Pesan Politik: Tetap di Jalur Perubahan
Rusdianto Samawa
“Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar memberi pesan kepada para relawan dan pendukung, tetaplah di jalur perubahan.” Kalimat yang terungkap dalam pidatonya saat jumpa pers menyikapi hasil Pilpres 2024, setelah hadiri sidang Gugatan Mahkamah Konstitusi yang menolak semua klausul gugatan 01 dan 03.
Pesan politik Anies dan Gus Imin, merupakan kunci gerakan perubahan dimasa depan. Tafsir pesan gerakan ini, bisa mengarah pada oposisi dan rakyat pada umumnya, untuk menjaga kausalitas demokrasi. Khawatirnya, pesan politik perubahan menggerus entitas Partai Nasional Demokrat (Nasdem) yang selama ini menggusung ide rekreatif atas kondisi bangsa dan negara yakni: “Gerakan Perubahan.”
Simpul gerakan perubahan dan pendukung Anies – Muhaimin lebih kental pandangan positifnya pada kedua sosok capres – cawapres. Gerakan perubahan lambat laun bergeser basicnya dari Partai Nasdem. Mengingat, sebagian besar pendukung, merasa ada kekecewaan atas beberapa sikap Partai Nasdem yang bertemu Jokowi setelah pencoblosan dan bertemu Prabowo Subianto setelah Quick Qount (QQ)
Keraguan dan kegaduhan atas isu pecahnya koalisi perubahan tidak berdampak sama sekali. Namun, pendukung lebih memilih bertahan untuk Anies Baswedan – Muhaimin. Karena gerakan perubahan membutuhkan leadership yang kuat dan tercermin dalam moralitas.
Karena gerakan perubahan mendapat sentimen kuat terhadap kekuasaan yang culas. Tentu, ke depan: starting point dari gerakan perubahan adalah upaya meluruskan kiblat bangsa dan negara ditengah sistem demokrasi yang ugal – ugalan sehingga jauh dari keadilan.
Walaupun, dimasa depan kedua sosok Capres – cawapres (Anies – Gus Imin) belum tentu bersatu kembali. Tetapi, gerakan perubahan berjalan terus menerus. Cuma sudah tidak dimiliki oleh Partai Nasdem. Lebih kepada Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar.
Bahayanya, tagline tersebut, diambil oleh Partai lain atau personality ketokohan maupun oposisi yang selama ini, ingin ada sebuah perubahan paradigma bernegara dan kembali kepada otentisitas berbangsa dan berdemokrasi. Pesan politik Anies dan Gus Imin itu, sebuah energi baru bahwa masih ada harapan untuk perbaiki negara yang sudah dirusak oleh rezim saat ini.
Suasana kebatinan oposisi dan rakyat terasa biasa saja. Tidak merasa kecewa atas putusan Mahkamah Konstitusi maupun kekalahan pasangan AMIN. Selain, sudah terbiasa kecewa dan kebal perasaan (bodoh amat) terhadap pasangan yang menang atas pilpres 2024.
Kondisi ke depan, diantara dua matahari yang saling beradu dalam putaran kekuasaan. Klan Prabowo dan Klan Jokowi akan mengalami ketegangan dan turbulensi politik atas hubungan gelap demokrasi. Tentu, momentum itu yang ditunggu para oposisi.
Selain itu, ekonomi terasa terseok, bursa pilkada menyedot anggaran negara, kejahatan elit atas demokrasi kian mendalam dan perilaku korup semakin menjamur. Sementara, oposisi dan rakyat terus mencari formulasi untuk perbaikan kondisi indeks demokrasi.
Konsistensi Anies berada pada jalur perubahan mendapat respon positif dari pendukung. Belum ada satu pun pendukung yang berpindah dukungan. Artinya, gerakan perubahan terus mengkristal dan membesar kedepannya.
Gerakan perubahan dalam pesan politik Anies dan Gus Imin tetap mencari jalan keluar ditengah kebuntuan dan matinya nalar mahasiswa, petani, buruh dan nelayan.[]