Solilokui Hari Ini

Oleh: Taufan S. Chandranegara, praktisi seni, penulis

Ketika air tak melihat nurani kemanusiaan berbudi. Jernih atau tidak ukurannya tidak pada alfabetis. Berbudi atau tidak ukurannya tak terlihat pada air jernih. Sekalipun

narasi warna-warni biarlah menjadi pilihan siapapun-berbudi. Barangkali di sanalah pelajaran dapat dipetik, kemuliaan hati siapapun telah memutuskan sebuah pilihan.

Magnetis kadang dibutuhkan, kadang dibuang, terkadang pula, di buang jangan di simpan keraguan, membingungkan. Akibatnya, kalau ada, berpengaruh pada amar putusan waktu lintasan. Mungkin sebaiknya pilihan, menimbang baik buruk hitam putih kiri kanan maju mundur, depan belakan sebab pengkhianatan datang sesuka hati.

Rencana mungkin saja tak sesuai harapan, tujuan berkelit simpangsiur. Karena terpeleset kulit pisang. Ketika zigot akan bermutasi dari hasil kerjasama gamet betina dengan gamet jantan, mungkin saja berulah sebagai parasit tandingan, kalau mungkin, bergantung pada situasi sasaran. Virus tetaplah virus hobi main keroyokan

Serupa nyamuk, segera mengejar tumpang tindih demi menghisap makanannya, entah darah hewan, entah darah makhluk planet lain. Bagi nyamuk terpenting mencapai sasaran gigitan. Gigit menggigit dalam arena gladiator hewani merupakan ajang kekuatan jago lahan, menjadi wilayah hidup habitatnya. 

Hampir serupa adu jangkrik, adu ayam di arena taruhan. Pemilik hewan taruhan jingkrak-jingkrak ketika hewan taruhannya menang, mungkin saja dibunuh, kalau mengalami kekalahan. Sedihnya menjadi hewan. Matahari sejak mazhab alam purba tetap bersinar seperti biasa.

Kalau ozon bolong, konon, karena ulah  kultur kemodernan, akibat dari berbagai pola laku kimiawi atom sintetis hingga peradaban industri berpolusi. Ketika kaum filosofis menemukan bentuk komunikasi sosial, dunia bagai baru bangun dari tidur. Mengalir peranan kehidupan seakan mencapai tujuan dari ambisi berbagai jenis makhluk.

Mazhab berkembang dalam kumparan tanya-jawab, sepanjang akronim peradaban. Apakah realitas, menghindari kebudayaan atau sebaliknya. Barangkali saja, tidak untuk keduanya, ketika etika transkultural tengah bergulir untuk mencapai berbagai istilah temuan inteligensi. Berguna atau tidak hanya pemilik multi semesta Maha Tahu.

***

Jakartasatu, Juni 19, 2024.

Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari