PHK Dimana-mana, Rupiah Anjlok, Kantong Warga Kempis
JAKARTASATU.COM— Perekonomian masyarakat Indonesia tengah dihantam permasalahan bertubi-tubi, mulai dari pemutusan hubungan kerja yang terjadi di banyak tempat, harga bahan pangan yang melonjak, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang terus melemah di level atas Rp 16.000.
Berbagai permasalahan itu berpotensi makin menekan daya beli masyarakat karena kantongnya makin kempis. Sebab, pelemahan nilai tukar rupiah itu sendiri bisa membuat barang-barang di dalam negeri makin mahal, seperti barang yang diproduksi di dalam negeri namun bahan bakunya berasal dari impor.
Gelombang PHK Industri tekstil terus terjadi
Sejak awal 2024 hingga kini sudah ada 13.800 orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri
tekstil dan produk tekstil (TPT). Hal ini akibat penurunan order sampai tidak ada lagi order. Saat ini, industri TPT yang mampu bertahan adalah yang berorientasi pasar ekspor.
“Pabrik tekstil terus bertumbangan. Terbaru tambah satu, baru 6 Juni 2024. PT S Dupantex tutup, PHK 700-an pekerja. Ini baru hanya di pabrik tempat anggota KSPN bekerja. Banyak yang PHK puluhan, tetapi tidak update, ada juga yang tak lapor sudah PHK,” ucap Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi di Jakarta, Rabu (12/6/2024).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) M. Faisal soroti konsumsi maupun produk impor bahan baku yang makin harganya meningkatkan.
“Baik itu konsumsi maupun produksi yang kita impor untuk bahan baku dan penolong itu akan menjadi lebih mahal, otomatis juga akan menekan dari sisi daya beli masyarakat dan juga daya saing bagi industri,” kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) M. Faisal, dikutip Rabu (12/6/2024).
Melansir data Refintiiv, pada pembukaan perdagangan pagi ini, Rabu (12/6/2024) mata uang Garuda melemah 0,09% menuju posisi Rp16.300/US$. Depresiasi rupiah ini melanjutkan pelemahan yang sudah terjadi sejak Senin. Artinya, rupiah sudah tiga hari beruntun bergerak di zona merah.
Selain nilai tukar rupiah yang tengah terkapar, beras yang menjadi bahan pangan utama yang dikonsumsi masyarakat harganya juga naik. Pemerintah juga masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan pangan itu, termasuk di dalamnya beras.
Badan Pangan Nasional (Bapanas) bahkan telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Gabah dan Beras melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 4 Tahun 2024. Selain itu, Bapanas juga menetapkan Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium dan premium berdasarkan wilayah.
Adapun bahan pangan yang diimpor tahun ini saat harga rupiah terus terkapar di antaranya impor beras tahun 2024 ini ditetapkan mencapai 4.045.761 ton, impor beras tahun 2024 ini ditetapkan mencapai 4.045.761 ton, dan 830-an ribu impor gula kristal mentah atau GKM untuk memproduksi GKP.
Lalu, impor bawang putih tahun ini ditetapkan sebanyak 665.025 ton, impor daging lembu kuotanya sebanyak 270.352 ton, hingga impor jagung yang volumenya sekitar 1,2 juta ton untuk impor jagung bahan baku dan 750-an ribu ton untuk jagung pakan. (Yoss)