Hikayat Dinasti Raja Bohong
Rusdianto Samawa
Aktivis
Dosa yang tak mungkin dimaafkan. Dengan segala kerendahan hati, rakyat tak bisa memaafkan. Presiden jabatan publik, tanggung jawab depan rakyat. Biarkan rakyat menilai dan ambil cara sendiri untuk menghukum dan memberi jalan keluar terakhir bagi pemimpin yang penuh hikayat bohong.
Selama 10 tahun, festival bohong kian lumrah. Semacam hikayat leluhurnya yang tak terungkap. Genetik dinasti raja bohong sudah melekat. Lambat Laun tersingkap. Jelang lengser, makin nyata kasus demi kasus muncul.
Semakin menanam dinasti keluarga, makin nyata rakyat melihat salahnya. Investasi politik rakus kuasa melalui anak, mantu, ipar dan koleganya. Sesungguhnya, pemilik semesta tak akan biarkan segala bentuk dosa dan perbuatan busuknya.
Oligarki yang dipelihara dikomplek Istana seperti jaring blat dilaut yang dibentang saat air naik dan saat surut menghadang seluruh generasi yang miliki kesempatan yang sama. Oligarki menyuntik virus pragmatis agar kaum muda yang surplus dimasa depan tidak tumbuh.
Ikan paus di laut masih memiliki perasaan tidak memburu, ketika lumba – lumba bersedia mengawasi tingkah buas paus, memberi setitik harapan perlindungan untuk ikan yang lain. Namun, oligarki yang berternak diselokan gorong – gorong sangat buas yang mampu menjinakan rakyat, mahasiswa, DPR dan partai. Lalu kunyah mengunyah.
Pesona kuasa yang dimilikinya, hipnotis seluruh negeri. Seolah pemimpin yang dilahirkan dari selokan gorong – gorong begitu sederhana. Ternyata, jadi raja bohong yang bodohi seluruh rakyat.
Branding “aku pancasila, aku Indonesia” untuk menghukum rakyat yang kritik bohongnya. Musim tangkap aktivis, ulama dan rakyat seolah “benar dan salah” dimonopoli.
Monopoli kejahatan menjadi kebenaran, memburamkan peran dan fungsi seluruh lembaga negara. Kesalahannya, seperti biasa saja. Hukum tak kuat menyentuh semua dosa dan salah keluarganya.
Begitu terpuruk nilai – nilai kemerdekaan negeri ini, setelah dipimpin raja bohong. Asas manfaat kelola negeri, jual beli atas nama investasi sumberdaya alam. Modal hidup yang dimiliki negara terkuras.
Kedepan, negara begitu sulit bangkit. Dinasti daur ulang masih terus gerilya. Mencari celah, otak-atik kuasa, bongkar pasang jabatan dan kepalsuan yang terus diulang. Rakyat hanya bisa diam bisu, menyaksikan setan – setan jahat dinasti raja bohong dan politik oligarki blingsatan.[]