Rocky dan Jansen Setuju Legalkan Judol, Ini Alasan Mereka

JAKARTASATU.COM Pengamat politik Rocky Gerung menyarankan judi online dilegalkan, guna membiayai proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Sebab, ketersediaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih terbatas.

“Saya membaca laporan bahwa pada tahun 2013, perputaran uang di judi online mencapai Rp 327 triliun. Sebagian besar pemainnya adalah masyarakat dengan penghasilan rendah yang bermain dengan nominal kecil, namun akumulasi uangnya sangat besar,” ungkap Rocky saat menjadi narasumber diskusi yang diselenggarakan Universitas Balikpapan (Uniba) dengan tema, Kemajuan Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) dan Dampaknya bagi Kalimantan Timur serta Indonesia, 14/6) 2024.

Rocky menambahkan bahwa proyek IKN membutuhkan dana sekitar Rp 450 triliun. Jumlah yang hampir sama dengan perputaran uang di judi online. Lagi pula menurutnya pengerjaan IKN bukan solusi jangka panjang yang realistis.

“Secara sederhana, legalisasikan judi online dan gunakan hasilnya untuk membiayai IKN,” sindirnya

Ia juga menyoroti bahwa pertumbuhan judi online dipicu oleh frustrasi masyarakat akibat stagnasi ekonomi, (APBN Kurang Terus, Rocky Gerung Usulkan Pembiayaan IKN Melalui Judi Online, Geloranews, 16/6/2024)

Terkait hal di atas dengan judul “APBN Kurang Terus, Rocky Gerung Usulkan Pembiayaan IKN Melalui Judi Online”, politisi Partai Demokrat Jansen Sitindoan menanggapi di akun X-nya, 17/6/2024. Namun, pandangannya dinyatakan pandangan pribadi bukan pandangan sebagai partai yang diikutinya.

“Iya. Sebagaimana beberapa waktu lalu juga aku twit, sudahlah.. tidak mungkin Indonesia ini akan bebas dari judi. Apalagi negara kita juga masih korup. Mental masyarakat juga suka taruhan. Jangan-jangan kita semua inipun sebenarnya pernah main judi. Minimal judi bola. Atau kartu,” kata Jansen.

“Malu mengakui saja,” imbuhnya.

Lanjutnya, karena “zero gambling” ini sebuah harapan palsu dan sia-sia yang tidak mungkin bisa dicapai, lebih baik diatur saja dan bisa jadi pemasukan baru untuk negara. Ketimbang uangnya lari ke pejabat atau penegak hukum kita yang korup yang memberi perlindungan.

“Ratusan Triliuan perputaran uang judi ini tiap tahun. Kalau dilegalkan dan diatur jangan-jangan malah jadi turun. Termasuk minat orang untuk mainpun turun. Karena kalau sudah “terang”, apalagi untuk syarat boleh main harus melengkapi ini-itu, mencantumkan identitas resmi dll, biasanya orang malah jadi malas,” jelas Jansen.

“Apalagi pasca adanya judi online, setiap hari korban baru berjatuhan. Orang miskin lagi. Karens depo 10 ribupun katanya bisa. Inilah akibat tidak diatur, termasuk anak-anakpun bisa main,” tambahnya.

Jansen menilai negara tetangga tidak hipokrit dan mabuk agama

“Termasuk uang itu jadi lari ke luar. Karena negara tetangga kita tidak hipokrit dan mabuk agama seperti kita. Judi mereka izinkan bahkan menarik pendapatan resmi dari situ, namun mereka mengaturnya dgn syarat-syarat yang keras termasuk lokasinya,” kata Jansen.

Jadi kata Jansen mari kita mengakui, bahwa sejak kita merdeka, Negara termasuk anjuran agama telah kalah melawan judi. Dimana-mana tetap orang main judi, di bumi yang katanya anti judi ini.

Ia menegaskan, jadi lebih baik sekarang kita atur agar kerusakan tidak tambah parah. Dan korban tambah banyak.

Jansen menuturkan, beda hal kalau Indonesia sebagai Negara terbesar dan paling banyak penduduknya di Asia Tenggara, misalnya, mampu “memaksa” ASEAN untuk membuat aturan seluruh negara di Asia Tenggara melarang judi. Itu mungkin masih ada harapan. Sehingga tidak tiap minggu orang Indonesia dengan modal tiket 500 ribu pergi ke Malaysia atau Singapura utk main judi. Termasuk server-sever judi online ini dibuka dan dikendalikan dari negara mereka.

“Faktanya kan kita tidak bisa,” tandasnya.

“Jadi mari sekarang kita semua berpikir realistis dan tidak hipokrit melihat permasalahan ini. Kita semua ini juga manusia beragama. Tak usah diragukan itu,” seru Jansen.

Namun memang ada orang seperti kita ini yang tidak suka judi — bukan karena ajaran agama, namun tidak suka judi saja karena buang-buang waktu dll — tapi banyak juga saudara-saudara kita yang suka judi. Mau dilarang agama dan negara pun mereka akan tetap cari jalan untuk bisa berjudi. Termasuk pergi ke negara tetangga. Apalagi sekarang pasca ada online, cukup depo dari rumah saja mereka sudah bisa main.

“Sialnya karena hal ini belum bisa diatur negara, orang miskin pun bisa ikut main juga. Padahal untuk kelas judi kampung saja, penghasilan dan keadaan hidup mereka belum pantas untuk ikut taruhan. Apalagi di online yg bisa menyedot uang tanpa batas. Habislah semua. Rusaklah keluarga. Dan orang miskin bertambah,” tukasnya.

“Mari kita diskusikan,” tutup Jansen. (Yoss)