Bapak kencing berdiri, anak kencing berlari, boleh jadi pepatah ini cocok untuk menggambarkan ulah keluarga politisi, bapak dan anak yang akhir-akhir ini bikin heboh dengan tindakan kontroversi yang mereka lakukan.
Jika sebelumnya, pada masa kampanye pemilihan presiden (Pilpres 2024) kemarin, Zulkifli Hasan (Zulhas) menuai kontroversi karena pernyataannya yang mengungkapkan adanya beberapa kalangan yang segan ucapkan “Amin” karena fanatisme dukungannya kepada Prabowo-Gibran, serta klaim bahwa bansos adalah bantuan dari Jokowi, maka sang anak pun tak mau kalah untuk turut membuat kontroversi.
Zita Anjani, anak Zulhas yang saat ini duduk sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, mendadak membuat kontroversi yang tak kalah menghebohkannya dengan ulah sang bapak. Saat melakukan umroh, melalui akun sosial medianya, tiba-tiba Zita mengunggah foto gelas kopi Starbucks dengan latar belakang Kabah yang tertutup oleh gelas tersebut.
“Lagi makan malam eh ada yang kasih kopi, menurut kalian gimana guys?” tulis Zita, polos pada akun IG-nya (24/4). Tak sesederhana yang dikira, ternyata unggahan ini segera viral dan menuai tanggapan kontroversi negatif dari banyak warganet yang melihatnya.
Tentunya ada beberapa alasan yang menstimulasi mengapa warganet langsung bereaksi negatif atas unggahan di akun instagram Zita tersebut.
Pertama, sebagai publik figur dan pengemban amanat rakyat, Zita dianggap tidak peka terhadap kasus yang menimpa warga Gaza khususnya umat muslim yang ada di Palestina sekarang ini. Ketika kalangan umat muslim yang peduli terhadap nasib yang menimpa masyarakat Gaza melakukan boikot terhadap Starbuck karena memberikan bantuan dana kepada Israel yang memborbardir Gaza, Zita justru memamerkannya secara vulgar bahkan di saat melakukan ibadah Umroh di kota suci umat muslim tersebut.
Unggahan Zeta tersebut dianggap tidak memiliki empati dan kepekaan sosial terhadap masalah aktual yang terjadi di dunia global bahkan dianggap melukai hati umat muslim yang tengah berduka.Tentu saja sikap ini dianggap sangat tidak pantas dan sangat tabu untuk dilakukan oleh seorang wakil rakyat yang mayoritas konstituennya adalah umat muslim.
Alasan kedua yang menjadi fokus hujatan warganet lainnya adalah foto Kabah yang ditutupi dengan gelas Starbuck. Kabah adalah bangunan suci yang menjadi kiblat umat muslim di seluruh dunia. Melalui unggahan ini Zita dianggap sangat tidak menghormati Kabah karena lebih mengutamakan gelas kopi Starbuck dibandingkan dengan Kabah. Starbuck yang nobatene merupakan simbol duniawi semata, tidak layak untuk dibandingkan, apalagi mengalahkan Kabah yang dianggap suci, mulia, dicintai dan dirindukan oleh umat muslim di seluruh dunia.
Hebatnya, terkait unggahan yang menjadi kontroversial tersebut, nampaknya Zita tidak mengakuinya sebagai sebuah kekhilafan, melainkan justru balas menyerang balik kritikan netizen dengan pernyataan yang bernada menyerang.
“Sibuk huru-hara cuma karena satu brand, padahal masih banyak yang harus diperhatiin kalo emang mau full support. Coba cek di rumah, masih ada gak barang-barang yang harusnya kalian teriakkan boikot juga? Padahal dalam Islam sendiri sudah jelas, mana yang haram dan halal dikonsumsi,” tulis Zita Anjani melalui akun Instagram miliknya tersebut.
Dus, kecaman dan kritikan warganet pun semakin viral dan secara sporadis bermunculan dimana-mana. Sikap pengingkaran (denial) atas blunder yang dilakukan Zita sepertinya menjadi bumerang yang kembali menyerang balik dirinya dengan gencar. Perang antara Zita dan warganet pun menjadi panjang dan berlarut-larut. Lalu siapa yang menjadi pemenangnya?
Tentunya pada kasus ini sulit untuk diberikan estimasi menang kalah yang terjadi. Pasalnya tak ada permasalahan legal yang terjadi, yang bisa dikenakan sanksi hukum yang berlaku. Pada kasus ini yang terjadi hanyalah permasalahan adab, simpati, dan empati pada kasus kemanusiaan semata. Yang muncul paling hanyalah kalangan yang pro dan kontra semata. Yang pro akan mendukung dan membela habis-habisan,yang kontra akan mengkritik atau mungkin menarik dukungan yang pernah diberikan sebelumnya.
Sayangnya penarikan dukungan itu tak akan berpengaruh apa-apa. Toh pemilu legislatif (Pileg) telah usai digelar dan hasilnya sudah didapatkan. Mungkin itulah sebabnya maka Zita berani menantang warganet yang mengkritiknya dengan pernyataan yang tak kalah pedasnya. Tak ada resiko serius yang mengancam posisinya. Toh kalaupun memang yang kontra cukup besar, pemilu legislatif selanjutnya masih akan berlangsung lima tahun mendatang. Sebuah waktu yang cukup lama, yang tentunya bisa menghapuskan luka kontroversi negatif yang terjadi saat ini. Mau bilang apa lagi, sepertinya masalah adab dan etika sudah semakin tergerus sekarang ini, bahkan oleh para petinggi bangsa yang seharusnya menjadi sosok yang pantas diteladani. Tabik.
JAKARTASATU.COM- Ketua Majelis Ulama Indonesia Pusat (MUI Pusat) KH Cholil Nafis mengunggah Keputusan Ijtimak Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Kepala...
Prabowo Usul Kepala Daerah Dipilih Oleh DPRD, Ini Reaksi Pengamat dan Partai
JAKARTASATU.COM-- Presiden Prabowo Subianto menyampaikan wacana Kepala Daerah kembali dipilih oleh DPRD dengan...
JAKARTASATU.COM- Ketum Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) Anas Urbaningrum ikut bersuara soal wacana pemilihan kepala daerah (kada) oleh DPRD. Menurutnya perlu pertimbangan matang. Jangan langsung...
JAKARTASATU.COM- Pemerhati sekaligus Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengingatkan semua pihak bahwa perubahan sistem pemilihan kepala daerah dan wakil kepala...
JAKARTASATU.COM - Dalam menghadapi tantangan era digital, Institut Ilmu Sosial dan Manajemen STIAMI terus mendorong mahasiswa untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi. Salah...