JAKARTASATU.COM — Komisaris Utama PT Bio Farma dan Mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng meninggal dunia dalam usia 82 tahun.
Tanri Abeng mengembuskan nafas terakhir pada Minggu (23/6/2024) dini hari setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Medistra Jakarta.
“Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, segenap keluarga besar Bio Farma Group berdukacita atas berpulangnya Bapak Tanri Abeng, Komisaris Utama Bio Farma. Semoga pikiran, tenaga dan segala kebaikan yang selama ini tercurah bagi kemajuan Bio Farma Group dan Indonesia menjadi bagian dari amal saleh Almarhum, dan semoga Keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberikan ketabahan,” tulis manajemen Bio Farma dalam akun Instagram-nya.
Kabar duka tersebut juga sebelumnya disampaikan mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu dalam cuitan di X.
Jenazah akan disemayamkan di rumah duka Jl. Simpruk Golf XIII Jakarta Selatan
Tanri Abeng merupakan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN pada Kabinet Pembangunan VII di era Presiden Soeharto. Dia pun melanjutkan jabatannya pada Kabinet Reformasi yang dipimpin Presiden B. J. Habibie.
Pa Tanri Abeng (TA) dikenal sbg “Manajer 1 Miliar”. Penyebutan tsb mencuat saat TA sebagai seorang profesional “dibajak” oleh kelompok usaha Bakrie dari tempat kerjanya yg lama di PT Multi Bintang tahun 1990-an. Saat saya dipindah ke Jakarta tahun 1995, dalam suatu liputan saya berkesempatan duduk satu meja bersama beberapa wartawan lain dengan Pak Ical (Aburizal Bakrie) CEO Bakrie & Brothers.
Ketika itu info kepindahan TA dari Multi Bintang ke Bakrie Brothers masih hangat, sehingga temen2 wartawan tidak menyia2kan kesempatan bertanya ke Pak Ical ttg proses menarik masuk TA dari perusahaan bir tsb. “Apakah benar dia digaji Rp 1 milyar ? Atau itu nilai transfernya Pa ?,” kata para wartawan bertanya penasaran ke Pa Ical. Namun, Pa Ical tidak menjawab poin pertanyaan yang ditanya wartawan. Dia justru menceritakan kisah protes ibunya ketika kelompok usaha Bakrie mulai dikelola secara profesional. Sebelumnya BB dikelola melalui manajemen keluarga. Setelah kehadiran TA, BB mulai dikelola secara profesional.
“Saat perayaan ulang tahun di rumah, ibu saya sempat protes kenapa TA tidak datang. Lalu saya jelaskan ke ibu. Beliau bekerja di BB sebagai profesional dan tidak ada kaitan dengan keluarga kita. Jadi TA juga tidak perlu harus datang ke acara ulang tahun ibu,” ujar Ical menceritakan tentang perubahan manajemen BB setelah dikelola secara profesional.
Setelah berkecimpung di dunia swasta, tahun 1999, TA diangkat Presiden BJ. Habibie sebagai Menneg BUMN. Yg sdg mnjadi sorotan publik waktu itu adalah kerugian maskapai Garuda Indonesia yg melmbung tinggi dan proses merger empat bank pemerintah (Exim, BBD, Bapindo, BDN) menjadi Bank Mandiri sekarang.
Ketika itu, TA memilih orang yang tepat untuk membenahi perusahaan BUMN itu. Yang dipilih adalah Robby Djohan. Alumni FE Unpad yang pernah bekerja di Citibank dan pernah jadi Dirut Bank Niaga.Sebelum menjadi Komisaris Utama Bio Farma, pria kelahiran Selayar, 7 Maret 1942, itu juga sempat menjadi Komisaris Utama PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. dan Komisaris Utama PT Pertamina (Persero). *** (J)