Gema Cita Desak Dinas LH Segera Atasi Polusi Udara Jakarta
Jakartasatu.com– Polusi udara tengah menjadi topik utama pembahasan warga Jakarta belakangan ini dengan Penyebabnya yang sangat jelas, langit biru Jakarta hilang berganti kabut. Banyak warga juga mengaku menderita penyakit yang berhubungan dengan pernapasan.
Ketua Umum Gerakan Masyarakat Cinta Jakarta (Gema Cita), Hilman Firmansyah angkat bicara mendesak Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta dibawah kepemimpinan Asep Kuswanto segera atasi polusi udara Jakarta.
“Kualitas udara di Jakarta pada Selasa pagi, (14/05/2024) menempati peringkat keempat sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia yang artinya bisa memberi pengaruh bagi kelompok sensitif Situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06:40 WIB menyebut Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta masuk dalam kategori tidak sehat berada pada angka 159 dengan nilai konsentrasi PM2.5 sebesar 66,3 mikrogram per meter kubik,” kata Hilman rilis diterima Redaksi, Jakarta, Rabu (15/5/2024).
Angka itu lanjut Hilman memiliki penjelasan tingkat kualitas udaranya tidak sehat bagi kelompok sensitif karena dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Lebih jauh ungkapnya, sedangkan kategori baik yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 pada kisaran 0-50.
Kemudian, kategori sedang yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan PM2,5 pada rentang 51-100.
Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan PM2,5 pada rentang 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar. Terakhir, berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Ia mengungkapkan kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama yaitu Delhi, India di angka 203, urutan kedua Lahore, Pakistan di angka 181, urutan ketiga Kota Medan, Indonesia di angka 169, dan urutan kelima Mumbai, India di angka 146.
Tambahnya, lalu urutan ke enam Hanoi, Vietnam di angka 143, urutan ke tujuh Dubai, Uni Emirat Arab di angka 120, urutan ke sembilan Manama, Bahrain di angka 110, dan urutan ke sepuluh Beijing, Cina di angka 110.
“Tentunya Polusi udara ini akan berdampak untuk kesehatan”, tegas Hilman.
Hilman memaparkan penyebab utama buruknya kualitas udara di Jakarta tentu menjadi Hal penting yang harus diwaspadai.
“Tanpa adanya tindakan penanggulangan dari Dinas LH DKI Jakarta, pastinya hal ini akan memberikan pengaruh negatif untuk kesehatan,” jelasnya.
Dampak kualitas udara yang buruk untuk kesehatan tentunya bisa sangat terasa pada sistem pernapasan. Bukan tanpa alasan, ini karena udara selalu masuk ke paru-paru melalui hidung.
“Apabila udara yang masuk ke saluran pernapasan mengalami kontaminasi, zat-zat berbahaya juga bisa masuk ke paru-paru dan memicu terjadinya kerusakan jaringan di bagian dalamnya”, imbuhnya.
Selain itu kata Hilma dampak kualitas udara yang buruk juga bisa dirasakan oleh ibu hamil. Dampaknya bisa sangat berbahaya, karena bayi bisa lahir dengan berat badan yang rendah, potensi gangguan emosional, dan kognitif saat anak beranjak remaja, dan autisme.
Hilman mendesak agar Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta terus berupaya melakukan berbagai tindakan untuk mengantisipasi polusi udara di Jakarta dengan melibatkan para walikota di wilayah Jakarta serta mengajak masyarakat untuk mengatasi polusi udara Jakarta agar kembali bersih tanpa polusi.
“Jadi Gema Cita meminta Dinas Lingkungan Hidup DKI dan Walikota untuk melakukan pengawasan di wilayah industri seperti Kawasan industri Pulogadung, Kawasan Berikat Nusantara (KBN) dan Kawasan industri marunda terhadap penggunaan cerobong pabrik guna mengurangi polutan dan menindak pabrik yang melakukan pencemaran udara,” ujarnya.
Gema Cita mendorong Gerakan Udara Bersih Untuk Jakarta terus dikampanyekan serta memperluas area yang difungsikan sebagai ruang terbuka hijau diberbagai titik di 5 Wilayah DKI Jakarta.
Gema Cita juga menghimbau Masyarakat untuk tetap memakai masker ketika berada di luar rumah, apalagi kawasan dengan tingkat polusi dan pencemaran udara yang tinggi.
“Memakai masker Tak hanya melindungi dari paparan virus, tetapi juga membantu melindungi organ pernapasan dari paparan polusi udara”.
Hilman juga mendesak Dinas DKI Jakarta menjalankan Pengendalian Pencemaran Udara (GDPPU) yang terdiri dari berbagai strategi untuk perbaikan kualitas udara di Jakarta.
Semoga Dukungan dari seluruh Masyarakat dan Pemerintah sangat diperlukan untuk mencapai Udara Jakarta Yang Lebih Bersih”, tutup Hilman. (Yoss)