Esai Bukan Mozaik

Oleh: Taufan S. Chandranegara, praktisi seni, penulis

Polusi dekonstruksi isme impor romansa mengharu biru tak serupa kisah humanis. Senjata perang diputar ulang menghias layar perak.  Karcis  tontonan dibayar mahal. Gegap gempita reklame jempol nomor wahid. Jual obat keliling berlabel masuk angin. Sembelit perut melilit. Loket tontonan berikut masih tutup kandidat belum bersolek.

Berebutan politik abong-abong pop art mode pakaian dalam kepalsuan politisasi di awang-awang gemawang menyentuh pola imajiner laiknya kucing jatuh cinta “Meang! Meong!” absurd dalam bungkus kertas kado. Tak serupa kopi dari kebun sendiri, beraroma asli tradisi jujur leluhur tanpa hipnosis zaman.

 

Plagiarisme bunting oleh kelaminnya sendiri. Alibi merupa jual beli duplikasi sambal terasi tanpa tomat. Seolah-olah mengandung anak kandung dari sperma unggul. Sekalipun suryakanta kala memantulkan kebenaran cahaya matahari, menerangi plagiarisme desain politik kepalsuan tanpa benang penyulam kain.

 

Ketika Mahacipta Kehidupan, tidak digubris oleh kemodernan mesin penyedot akal sehat.  Limbah tak beradab menumpuk di lautan. Perbincangan magma kuliner antar momok sihir hitam gagap.; Tak mampu membaca tanda-tanda kebaikan iklim anugerah langit maha luas senantiasa memberi berkah kehidupan.

 

Pemilik langit hanya memiliki kemuliaan keteladanan memberi pengajaran prosa kehidupan perilaku tertib berbudi. Memberi pelajaran pemecahan deret hitung susastra bening kejujuran bekal meniti jenjang menuju arena kreativitas perjalanan kehidupan. Tidak mengajarkan plagiarisme politik masuk angin-menolak benih inti kebeningan.  

 

Senja tak pernah berubah di ufuk edarnya. Fajar sidik seanantiasa indah sepanjang zaman. Mata air kehidupan membasuh diri tubuh-tubuh bumi. Tak ada aklamasi mozaik plagiarisme simsalabim abakadabra di sana. Jangan coba-coba arogan melupakan akidah dan akhlak demi cuan triliun patgulipat kedalam dompet.

 

Sebab mandat hidup hukum Ilahi, tak sekadar kuasa usaha titipan, di situ ada gemuruh halilintar musim kesuburan penghujan. Merembes ke tanah mencipta mata air, menghidupi bibit unggul alami. Tercipta hutan hijau bermanfaat, memelihara benih-benih beriman pada kehidupan maha luas. Ikhlas.

 

***

Jakartasatu Indonesia, July 13, 2024.

Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.