Kajian Merah Putih: Kampus Bukan Jongos Penguasa

Perang membela keadilan dan kebenaran adalah permainan yang bisa di simulasi dengan membela diri disertai senyuman di wajah, tapi tidak akan bisa bertahan dan tawa di hati karena salah, kalah dan harus menyerah

JAKARTASATU.COM  Sutoyo Abadi menyampaikan peserta diskusi rutin Kajian Politik Merah Putih ( semuanya mahasiswa yang sedang belajar di berbagai perguruan tinggi )  murka besar mendengar peristiwa pemberhentian Dekan FK Unair, Prof. Budi Santosa, SpOG, hanya karena opini beliau yang berbeda dengan dengan rencana Menkes untuk mendatangkan dokter asing, langsung disergap dan padamkan dengan pemecatan.

Koordinator Kajian Politik Merah Putih ini mengatakan ini peristiwa kedunguan yang sama sudah berulang ulang terjadi arogansi kekuasan menyerang kampus dengan  konyol, bodoh dan tolol karena memiliki tabiat  selalu berlindung pada norma buatan dan rekayasa untuk melegalisasi seolah olah benar atas pelanggaran norma, etika, aturan bahkan UU diterabas merasa benar, angkuh, pongah, sombong dengan kekuasaannya.

“Perilaku kekuasaan  semakin liar dan banal. Dampak dari ambisi agenda besar penjajah gaya baru yang sedang memaksakan kehendaknya untuk dijalankan penguasa boneka. Siapapun melawan akan dilibas kalau perlu dibunuh,” kata Sutoyo Abadi kepada wartawan, Senin 8/7/2024.

“Kampus adalah kawah candradimuka dimana orang bertarung ide, gagasan, wawasan, pendapat, argumentasi sesuai disiplin ilmunya masing masing  bermuara pada pilihan pilihan menemukan kebenaran, akan di padamkan,” tambahnya.

Sutoyo menilai sangat memalukan apabila seorang rektor teledor tega memecat jabatan teman sejawatnya dan meruntuhkan marwah kampus sebagai institusi keilmuan yang kredibel dengan cara harakiri.

Peristiwa memalukan ini lanjutnya, harusnya menjadi instrospeksi, serapuh ini kampus ( universitas) melawan kekuasaan tiran, dalam posisinya sebagai benteng  pengawal kebenaran, keadilan dan demokrasi.

“Perbedaan pendapat dan kebebasan berpendapat adalah  nyawa tak terpisahkan dari kehidupan kampus dan hak hidupnya  dilindungi oleh undang-undang,” jelasnya.

“Apabila suara ilmuwan dari kampus sampai menyerah para kekuasaan tiran, saat bersamaan eksistensinya akan hilang,” tegasnya.

Ia menandaskan kampus bukan budak dan jongos kekuasaan yang harus tunduk pada kemauan, kehendak, ambisi kekuasaan. Justru saat kekuasan sedang berjalan di jalan sungsang atas kendali oligarki ( penjajah gaya baru ) yang sedang menghancurkan NKRI. (Yoss)