Kajian Merah Putih: Indonesia Kacau Balau Dan Gelap Gulita

JAKARTASATU.COM Koordinator Kajian Merah Putih, Sutoyo Abadi menyampaikan dalam berbagai kesempatan menurut penilaian Habib Rizieq Shihab ( HRS ) wajah negeri ini sudah terbilang kacau balau, sehingga tidak bisa dibiarkan begitu saja.

“Semburan kritik dari Imam besar Habib Rizieq Shihab ( HRS ) terasa benar hampir semua kebijkan negara terus menimbun masalah dan menyisakan kekacauan. Bahkan di ahir masa  kekuasaan Jokowi sinyal kekacauan makin parah,” kata Sutoyo Abadi kepada Jakartasatu, Senin 1/7/2024.

Menurutnya, “Indonesia saat ini mirip dengan distopianya “George Orwell di Animal Farm”, menggambarkan situasi serupa dengan penempatan hewan sebagai simbol yang sedang mengendalikan dan mengelola negara”

Sutoyo meminjam pandangan George Orwell yang menyoroti masalah politik dimana isu seputar kekuasaan, ketidakadilan memang sudah melekat di banyak pemerintahan sejak dahulu kala, dengan menempatkannya pada  pemimpin negara berkarakter hewani sebagai satir politik.

“Diamati dari politik secara organoleptik dari sifat hewani pasti akan muncul nafsunya ingin terus berkuasa setelah menikmati dan merasakan nikmatnya  hidup dari kekuasaan.”

Sutoyo menilai keadaan terus berkembang sedemikian liar multi-aspek, multi-bentuk dan multi-kompleks sehingga sistem kekuasaan di Indonesia berada di luar jangkauan  ilmu atau teori politik yang pernah digagas oleh para pemikir terkemuka di planet bumi ini.

“Teori yang paling mendekati inti sukma dasar yang hakiki melekat pada kemelut, baik di atas panggung apalagi di belakang layar politik Indonesia, tinggal tersisa apa yang disebut sebagai chaos theory alias teori kacau-balau”.

“Turbulensi politiknya sangat besar dan berbahaya membuat prediksi masa depan dan jangka panjang gelap gulita atas perilakunya secara umum tidak mungkin ada perbaikan. Muncullah ramalan Indonesia mendekati bubar,” ungkap Sutoyo.

“Hal ini dapat terjadi akibat sistem ini bersifat deterministik, artinya perilaku masa depan yang mengikuti pengembangan unik dan sepenuhnya ditentukan oleh kondisi awalnya dari seorang pemimpin yang bego, tolol, dungu dan bodoh”.

“Dengan kata lain, sifat deterministikal teori kacau-balau membuatnya sulit, bahkan mustahil bisa diprediksi, keadaan benar benar gelap gulita,” tandasnya.

Koordinator Kajian Merah Putih ini mengatakan wajah pemerintahan menjadi tidak jelas, mana kanan mana kiri, mana ujung mana pangkal, mana cabang mana ranting mana dahan, mana luar mana dalam, mana atas mana bawah, mana kepala mana ekor, mana hulu mana hilir.

“Indonesia kacau bakau dan gelap gulita, meminjam teori kacau-balau diintisarikan maknanya oleh “Edward Lorenz” sebagai: “Ketika masa kini menentukan masa depan, namun perkiraan masa kini tidak menentukan masa depan”.” pungkasnya. (Yoss)