saat ini. Masih banyak kekurangan dengan sedikit kelebihan. Apa hendak dikata.
Kiranya, caleg yang berdedikasi dan peduli menapaki proses kontestasi — yang pantas untuk kejaran kursi. Hari-hari dinanti. Dimulai rangkaian cerita di bilik suara nanti. Di antara peran tugas para saksi. Menghitung hari tak sekadar bernyanyi.***
– imam Wahyudi (iW)
jurnalis senior di bandung