Sketsa Pilkada Serentak (7):

Babah Alun Tak Mau Diayun

POLITIK terlalu keras dan kasar.  Ungkapan cespleng Jusuf Hamka. Dalam spasi pendek dan tanpa pikir panjang, ia menyatakan mundur. Berhenti melangkah.

Babah Alun, sapaannya – kadung mutung. Kosakata bahasa Jawa yang berarti ngambek. Disebut pula ngadat (bahasa Sunda -pen). Marah. Koq marah, sih?!

Baru sehari, namanya bergulir di pentas pilkada. Bahkan langsung berkunjung ke Bandung hari Sabtu. Menjajakan diri lewat program Nasi Kuning. Dia digadang mendampingi Dedi Mulyadi untuk kontestasi Pilgub 2024. Esok harinya, Minggu — Jusuf Hamka malah menyatakan mundur dari kepengurusan Partai Golkar. Praktis tak lagi maju dalam pilkada. Lugas, tegas dan jelas.

Mundurnya sang mualaf yang sukses sebagai boss jalan tol, menyusul pengunduran Ketum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, Sabtu malam, 10 Agustus 2024. Sehari sebelumnya boss partai beringin itu mengumumkan, Jusuf Hamka maju Pilgub Jabar. Sebelum itu pula didorong ke Pilgub Jakarta, tapi tak lanjut. Tak jelas, apa ada kaitan wacana mendampingi Kaesang. Dia malah menunjuk Anies Baswedan sebagai “orang baik dan amanah”, saat jumpa tak sengaja di car free day Jakarta akhir pekan lalu.

Tak jelas pula, apa kaitan mundurnya Babah Alun dengan hengkangnya Airlangga dari kursi ketum Golkar. Dia meyakinkan He is my best friend.  Begitulah, saat Babah Ngamuk — mengingatkan komik silat Kho Ping Hoo yang juga menyiratkan romansa dan bencana. Tak jelas pula alasan pengunduran diri Ketum Golkar, justru pada saat memuncak agenda pilkada. Sejumlah spekulasi dan analisis soal “bom berita” itu.

“Saya enggak mau lanjutin (maju Pilkada) Jakarta dan Jawa Barat, ke ujung langit pun saya enggak mau lanjutin. Saya mau jadi warga rakyat biasa. Saya enggak akan kuat, minta ampun kalau lihat perseteruan politik keras dan kasar,” kata Jusuf Hamka.

Hari ini, Senin pagi tadi (12 Agustus 2024) — Babah Alun mendatangi Kantor DPP Partai Golkar di Slipi, Jakarta Barat. Menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai kader Partai Golkar. “Suratnya sederhana, kemarin saya buat di Bandung,” katanya.

Sosok mandiri dan berintegritas. Menjunjung moral  dan etika berdemokrasi. Bahkan saat sederet Penjabat (Pj) kepala daerah yang memanfaatkan momentum dan “curi start” pilkada. Malu dan memalukan. Babah Alun abai “aji mumpung” yang tengah deras menggelinding. Babah Alun yang tak doyan mengayun dan diayun.***

– imam wahyudi (iW)
jurnalis senior di bandung