TARGET PLN 2060 : TERCAPAINYA NZE (“NET ZERO EMISSION”) ?

Oleh : Ahmad Daryoko
Koordinator INVEST.

CNBC 4 Juni 2024 memuat statement DIRUT PLN Darmawan Prasojo yang menyatakan bahwa 2060 PLN akan mencapai kondisi NZE (“Net Zero Emission”) atau Operasional PLN sudah lepas dari bahaya polusi udara (batu bara dan semacamnya tidak dipakai lagi). Energy “Power Plant” berpindah ke PLTA, Surya, Angin, Nuclear dst.

I. PERMASALAHAN SYSTEM.

Namun perlu dicatat bahwa mulai 2010 PLN sebenarnya sudah menerapkan Kompetisi Penuh atau MBMS (“Multy Buyer and Multy Seller”) System atau Mekanisme Pasar Bebas Kelistrikan terutama di Jawa-Bali mengingat Jaringan Ritail Jawa-Bali mulai 2010 sudah dijual oleh DIRUT PLN Dahlan Iskan ke Tommy Winata, Aguan, James Riady, Prayoga Pangestu dll ( dalam bentuk “TOKEN” dan “WHOLE SALES MARKET”) atau yang selama ini dikenal sebagai Taipan 9Naga ! Sementara sesuai Data Seminar Serikat Pekerja PJB (SP PJB) dan Persatuan Pegawai Indonesia Power (PP IP) pada September 2020 dengan IR. Djiteng Marsudi (Mantan DIRUT 1998) sebagai Pembicara Utama, diketahui bahwa saat itu Pembangkit PLN (termasuk IP dan PJB) untuk Jawa-Bali hanya menguasai sekitar 10% dari 30.000 MW Kapasitas Total Harian yang dibutuhkan. Fakta lapangan yang ada saat itu Pembangkit PLN yang di operasikan hanya yang PLTA saja seperti PLTA Saguling, Cirata, Mrica dan sedikit PLTGU seperti PLTGU Cilegon guna stabilitas frekuensi ! Sedang diluar itu harus gunakan Pembangkit IPP (“Independent Power Producer”) Aseng dan Asing ! Kondisi tersebut tidak terlepas pula sebagai akibat kebijakan Wapres JK antara 2009 – 2014 yang dikenal sebagai “Kebijakan Proyek 35.000 MW” !

II. PLN LEMAH DALAM “BARGAINING POSITION” DNG ASENG/ASING & TAIPAN 9NAGA !

Artinya secara Operasional System Harian, PLN telah kalah dalam “Bargaining Position” mekanisme MBMS dengan Kartel Listrik Swasta (Kartel Liswas) yang Pembangkitnya dikuasai Aseng dan Asing sedang retailnya dikuasai Taipan 9Naga. Sehingga akhirnya pada 2010 Pemerintah untuk Pertama Kali nya harus mengeluarkan Subsidi Listrik diatas Rp 100T (tepatnya Rp 106,2T) padahal sebelum terjadi MBMS (atau sebelum 2010) PLN memang di subsidi tetapi rata2 hanya maksimum Rp 50T/tahun !

Dan makin kesini Subsidi Listrik makin membesar, sebagaimana Subsidi pada 2020 adalah sebesar Rp 200,6T.

Dan sebagaimana Konsep PSRP bahwa kalau Pemerintah sudah semakin terbebani Operasional Kelistrikan MBMS di Jawa-Bali maka Kelistrikan Luar Jawa-Bali harus diserahkan ke PEMDA setempat (sehingga tidak membebani Keuangan Pemerintah Pusat). Dan sampai saat ini Pemerintah Pusat kelihatannya masih “menutupi” rahasia kelistrikan MBMS dalam Konsep PSRP ! Namun kalau sudah tidak kuat, maka Subsidi Listrik MBMS akan di “lepas” dan tarip listrik akan “melejit” lima kali lipat saat normal. Dan akan melejit 11x lipat saat terjadi beban puncak atau “peak load” (antara jam 17.00 – 23.00).

III. AKIBAT FATAL MBMS SYSTEM.

Sehingga yang terjadi di Kamerun dan Philipina (sesuai Sidang MK tentang “Judicial Review ” 2003 dan 2015) sesuai paparan Prof. DR. David Hall Ahli dari UK University penduduk kurang mampu kembali menggunakan lilin, sentir, teplok, Oncor, upet, petromax dan sejenisnya atau kembali ke jaman dulu lagi !

IV. KESIMPULAN :

Dengan uraian diatas berarti jelas gambarannya, bahwa Kelistrikan di Indonesia (khususnya Jawa-Bali) itu tidak hanya PLN Operatornya. Apalagi di kawasan Jawa-Bali. Tahun 2020 sesuai Seminar Keluarga Besar Serikat Pekerja IP dan PJB dengan Pembicara Utama IR. Djiteng Marsudi saja diketahui bahwa Pembangkit PLN Jawa-Bali yang beroperasi hanya sekitar 3.000 MW dari 40.000 MW yang dibutuhkan !

Lantas pertanyaannya, kalau DIRUT PLN mengatakan bahwa RUPTL 2024-2034 Pembangkit PLN 75% akan menerapkan EBT (Energy Baru Terbarukan) itu prosentase dari “Available Factor” dari Pembangkit PLN atau dari Kapasitas Total Kekuatan MBMS (termasuk milik GE, EDF, Siemens, Shenhua, Huadian, Chengda, CNEEC, Chinadatang, Shinomach ) atau Aseng dan Asing itu ?

Dari ketidak jelasan diatas , berarti target NZE bagi PLN/ Kelistrikan NKRI bisa jadi hanya “PENGALIHAN ISSUE” saja !!

INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROOJIUUNN !!

BOGOR , 12 JUNI 2024.