MAKZULKAN NETANYAHU, MAKZULKAN JOKOWI

by M Rizal Fadillah

Rezim Jokowi terus mengupayakan normalisasi hubungan diplomatik Indonesia-Israel. Hal ini diberitakan berbagai media Israel seperti Ynet, Yediot, Ahronot dan Times Israel. Indonesia ingin bergabung dengan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) yang mempersyaratkan hubungan baik dengan semua negara anggota, termasuk Israel.

Disinilah pintu masuk halus pembukaan hubungan diplomatik itu. Rezim Jokowi yang dikenal sebagai tukang “sradak sruduk” bisnis dan ekonomi, potensial untuk mengabaikan aspirasi rakyat Indonesia yang justru semakin menguat sikap anti Israel pasca genosida di Gaza. Kejahatan Zionis Israel tidak bisa ditoleransi oleh bangsa-bangsa merdeka.

Kemlu Indonesia membantah upaya normalisasi tersebut. Akan tetapi watak bohong Rezim Jokowi tidak mudah untuk dipercayai rakyat. Hubungan luar negeri “jorok” dan “kampungan” Jokowi dapat dengan cepat berubah-ubah. Siapa yang ditugaskan secara “rahasia” mengupayakan normalisasi itu, apakah Luhut atau Prabowo atau lainnya ?

Pembunuhan 33 ribu warga Palestina di Gaza sesungguhnya menempatkan Israel berada di jurang pengasingan. Sayangnya AS dan Uni Eropa masih memproteksi Israel meski dengan pola “ketat longgar”. Konflik Hamas-Israel yang berlarut-larut membuat kondisi menjadi semakin tidak jelas. Bukan hanya dunia yang jengkel tetapi warga Israel juga tidak nyaman. Apalagi 130 an warga Israel masih disandera Hamas di Gaza.

Benyamin Netanyahu dianggap tidak becus menyelesaikan konflik yang berlangsung lama, bahkan hampir 7 bulan warga Israel itu masih tersandera. Aksi demonstrasi rutin terjadi di Tel Aviv dan kota-kota lain. Puluhan ribu hingga 100 ribu demonstran berulang menyuarakan bebaskan sandera, mundur Netanyahu dan segera Pemilu. Benyamin Netanyahu menjadi musuh rakyat Israel “segera makzulkan !”.

Pengungsi Gaza berkumpul ke selatan kota terdekat dengan bantuan, Rafah. Ketika Netanyahu kini bersiap menyerang Rafah dunia mencegah dan Amerika pun tidak setuju. Khawatir akan menjadi bencana kemanusiaan yang sulit untuk diperkirakan dan dimaafkan.

Gencatan senjata, permudah bantuan serta rekonstruksi Gaza merupakan solusi. Adapun solusi permanen adalah Palestina merdeka. Kenyataannya Israel tidak mampu mengalahkan Hamas. Sejak “surprise attack” 7 Oktober 2023 hingga April 2024 ini Israel kewalahan melawan Hamas. Berbeda dengan 1967 atau 1973 dimana aliansi negara-negara Arab yang mudah dikalahkan Zionis Israel. Hamas membuat kejutan dahsyat.

Perjuangan rakyat Palestina untuk merdeka sama dengan perjuangan rakyat Indonesia melawan Rezim oligarki dan tirani Jokowi. Sebagaimana umat Islam Palestina, dalam batas-batas tertentu, umat Islam Indonesia juga tidak nyaman dengan gaya politik Jokowi dan rezimnya. Seruan “makzulkan Jokowi” semakin menggema. Aksi-aksi protes terus berkelanjutan. Pemilu curang mendorong tuntutan Pemilu ulang khususnya Pilpres.

Demonstrasi desak MK agar mendiskualifikasi Prabowo Gibran dukungan Jokowi berbarengan dengan aksi dukung Palestina dan kutuk Israel. Patung Kuda tempat kumpul pengunjuk rasa menjadi tunggangan kuda untuk bertempur melawan oligarki, tirani dan politik dinasti Jokowi. Makzulkan Jokowi.

Dua pemakzulan adalah dorongan untuk perdamaian dunia dan Indonesia. Makzulkan Benyamin “Bibi” Netanyahu dan Makzulkan Joko “Wiwi” Widodo. Penyakit persatuan dan kesatuan adalah “Bibi” dan “Wiwi” dan mungkin akan bertambah dengan “Wowo”.
Rakyat Indonesia dan dunia harus tetap gagah untuk melawan. Free Palestine and Free Indonesia !

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 12 April 2024