AH Mundur dari Ketum Golkar, Pengamat: Bisa Jadi PKB dan PAN Selanjutnya
JAKARTASATU.COM– Mundurnya Airlangga Hartarto dari jabatan ketua umum Partai Golkar mengagetkan sejumlah kalangan. Selain mendadak, AH dalam memimpin partai Golkar selama ini bisa dibilang cukup berhasil. AH mampu bawa partai Golkar raup 102 kursi di pileg 2024-2029 ini.
Merespons hal tersebut, pemerhati sosial politik Uchok Sky Khadafi menilai, mundurnya AH dari posisi ketum Golkar tak bisa dilepaskan dari pertarungan politik antar dua blok kekuatan.
“Patut diduga ini ada pertarungan senyap antara gerbong Prabowo vs gerbong Jokowi. Kedua blok ini sepertinya belum menemui titik kompromi politik yang saling menguntungkan. Kondisi ini saya duga yang membuat gerbong Jokowi bermanuver. Suka gak suka mundurnya AH pasti publik menduga ada manuver kekuasaan dibalik itu semua. Tapi pesannya, gerbong Jokowi nampaknya tengah bargain khususnya dengan Prabowo,” kata Aktivis 98 itu kepada Jakartasatu.com saat dihubungi, Ahad 11/8/2024.
Menurutnya, hal yang lumrah ketika Jokowi misalnya berkeinginan mengambilalih kepemimpinan di partai Golkar.
“Realistis karena Golkar merupakan salah satu kekuatan penentu di Parlemen. Timingnya juga tepat sebab kalau harus tunggu Munaslub Desember, Jokowi kemungkinan besar ditinggal di saat dia tak lagi berkuasa, hukum alamnya begitu dalam konstelasi politik kita. Politik bukan soal beretika atau gak tapi soal seni meraih kekuasaan apapun caranya,” tandas Ucok Sky.
Meski demikian, aktivia 98 ini menduga, manuver gerbong Jokowi tak akan berhenti di partai Golkar saja.
Sebab, lanjut dia, Golkar tak cukup kuat amankan Gibran dan kepentingan gerbong Jokowi di parlemen jika tidak merangkul parpol lainnya.
“Bisa jadi PKB dan PAN masuk bidikan. Keduanya mesti ditaklukkan gerbong Jokowi. Kedua parpol ini juga cukup signifikan suaranya jika berhasil digabung dengan Golkar. PKB dan PAN kan terlihat bermesraan dengan Prabowo akhir-akhir ini. Mereka gak baca bahwa Jokowi masih punya kekuatan signifikan. Jadi bukan hal mustahil ketum PKB dan PAN juga tetiba mundur, dalam politik gak ada yang gak mungkin semua bisa terjadi,” tandasnya. (Yoss)