Bima Arya “Panglima Perang”

BIMA Arya menebar jala. Mempesona. Menatap layar lebar Jabar. Deklarasi di kawasan Gedung Sate Bandung tempo hari, menorehkan asa.

Menyentak mengkhalayak. Bima mengabarkan sebagai Calon Gubernur Jabar 2024. Tak cuma bilang mau, tapi malu-malu. Ekspresi pada kesempatan pertama, Bima buka suara. Menata anak tangga Jabar Juara. Justru, saat figur lain cenderung masih “menunggu godot” yang potensial menepikan harapan.

Aksi deklarasi, Bima ingin berkata — perjalanan beribu mil dimulai dari langkah pertama. Tak harus menunggu tanda-tanda. Bahkan aba-aba, berbekal prestasi tak percuma. Dua periode jabatan Wali Kota Bogor, saatnya Bima naik tangga.

Dr. H. Bima Arya Sugiarto, SIP (51) adalah politisi berkostum biru Partai Amanat Nasional (PAN). Terlahir di Kabupaten Bogor, 17 Desember 1972. Sejalan torehan unggul yang menjadikannya pupuhu Kota Bogor, ia pun melewati pendidikan pendidikan dasar hingga menengah atas — melulu di Kota Hujan itu.

Pada 1996, Bima raih gelar sarjana Hubungan Internasional di FISIP Unpar. Dua tahun kemudian, 1998 — beroleh Master of Arts_untuk Studi Pembangunan di Monash University, Melbourne, Australia. Di spasi itu, penulis mengenalinya — saat Bima mulai berkenalan dunia politik praktis lewat PAN. Mengawali dari jenjang DPC (kecamatan) di Kota Bandung. Sekira 2 tahunan, lantas “hilang dari peredaran”. Kembali menembus cakrawala dunia pendidikan tinggi. Kali ini, program Doktoral Ilmu Politik di Australian National University di Canberra (2002-2006).
***
Satu dekade jabatan Wali Kota (2014-2024), Bima Arya sudah lebih dari cukup matang dalam peran eksekutif. Karuan sepanjang lima tahun terakhir, sudah diwacanakan (perlu) naik kelas. Selama itu pula, Bima menjalin perkawanan persahabatan dengan Ridwan Kamil (RK) selaku Jabar-1.

Sejumlah momentum kebersamaan berlangsung. Bahkan sejak masih sesama wali kota. RK mengawali tapak eksekutif sebagai Wali Kota Bandung. Penulis memotret dua momentum kebersamaan mereka. Pada 2014, ketika memberikan kisi-kisi Debat Pilpres kepada cawapres Hatta Rajasa. Perjumpaan sesaat di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Berikutnya sepulang dari acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa Hatta Rajasa dari ITB, 25 November 2019. Jelang sore itu, kami jumpa di Pendopo Wali Kota Bandung.

Bima Arya sudah seharusnya high call. Kejaran dan harapan hendaknya diartikan sebagai ikhtiar berkelanjutan. Biarlah semua berproses tanpa reses.

Bima atau Werkudara setia pada satu sikap. Tak ingin “mendua” dan tak suka berbasa-basi. Tokoh protagonis dalam kisah Mahabharata. Peran “panglima perang” nan heroik, yang sejatinya lembut hati. Sang Bima itu bernama Bima Arya.***

– @iW