Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi Jelaskan Bahaya Beijing Effects: Penjajahan China Lewat Dunia Digital
JAKARTASATU.COM— Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi yang merupakan Ahli IT S3 Universitas Leiden Radboud University di Nijmegen, Belanda. Carnegie Mellon University, Amerika Serikat. Master di Johannes Kepler University dan Czech Technical University.
Ridho menjelaskan bahaya Beijing Effect Digital Silk Road (DSR) dan Belt Road Initiative China (BRI) dalam unggahan video di akun X-nya pada Sabtu, 23/2024.
Ridho Rahmadi mengatakan bahwa memasuki era digitalisasi saat ini sebagai bangsa yang merdeka, kita wajib menjaga kemerdekaan dan kedaulatan bangsa Indonesia tidak hanya di dalam kehidupan nyata namun juga di dalam kehidupan digital kita.
“Kedaulatan digital artinya kita memiliki kuasa dan kontrol penuh yang utuh terhadap segala macam isi dan aktivitas di dalam kehidupan digital di Indonesia,” ujar Ridho
“Tentang ancaman yang datang dari luar saya ingin mengingatkan tentang Beijing Effect, sebuah proyeksi pemjajahan digital oleh China yang secara komprehensif dan detail dibahas oleh Matthiews S Erie dan Thomas Streinz, mereka berdua adalah akademisi dari University of OxfordOxford dan New York University,” jelas Ridho.
Di dalam artikel atau jurnal yang mereka tulis yang berjudul “The Beijing Effect Chinas’s Digital Silk RoadRoad AS Transnasional Data Governance.
“Kita ketahui bersama bahwa China membangun proyek jalur perdagangan dan ekonomi raksasa bernama BRI yaitu Belt and Road Intiative. Jadi lewat BRI, China menanamkan investasinya ke 149 Negara hingga hari ini dengan berbagai macam skema termasuk memberikan hutang yang sangat besar,” tutur Ridho.
“Dan Indonesia bergabung ke BRI di era Jokowi. Dan Proyek kereta api cepat Jakarta – Bandung adalah salah satu proyek BRI tersebut,” ia menegaskan.
Lebih dalam lanjut Ridho, yang banyak orang tidak ketahui adalah berdampingan dengan BRI, China juga membangun DSR yaitu Digital Silk Road atau jalur sutra digital. DSR ini membangun infrastruktur jaringan internet puluhan hingga ratusan kilo meter melintasi negara – negara partner BRI.
Ia menyebutkan bahwa selain itu DSR juga membangun pusat-pusat data di berbagai negara termasuk di Indonesia.
“Dini sini China akan menggunakan infrastruktur IT yang telah dibangun oleh DSR tadi, untuk kepentingan geopolitik dan ekonominya, lewat penguasaan data. Data di era digitalisasi ini, dianggap sebagai mata uang baru, bahkan dianggap sangat berharga seperti minyak.” tutup Ridho. (Yoss)