JAKARTASATU.COM– Festival Non Halal di Solo Paragon yang belakangan ramai dibicarakan karena ada tudingan penolakan hingga penutupan paksa dari pihak atau kelompok tertentu, direspons Majelis Ulama Indonesia (MUI) Surakarta.
“MUI Kota Surakarta menyayangkan ada pemberitaan yang seolah-olah membangun narasi ‘intoleransi’ terkait adanya upaya keberatan dari warga muslim kota Surakarta,” demikian kata Ketua MUI Surakarta, KH Abdul Aziz Ahmad, melalui keterangan resminya kepada media, Sabtu (6/7/2024).
MUI Kota Surakarta berpendapat bahwa hal tersebut lebih pada komunikasi yang tidak tersampaikan dari awal oleh penyelenggara dengan elemen-elemen masyarakat (stakeholders) yang semestinya ada semacam dialog.
“Apabila hal tersebut dilakukan sejak awal maka hal-hal yang bernuansa mispersepsi tidak terjadi, sehingga dengan mengedepankan saling menghargai, nguwongke uwong’, kejadian terkait respon dan reaksi terhadap event yang dimaksud tidak terjadi,” tekannya.
Jadi, terkait paradigma yang terjadi di kota Surakarta mengenai event “Kuliner Pecinan” yang mengusung tema Festival Makanan Non-Halal, MUI kota Surakarta tetap menghargai kemajemukan yang berbingkai azas kebhinekaan.
“MUI Kota Surakarta secara konkret memberikan ruang untuk kegiatan sejenis untuk dilakukan dan diadakan sesuai ketentuan yang semestinya, tanpa mereduksi hak warga umum,” tegasnya.
“Singkatnya, perlu adanya standarisasi tehnis dalam pelaksanaan event yang dituangkan dalam koridor Standar Operasional Prosedur (SOP) yang jelas,” imbuh Kiai Abdul Aziz. (RIS)