INDEF: “10 Juta Gen-Z Menganggur, Mungkinkah Indonesia Emas 2045?”

JAKARTASATU.COM— Forum Guru Besar ‘’INSAN CITA’’ dan 2 Ekonom INDEF gelar diskusi Panel bertajuk  “10 Juta Gen-Z Menganggur, Mungkinkah Indonesia Emas 2045?”, pada Ahad, (2/6/2024)

Eisha M Rachbini Ph.D mengatakan Visi Indonesia Emas 2045: keluar dari middle income trap, menjadi negara maju dengan PDB terbesar kelima. Dalam periode 2016 – 2045, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh 5,7 persen per tahun melalui reformasi struktural, pemanfaatan bonus demografi, kemajuan teknologi, dan peningkatan daya saing ekonomi. Selain itu Indonesia diharapkan keluar dari middle income trap dengan status negara berpendapatan tinggi pada tahun 2036.

“Namun, di tengah ketidakpastian ekonomi, Ekonomi ternyata hanya tumbuh 5,1% yoy pada Q-1 2024. Laju pertumbuhan di sekitar 5%, di mana Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama 20 tahun terakhir menunjukkan trend penurunan,” kata Eisha Rachbini.

“Sementara itu, Visi Indonesia Emas 2045 memiliki target pertumbuhan ekonomi selama 2025-2045 harus mencapai rata-rata 6% per tahun,” imbuhnya.

Menurutnya, tantangan paling besar bagi Indonesia saat ini adalah : pandemi Covid-19 yang menyebabkan luka (scarring effect) terhadap perekonomian dalam jangka panjang. Scarring Effect akibat pandemi Covid-19 dapat mengakibatkan tren pertumbuhan ekonomi ke depan lebih rendah dibandingkan pre-pandemic level. Hal ini beresiko untuk target pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Efek luka akibat pandemi berdampak pada alokasi sumber daya, termasuk di sisi produksi, dapat berupa:
• Penurunan Produktivitas (TFP, Produktivitas tenaga kerja kerja dan modal) (2)Learning loss dan Job Loss, (3) Pemulihan pada sektor riil yang lambat.

Eisha memprediksi, Indonesia diperkirakan akan mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2030-2040. Dalam periode 2010-2045, jumlah penduduk Indonesia usia produktif besar. Dependency ratio mencapai tingkat terendah sekitar tahun 2022.

Ia ungkapkan dalam laporan Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 diprediksi mencapai 319 juta. Dimana jumlah penduduk Indonesia 70%-nya dalam usia produktif. Fase “kesempatan” untuk meraih bonus demografi ini hanya diproyeksikan akan terjadi di Indonesia pada periode 2020-2035

“Tren data menunjukkan bahwa rasio ketergantungan akan meningkat kembali pada tahun 2035 dan mencapai di atas 50% pada tahun 2045,” terangnya.

Selain itu Eisha menuturkan selama beberapa tahun terakhir, peningkatan TPAK lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Dari 214 juta penduduk usia kerja pada Februari 2024, sebanyak 149,38 juta orang di antaranya merupakan angkatan kerja. Dengan demikian, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mencapai 69,80%. Terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 3,55 juta orang sepanjang periode Februari 2023- Februari 2024.

“NEET (Not in Employment, Education or Training) merujuk kepada anak muda atau individu berusia 15 – 24 tahun yang tidak dalam pendidikan, pekerjaan atau pelatihan. Tren Jumlah dan persentase NEET cenderung berfluktuasi dari periode Agustus 2019 hingga Agustus 2023,” urai Eisha.

“Jumlah NEET pada Agustus 2023 meningkat menjadi 9.896.619 jiwa atau sebesar 22,25 persen dari total penduduk usia muda (15 -24 tahun),” tambahnya.

Ia berkesimpulan bahwa pandemi Covid-19 memberikan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia, baik dalam jangka pendek, dan jangka panjang. Dalam jangka panjang, pandemic covid-19 memberikan dampak pada perubahan alokasi sumber daya (resources), termasuk di sisi produksi, sehingga mengakibatkan. Penurunan Produktivitas (TFP, Produktivitas tenaga kerja dan modal)

Untuk dapat mencapai Visi Indonesia 2045, menjadi negara maju dan keluar dari middle-income trap, transformasi ekonomi Indonesia perlu dan urgent untuk dilaksanakan. Potensi Bonus Demografi perlu dioptimalkan.

Rekomendasi kebijakan: (1)Percepatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi, penguatan pelatihan,(2)reskilling dan upskilling, serta integrasi softskills bagi angkatan kerja untuk mengantisipasi disrupsi.(3) Pembangunan dengan padat karya, i.e. melanjutkan pembangunan infrastruktur, (4) Transformasi ekonomi melalui hilirisasi dan industri sektor prioritas.

Narasumber berikutnya Tauhid Ahmad mengungkapkan  ada satu pertanyaan besar, apakah reduksi makna visi Indonesia Emas dari Visi Abadi Negara Indonesia? Visi Abadi dlm Pembukaan UUD 45 berbunyi Merdeka, Bersatu, Adil dan Makmur. Sementara dlm RPJPN Nasional 2025-2045 sebagai visi Indonesia Emas 2045 menjadi Indonesia sebagai negara nusantara, berdaulat, maju, dan berkelanjutan.

“Terdapat 5 visi Indonesia Emas yakni, Pendapatan per kapita setara negara maju; Kemiskinan menuju 0% dan ketimpangan berkurang; Kepemimpinan dan pengaruh di dunia internasional meningkat ; Daya saing SDM meningkat ; Intensitas emisi gas rumah kaca menurun menuju emisi nol bersih,” kata Taufik Ahmad.

Lanjutnya, dari ke 5 visi Indonesia emas di atas, selain sisi ekonomi tentu harus dipertanyakan juga apakah benar Indonesia punya kompetensi untuk meningkatkan kepemimpinan dan pengaruh di dunia internasional serta daya saing SDM kita meningkat?

“Ternyata, dalam Indikator capaian RPJPN terdapat 6 dari 9 sasaran utama indicator Indonesia tidak ada dalam RPJPN. Antara lain (1)GNI per kapita yang pada 2025 sebagai baseline 5.500 USD sementara pada target 2045 harus mencapai 30.300 USD. Lalu, (2)Kontribusi PDB Maritim dari 7,6% (2025) harus capai 15% pada 2045. Kemudian, (3)peringkat GPI (Global Power Index) harus mencapai 15 besar dunia dari saat ini urutan 34 (2025),” urai Taufik Ahmad.

“Kemudian (4)Indeks rasio gini dari 0,379-0,382 (2025) harus menurun ke 0,377-0,320 (2045), (5)Target kontribusi Kawasan Indonesia Timur (KTI) dari 21,5% harus mencapai 28,5% di 2045, dan (6) Human Capital Index (HCI) dari0,54 di 2025 harus mencapai 0,73 pada 2045,” tambahnya.

Catatan khusus kata Taufik Ahmad, terdapat Baseline yang ‘’sangat tidak tepat’ yakni Target Kemiskinan menuju 0 persen (0,5% – 0,8% pada 2045) sementara saat ini saja tingkat Kemiskinan sudah 9,36% per Maret 2023. Dan pada 2025 Kemiskinan ditargetkan 6,0-7,0%.

Diamati dari trajectory GNI per kapita Indonesia sebenarnya pada 1993 Indonesia sudah keluar dari Low Income Country. Tapi pada 1998-2002 masuk kembali ke low Income akibat krisis moneter. Ditambah, pada 2019-2020 dilanda wabah covid 19 kembali ke Lowe midle income. Jadi, Indonesia terjebak dalam Midle Income Trap selama 30 tahun sejak 1993-2022.

Taufik Ahmad Singgung Struktur Ketenagakerjaan Indonesia

Ia memaparkan dalam struktur ketenagakerjaan Indonesia, Terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 4,55 juta orang sepanjang agustus 2022-agustus 2023. Pekerja penuh menjadi 96,39 juta orang, naik 3,76 juta orang. Pekerja paruh waktu 34,12 juta orang, menurun 0,01 juta orang dan setengah pengangguran 9,34 juta orang atau menurun 0,80 juta orang.

Tambah Taufik, dari angkatan kerja 147,71 juta orang terdapat 139,85 juta orang bekerja, naik 4,55 juta orang. Sementara pengangguran 7,86 juta orang atau menurun 0,56 juta orang. Bukan Angkatan Kerja (BAK) sebanyak 64,88 juta orang atau menurun0,82 juta orang.
10.Selama agustus 2022-agustus 2023 lapangan usaha akomodasi dan makan minum, konstuksi, dan pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak yakni masing-masing sekira 1,18 juta orang, 0,77 juta orang dan 0,75 juta orang.

“Gen Z menjadi Kelompok umur yang mendominasi pengangguran terbuka pada 2022 yakni kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 29,08 %, dan kelompok umur 20-24 sebanyak 17,02%,” tandasnya.

Taufik Ahmad ungkapkan tantangan Pengangguran Gen Z.

“Tantangan Pengangguran Gen Z diidentifikasi karena : Kompetensi pencari kerja tidak sesuai pasar kerja; Pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih kecil dari pertumbuhan angkatan kerja ; iklim investasi yang belum kondusif, Kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja; serta terjadinya PHK,” bebernya.

Menurutnya, upaya ke depan mengatasi hal di atas : Harus ada investasi pada sektor Pertanian dan industri berbasis tenaga kerja; Peningkatan kapasitas SDM via akses pendidikan dan pelatihan; peningkatan kapasitas ‘’mindset’’ ttg future job pada lembaga pendidikan formal dan informal ; informasi pasar tenaga kerja lebih integrative dengan perbaikan kurikulum pendidikan secara mendasar. Serta Peningkatan wirausaha (UMKM) dan digitalisasi.

Selanjutnya Prof Memed Sueb menguraikan sebanyak 9,9 juta orang penduduk RI masuk golongan NEET yang terdiri dari perempuan 26,54% dan laki-laki 18,21%. Dan sebanyak 7,2 juta orang menganggur. Dari 9,9 juta orang Gen Z yang menganggur, 5,37 juta (20,45) tinggal di perkotaan dan 4,17 juta (24,8%) tinggal di pedesaan.

“Gen Z yang menganggur teridentifikasi berpendidikan SMA (29,05%) dan SMK (27,66%). Pendidikan SMP (11,39&), SD (28,54%), dan pendidikan D1, D2, D3 sebanyak (23,79%),” jelas

“Sementara tren pekerja formal sebanyak 40,83% dan informal 59,17%,” kata Prof Memed Sueb. (Yoss)