SNI G2RT Sebagai Pintu Masuk Strategis Perkembangan Wirausaha Asli Daerah

JAKARTASATU.COM– Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D., berikan pembekalan kepada sekira 70 perwakilan desa-desa wirausaha G2RT DIY, Senin (10/6/2024).

“Jika nanti SNI G2RT sudah disahkan, maka desa-desa G2RT di DIY harus siap dan mampu memberi penjelasan kepada setiap pengunjung dari seluruh Indonesia yang ingin belajar tentang G2RT untuk dikembangkan di wilayah masing-masing,” Demikian harapan Rika Fatimah P.L., S.T., M.Sc., Ph.D.,” kata Fatimah di acara Kepatihan Pemda DIY-Kota Yogyakarta.

Founder model G2RT tersebut juga menerangkan, sistem wirausaha yang dikembangkan oleh G2RT memang tidak instan menyulap UKM di DIY untuk secara kilat mendapatkan keuntungan materi dari setiap bisnisnya. Namun lebih mengedepankan sikap kesejatian dari budaya gotong royong sebagai nilai dasar dibangunnya wirausaha G2RT (Global Gotong Royong Tetrapreneur).

‘’Sehingga nanti pada saatnya keuntungan materi akan datang dengan sendirinya mengikuti sikap budaya kerja keras, gotong royong, solidaritas dan membangun kolaborasi dengan setiap pihak untuk memajukan usaha bersama bagi produk-produk asli wilayah setempat,’’ tutur Rika Fatimah.

‘’Terlebih nanti jika SNI G2RT yang sedang dirintis saat ini telah disahkan oleh pemerintah,’’ imbuhnya.

Acara yang dibuka oleh Danang Samsu, Kabag Rekayasa Sosial-Biro Pemberdayaan Masyarakat Pemda DIY tersebut juga menghadirkan pembicara pertama Pril Huseno, jurnalis dan penulis buku ‘’Membaca Indonesia dengan Jujur’’ yang pada sesi pertama memberikan materi tentang “Peran Nilai-nilai G2RT dalam membangun SNI G2RT”.

‘’Nilai-nilai asli wilayah setempat di DIY berupa kearifan lokal dan siap bergotong royong berperan besar dalam mengisi muatan-muatan SNI G2RT yang tengah berproses untuk disahkan oleh pemerintah pusat,’’ papar Pril Huseno.

‘’Tinggal nanti setiap desa G2RT di DIY ataupun daerah lain, harus benar-benar siap untuk naik derajat menjadi ‘’Korporasi Desa’’ terlebih setelah SNI G2RT disahkan,” tambah Pril Huseno.

Pada kesempatan tersebut, media juga sempat mewawancarai tiga pelaku wirausaha G2RT yang sejak awal mengikuti arahan tim ahli Pemda DIY yang dipimpin oleh Rika Fatimah, masing-masing Dalmugi dan Rahmat dari desa Girirejo serta Marlina dari desa Wukirsari. Desa Girirejo dan Wukirsari berada di wilayah Imogiri, DIY.

Dalmugi dari Girirejo mengawali kisah desa Girirejo dan Wukirsari ikut dalam program pembinaan wirausaha asli daerah G2RT, Pemda DIY.

‘’Berawal dari program Pemberdayaan Masyarakat (Bermas) Pemda DIY yang ingin mengangkat desa Girirejo dan desa Wukirsari, Imogiri dari desa miskin menjadi desa produktif dengan mengangkat produk iconic dan asli dari Girirejo dan Wukirsari,’’ ungkap Dalmugi.

‘’Masing-masing desa diarahkan untuk menemukan produk asli dan bisa dikembangkan. Desa Girirejo mengajukan produk iconic ‘’Wedang Uwuh’’ dan ‘’Ceriping Pisang’’, dan desa Wukirsari mengajukan produk asli Ceriping Gadung,’’ tambah Dalmugi.

Kebetulan bagi desa Girirejo, Wedang Uwuh adalah produk yang mempunyai citarasa tinggi dan telah terkenal di wilayah sekitar makam raja-raja Jogja di Imogiri.

Marlina dari Wukirsari juga mengungkapkan awal bergabungnya komunitas desa wirausaha G2RT Wukirsari, Imogiri yang semula dari desa miskin menjadi desa G2RT.

‘’Tantangan dari bu Rika Fatimah pada 2017 untuk Wukirsari dapat mengajukan produk paling iconic setempat, kami jawab dengan produk unggulan dan asli yakni ‘’Ceriping Gadung’’, meskipun di Wukirsari juga terdapat potensi kerajinan batik, wayang, kerajinan bambu dan wisata alam,’’ urai Marlina.

‘’Akhirnya dipaketkan antara ceriping gadung dan juga paket wisata alam dari dua desa Wukirsari dan Girirejo,’’ tambahnya, yang disetujui juga oleh Dalmugi dari Girirejo.

Ditanya manfaat yang saat ini dirasakan oleh warga Girerejo umumnya dengan adanya G2RT, Dalmugi menyatakan bahwa tidak hanya bersifat materi tapi yang terpenting adalah menumbuhkan bersama-sama semangat berwirausaha di antara warga Desa Girirejo.

‘’Jadi bukan seperti UMKM biasa yang dapat order lalu menjual produk dan selesai, tetapi usaha berkelanjutan dilandasai nilai-nilai gotong royong di antara warga desa,’’ imbuh Dalmugi.

‘’G2RT ini selain menumbuhkan semangat berwirausaha, ternyata juga dapat menemukan produk unggulan yang berbeda-beda dari 30 desa G2RT di wilayah DIY,’’ katanya lagi.

Perihal kemampuan ke depan bagi desa-desa G2RT naik derajat untuk menjual produk dalam kapasitas ekspor, Dalmugi menyatakan siap.

“Tentang kapasitas ekspor kami siap, karena Wedang Uwuh, Wedang Ocra dan Wedang Telang bisa berkolaborasi menyediakan produk, juga dari desa-desa tetangga terutama Wukirsari yang juga penghasil wedang uwuh,’’ pungkas Dalmugi mengakhiri wawancara. (Yoss)