Jokowi Jaring Laba Laba AS dan Cina

Sutoyo Abadi

Informasi berasal  dari story Al Jazera bersumber  artikel oleh Persatuan Umat Islam Seluruh Dunia (PUISD ) atau WMA (World Muslim Asdociation).

Info ini sudah muncul di berbagai media Islam dalam negeri antara tahun 2010-2013 terlihat benang merah perjalanan Joko Widodo seorang Walikota Solo menjadi Gubernur DKI dan kemudian Presiden RI akan menjadi jaring laba laba AS dan Cina

Sejak akhir 2004, secara bersamaan SBY menjadi Presiden RI sedang JKW menjadi Walikota Solo. Kala itu baru saja terjadi “hiruk pikuk” bom Bali I dan II.

Saat itu Presiden Megawati menolak permintaan AS untuk menangkap Abu Bakar Ba’asyir. Muncullah manuver intelijen CIA ( yaitu dengan strategi menguasai media dan sebar uang ) akhirnya Megawati terguling dan digantikan SBY.

Beban politiknya SBY harus tunduk kepada AS, di antaranya harus mau menangkap Abu Bakar Ba’asyir yang dianggap oleh AS sebagai tokoh teroris yang ditakuti oleh Amerika.

SBY dengan sigap menerima permintaan AS tersebut demi mencapai RI -1 yang dijanjikan dukungan  AS. Sejak terpilihnya SBY dimulailah operasi penangkapan Abu Bakar Ba’asyir sebagai korban kepentigan AS – zionis Yahudi untuk melemahkan dan  menghancurkan Islam.

Disinilah SBY memberikan instruksi kepada Walikota Solo untuk membantu CIA dalam operasi tersebut (karena pemukiman Abu Bakar Ba’asyir, yaitu Pesantren Ngruki, berada di Kabupaten Sukoharjo, yang berbatasan dengan Kota Solo).

Operasi intelijen CIA dimulai dan bermarkas di Kota Solo ini, dengan pendampingan Walikota Solo Joko Widodo.

Selama pelaksanaan missi AS dengan CIA nya itulah kemudian Walikota Solo ini dikenal oleh para pejabat AS antara lain Menlu Condoliza Rice serta pengganti nya Hillary Clinton, yang dua-dua nya sempat berkunjung ke Solo juga untuk meninjau pelaksanaan operasi CIA dalam rangka rencana nyusun jebakan penangkapan Abu Bakar Baasyir.

AS sudah berpikir bahwa SBY (  loyalis terhadap AS ) maksimum hanya bisa berkuasa sampai akhir tahun 2014 . Sehingga AS harus mencari pengganti SBY pada akhir tahun 2014 yang lebih loyal.

Meskipun menurut survey intelijen AS, yang dianggap potensial ada dua yaitu Megawati dan Prabowo. Kedua – duanya itu tidak dikehendaki oleh AS, mengingat Megawati anak Soekarno, sedang Prabowo pernah “mengganjal” Beny Murdani, Jenderal kesayangan AS.

AS lebih memilih Jokowi untuk diproyeksikan sebagai Presiden RI diakhir 2014. Dengan harapan tentunya di bawah Jokowi semua kepentingan AS di Indonesia aman. Maka mulai saat itu AS men-setting “road map” Jkw dari hanya sebagai Walikota, menuju RI 1.

AS menugaskan mantan Jenderal seperti Luhut Binsar Panjaitan dan Hendropriyono mendampingi Walikota Solo ini dengan melalui  “modus” pura-pura bekerja sama dalam bisnis meubel keluarga Jokowi.

Tugasnya adalah mempopulerkan Sang Walikota Solo ini, maka CIA membuat manuver seolah-olah Walikota Solo ini, dalam kompetisi dunia, digambarkan sebagai walikota terbaik di dunia, dan dihembus melalui majalah Time serta media kelas dunia lainnya.

Konon di dalam negeri, CIA membayar Metro TV, Kompas, Tempo dll untuk mem “blow up” Jokowi sehingga menjadi “Media Darling” dan populer di tengah masyarakat Indonesia,  macam macam rekayasa di blow up secara besar-besaran.

Manuver CIA  disertai dengan senjata menyebar uang ( hampir sama AS merubah UUD 45 ) ahirnya berhasil mengorbitkan Jokowi menjadi Gubernur DKI dan Presiden RI.

Megawati dalam kondisi  tersingkir, membajak  Jokowi agar lebih loyal, taat dan patuh ke China,  untuk target keberhasilan OBOR dengan Strategi “infrastruktur” dan pengerahan secara hebat Tenaga Kerja China ke Indonesia.

Keberhasilan Pilpres 2019 bukan lagi keberhasilan AS sebagaimana Pilpres 2014, tetapi AS dan RRC secara kompak menerapkan Ideologi Freemasonry ( penggabungan kekuatan Kapitalis dan Komunis ) dengan Sandiwara seakan-akan AS kontra China padahal masih  satu tujuan juga untuk “menguasai” Indonesia

Sampai disini bisa dipahami ?. Bahwa AS dan Cina sama tujuannya akan menguasai Indonesia. Satu-satu nya jalan bagi rakyat Indonesia adanya kesadaran bersama  Indonesia dalam ancaman AS dan Cina. (*)

6/8/2024