Pengamat Pendidikan: Habiskan Dana Triliunan, Perubahan Kurikulum Tak Kunjung Membuahkan Hasil

JAKARTASATU.COM— Pemerhati Pendidikan  Indra Charismiadji mengatakan peraturan baru dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan  dan Riset perubahan kurikulum  secara resmi, Indonesia menggunakan Kurikulum Merdeka, tidak  lagi menggunakan Kurikulum 2013.

“Pertanyaannya apakah kita memang membutuhkan pergantian Kurikulum dan upaya untuk mencerdaskan  kehidupan bangsa. Karena apapun yang dilakukan pemerintah tidak boleh lari dari tugas konstitusional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Indra Charismiadji saat dihubungi wartawan Jakartasatu.com, Jum’at (10/5/2024).

*Kita sudah lihat di 25 tahun terakhir. Paling tidak kita mengalami yang namanya Kurikulum Merdeka. Sebelumnya Kurikulum 2013, Kurikulum 2006, Kurikulum 2004 dan Kurikulum sebelumnya belum termasuk revisi Kurikulum,” tambahnya.

Ia mengungkapkan bisa dilihat dari hasil PISA (Programme for International Student Assessment) dari kemampuan membaca, kemampuan matematika,  kemampuan sains anak Indonesia masih jauh dibandingkan dengan rata-rata dunia.

“Pergantian Kurikulum berarti terbukti tidak meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Tapi kenapa ini dilakukan terus menerus,” jelas Indra.

“Bahkan dalam satu kesempatan  di beberapa instansi saya menyampaikan pergantian Kurikulum pada dasarnya hanya sebatas mengubah cara laporan. Hanya sebatas administratif saja. Tapi guru tidak ada perubahan dari cara mengajar, konten juga tidak banyak yang berubah, hanya urusan administrasi saja,” urai Indra.

Tidak heran kata Indra, kalau pergantian Kurikulum yang memang menghabiskan anggaran uang rakyat triliunan jumlahnya, tidak kunjung membuahkan hasil yang sesuai dengan amanat konstitusi.

Menariknya lanjut Indra, para pejabat di Kementerian Pendidikan , Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengatakan bahwa pergantian Kurikulum ini ditujukan untuk memperbaiki skor Pisa kita. Padahal rekomendasi dari OECD (Organization for  Economic Co-operation and Development)  sendiri, lembaga penyelenggara PISA tidak satupun menyebut perlunya ganti kurikulum.

Pemerhati Pendiddikan ini mengemukakan direkomendasikan OECD 2018 jelas dikatakan adalah yang harus dibenahi adalah kualitas kapasitas guru-guru Indonesia dengan memastikan adanya program mentoring kemudian juga memastikan program dari pra service training artinya pra jabatan dari seorang guru di kampusnya di FKIP di LPTK itu punya program yang mumpuni juga ada upaya untuk menarik anak-anak cerdas,  anak-anak berprestasi mau berkarir berprofesi sebagai sebagai guru bahkan secara eksplisit dikatakan bahwa pada tahu  2018 Indonesia baru saja mengubah kurikukum. Pastikan semua guru mendapapatkan pelatihan yang mumpuni dan menjadikan mereka sebagai agen dari perubahan kurikulum tersebut.

Tapi, lanjut Indra, menariknya pada tahun 2022 justru pada saat test PISA yang selanjutnya pemerintah Indonesia sudah mengganti kurikulumnya dengan kurukulum baru.

“Ini yang saya sering katakan kita ini sakit kepala taoi dikasih obat cacing. Ngga sesuai antara penyakit dan obatnya,” tandas Indra.

“Mari kita berfikir cerdas, mari kita berfikir kritis,” tutupnya. (Yoss)