Alhasil, permintaan maaf tersebut dituding sejumlah pihak sebagai bentuk kemunafikan Jokowi. Demikian dikatakan Ketua Umum Partai Negoro, Faizal Assegaf bahwa dia menyebut Jokowi sebagai penguasa yang sudah terbukti berulang kali berbohong.“Penguasa yang terbukti berkali-berkali membohongi publik sangat diragukan bersikap jujur memohon maaf pada rakyat secara tulus,” ungkap Faizal dalam keterangan Jumat (2/8).
Lebih Lanjut Faizal mengatakan bahwa, mencari sikap jujur Jokowi dalam bernegara nyaris sulit ditemukan. “Kebohongan Jokowi sudah senyawa yang kental dan tak terpisahkan,” imbuhnya.
Masih kata Faizal bahwa hal itu membuat rakyat Indonesia tidak akan percaya dengan pernyataan Jokowi meminta maaf di ruang publik.
“Sebenarnya hal tersebut sebaliknya. Rakyat semakin melihat pernyataan maaf Jokowi sebagai puncak dari ekspresi kebohongan jelang lengser dari kekuasaan,” paparnnya.
“Bagaimana mungkin Jokowi yang berbakat dan hobi berbohong seketika berbalik menjadi pribadi yang jujur? Itu mustahil dan hanyalah intrik politik pencitraan,” beber Faizal.
Dijelaskan Faizal, Jokowi sadar bahwa dirinya kelak turun dari kekuasaan akan menuai banyak tuntutan. Dengan demikian, berbagai elemen rakyat makin bersuara keras mendesak dirinya diadili.
Hal ini membuat Jokowi sangat ketakutan dan berupaya menggunakan modus basa-basi pidato permohonan maaf sebagai jurus tipu-menipu di ujung kekuasaannya.
“Watak kebohongan Jokowi adalah akar masalah dan telah menimbulkan daya rusak dalam bernegara. Tidak bisa dihapus dengan kebohongan melalui drama permohonan maaf. Itu modus perilaku jahat dan licik,” tutup Faizal yang juga dikenal sebagai Kritikus Politik.(RNZ/JAKSAT)
