Muruah

Oleh Taufan S. Chandranegara, praktisi seni, penulis.

Melihat langit seraya terpandang tanpa batas. Bentuk kehidupan apapun terbatas inheren karya apapun itu terbatas. Mau sastra politik ataupun susastra tinggi selangit terbatas. Batas menentukan segala hal semua berhenti di sana. Tak ada popularitas melangit, ataupun kejayaan kelas kekuasaan manusia, terbatas. Jreng! Mati.

Takubahnya memandang langit sebatas mata memandang, itu, langit pandangan mata terlihat namun tak bisa dimiliki atau dikuasai makhluk hidup sekelas apapun. Yak O Ya! Tak bisa dibongkar. Siapa berani membongkar langit. Hebat amat. Ham him hum gumam kalbu selalu diketahui pemilik langit Maha Tahu. Maha Segala-Nya.

Kalau begitu apa pula mau ditulis. Menyoal kekuasaan kaum partisan, terbatas, mati. Kekuasaan penguasa negara dimanapun, terbatas, mati. Sekalipun jagoan inviltrasi hua hi hu. Punya rudal jelajah antar benua, emang bisa bikin antar langit wkwkwk apinya tak kan kunjung tiba. Jadi manusia baik saja. Sederhana saja.

Manusia jangan bikin ulah adigang adigung. Loh tuntutan zaman kemodernan manusia dong. Harus mampu menjelajah sains. Emang bisa kuy? Kan manusia serba terbatas hidup dalam kotak terbatas. Jadi tak usahlah sok serba tahu segala. Yakin bisa menembus black hole menuju white hole, hiks, optimisme cita-cita sila saja.

Nyaris serupa bubarnya kaum partisan akibat tak mencapai ambisi tertentu. Itu mah soal ego politis manusia. Sederhana aja deh.; Bisa total menjadi orang baikkah. Nah, di ranah sesederhana itu, akibat perut terjadi pelanggran etika gaul, politik, kepartaian, penyalahgunaan wewenang lupa pada hak demokratis milik publik. Wayoo!

Fakta koruptif dalam arti luas; waktu dalam etika keterlambatan hadir, oh maaf jalanan macet, oh maaf ada urusan keluarga, oh maaf bla bla lainnya, beragam triliun alasan manusia agar menolak kesalahan akibat perbuatan sendiri. Lantas dimana akidah-akhlak kehidupan antar sosial harkat saling memahami sesama. Nah loh.

Kalau ke pacar masih suka berbohong ke isteri masih juga berbohong. Ideologis kehidupan makrifatnya ada di mana ya. Oh manusis kan tempatnya salah. Oh manusia memang tidak sempurna. Hiks! Lantas karena sebab itu boleh boong dikit. Boleh ya nyolong hak rakyat dikit kan cuma serba sedikit wkwkwkwk.

Ada pepatah bilang sedikitsedikit menjadi bukit, pada ranah ini baik kalau untuk menabung demi jaminan masa depan. But and so on kalau nyolong hak rakyat dikit demi sedikit tanpa di ketahui sasama manusia tapi paham.; Sang Pencipta Maha Mengetahui. Akidah-akhlaknya ada di mana ya. Iyau! Khilaf euy! Hah!

Khilaf, alibi umum sampurasun seolaholah penyempurnaan dari kebohongan. Khilaf menjadi alat canggih seolaholah hukum Ilahiah tak melihat. Uwow! Banget deh. Cuy ente jangan menggelitik nanti muncul artikel antikritik loh. Oh ya! Yuk bertanya pada akidah-akhlak. Korupsi all in one boleh ya terus enggak boleh dikritik gitu. Wah!

Apakah suatu pelanggaran etis hak-hak publik tak boleh dikritik; korupsi ataupun hal-hal terkait dengan hal itu; termasuk tatakrama pelanggaran moral publik. Yakin tidak boleh dikritik? Yak ellah. Ente mau jadi tuhan baru ya takut dikritisi.; Kritik penyubur kehidupan menuju area sublim pencapaian transendental; kritik salah satu kewajiban dari akidah-akhlak. Antara lain jangan jadi penjilat penguasa. Gong!

***

Jakartasatu Indonesia, Agustus 12, 2024.

Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.