JAKARTASATU.COM– Belakangan tersebar voice note atau pesan suara Anies Rasyid Baswedan untuk Ketua DPW(D) PKS Jakarta, Khoirudin. Isi dari pesan suara itu menyinggung beberapa hal tetapi yang cukup hangat adalah soal tenggat waktu yang dikatakan untuk Anies mencari dukungan partai politik.
Usai tersebar atau viral pesan suara Anies, tak lama tersebar pula pesan suara dari Khoirudin. Kata Khoirudin, pesan suara dibuatnya untuk memberika klarifikasi dari pesan suara Anies.
Berikut teks dari pesan suara keduanya, yang dicuplik jakartasatu.com, Senin (12/8/2024):
Anies Rasyid Baswedan: Saya rekam suara, voice note supaya mudah, cepat dan otentik.
Kita ingat ya pak dulu ketika sesudah mendengar kabar bahwa PKS mendeklarasikan saya dan MSI sebagai pasangan calon maka itu kan tandanya kita semua kerja bersama menuju tanggal pendaftaran di tanggal 27, 29 Agustus.
Cuma dalam perjalanan ini, berapa hari kemarin, kita dengar teman-teman jubir di PKS dalam media, di TV-TV juga mengatakan bahwa Anies diberi deadline 40 hari, kemudian diberi deadline mencari partai hingga tanggal 4 Agustus.
Barangkali kita sama-sama tahu, Pak Khoirudin, bahwa dalam urusan pilkada ini kan kita sudah diarahkan tidak boleh berkomunikasi langsung, saya dan Pak Khoirudin, dan juga yang lain-lain.
Tapi semua pembicaraan pilkada ini harus satu pintu dan Pak Khoirudin taati, saat menaati, semuanya hanya lewat PIC. Karena itu terkait soal pernyataan jubir-jubir, saya juga sudah sampaikan kepada PIC.
Tapi juga rasanya saya perlu sampaikan Pak Khoirudin bahwa perlu diluruskan supaya teman-teman PKS di Jakarta, Pak Khoirudin dan teman-teman semua, selama ini kita berjuang bersama. Itu tahu.
Dan teman-teman yang mendukung, mengusulkan saya, saya ingin sampaikan ke semua bahwa tetap berjuang bersama. Dan tidak ada dealine atau tenggat waktu yang dilewati. Ini perlu saya sampaikan juga agar teman-teman PKS di Jakarta itu tahu dan bismillah kita yakin untuk terua berjuang bersama ke depannya.
Insyaallah di akhir Agustus ini kita bisa sama-sama daftar.
Tentang tanggal 4 Agustus, ini saya ceritakan—pada hari Sabtu, tanggal 27 Juli, PIC dari PKS menghubungi saya, ini PIC tunggal, ya, soal pilkada—dia menanyakan apakah bisa jumpa dengan beliau dan Pak Presiden PKS.
Saya sampaikan insyaallah bisa. Ini diatur. Kita ketemu hari Minggunya tanggal 28 Juli, sekitar 4 sore di rumah.
Dalam pertemuan itu kita ngobrol panjang lebar, santai, rileks, suasana juga menyenangkan. Dan lalu beliau menyampaikan bahwa PKS memerlukan kejelasan: apakah Pak Anies setuju dengan nama MSI sebagai wakil.
Lalu beliau sampaikan juga, bahwa diberi waktu seminggu. Karena ini disampaikan hari Minggu, maka seminggu sampai Minggu berikutnya, yaitu hari Minggu tanggal 4 Agustus.
Kenapa tanggal 4? Disampaikan karena tanggal 7 rencananya akan ada rapat DPTP untuk memastikan bahwa pasangan AMAN ini sudah aman. Jadi pasangan AMAN ini akan ditetapkan.
Saya memang merasa perlu ngobrol dan diskusi dengan Pak MSI. Karena sesudah pengumuman, kami belum sempat ngobrol bareng.
Saya waktu itu sedang tidak di Indonesia. Jadi setelah saya pulang ke Indonesia, belum juga sempat langsung ketemu karena saya dirawat. Pak MSI juga harus operasi sehingga dirawat juga. Dan kita sudah janjian. Janjan untuk ketemu hari Selasa. Selasa malama tanggal 30 Juli.
Jadi waktu ketemu Pak Presiden dan utusan khusus untuk pilkada, itu hari Minggu (28/7/2024). Dua hari kemudian kami jumpa. Hari Selasa malam itu ngobrol agak panjang. Hampir 3 jam ngobrol dengan Pak MSI.
Ngobrol macam-macam kita diskusikan: soal Jakarta, soal gubernur-wakil gubernur, dan lain-lain. Waktu itu beliau diantar oleh Mas Kholid.
Setelah ngobrol itu, besoknya saya langsung menghubungi PIC pilkada yang selama ini ditugasi—karena memang harus pintu komunikasi saya satu—saya sampaikan bahwa kalau bisa ingin ketemu Pak Presiden hari itu juga.
Jadi akhirnya, hari Rabu sore, tanggal 31 Juli, saya berjumpa dengan Pak Presiden. Dan dalam pertemuan itu saya sampaikan bahwa saya siap untuk berjuang bersama Pak MSI sebagaimana yang diputuskan diDPTP. Dan jawaban itu disambut baik oleh Pak Presiden.
Disampaikan juga bahwa. Gini kira-kira, “Dengan adanya keputusan ini maka mesin partai bisa mulai bergerak.” Jadi itu pembahasannya.
Sama sekali kita tidak membahas soal 40 hari dan lain-lain.
Cuma saya kaget saja mendengar jubir-jubir PKS di media mengatakan tenggat waktu 40 hari, lalu deadline 4 Agustus, sebagai deadline cari partai lain.
Mengapa kaget? Karena memang enggak pernah dibahas. Dan setahu saya memang tidak pernah ada deadline soal SK dari partai lain. Yang ada adalah soal apakah setuju dengan Pak MSI sebagai pasangan.
Dan itu juga sempat saya bilang tadi—apa sudah disampaikan 31 Juli, 4 hari lebih awal dari yang diminta.
Itu kira-kira fakta yang sesungguhnya. Dan itu juga yang saya jelaskan kepada teman-teman DPTW.
Pada hari Senin malam, Pak Sakir, Ketua DPTW, ada beberapa yang hadir juga, termasuk Pak Azis. Kami jelaskan secara detail kronologisnya.
Jadi perlu saya sampaikan bahwa kami ini komunikasi intensif dengan partai-partai lain. Memang tidak diberitakan tetapi selalu kami sampaikan kepada pengubung apabila ada update-update. Sejauh ini tidak ada perubahan di partai-partai lain.
Jadi memang mereka merasa belum perlu mengumumkan. Tapi partai pendukung ini menerima tetapi menunggu waktu yang tepat untuk diumumkan. Inilah yang menurut saya perlu disadari.
Selama ini kita siap-siap. Saya sudah sampaikan bahwa dalam komunikasi dengan partai mana pun, cawagub itu dari PKS. Dan kita bersiap-siap untuk sama memastikan langkah untuk manj bersama.
Di sisi lain saya menghormati dinamika yang ada di tiap partai dan selalu hormat pada putusan yang dibuat oleh pimpinan partai. Jadi kita tahu ada partai yang bisa mengumumkan awal dan cepat.
Tapi ada juga partai yang belum bisa mengumumkan awal dan cepat, sambil kita mengharapkan bahwa dalam kita sama-sama berjuang ini fakta sesungguhnya lah yang digunakan, apalagi di hadapan publik.
Bahkan ketika muncul pernyataan-pernyataan dari teman-teman jubir, saya sampaikan pada jubir-jubir kami, “Jangan saling berbantah di depan umum.” Kita ini teman seperjuangan. Jangan salih berbantah. Jika ada yang berbeda, dibicarakan baik-baik.
Perjalanan kita masih panjang. Perjalanan kemarin juga perjalanan bersama-sama yang panjang. Jadi jangan sampai hal-hal kecil ini, kemudian menjadi keramaian di publik. Padahal itu bisa kita obrolkan baik-baik untuk diluruskan.
Jadi saya memilih untuk menyampaikan juga ini ke Pak Khoirudin dan teman-teman.
Sekali lagi saya tegaskan, saya ini menghormati apa pun keputusan partai. Kita hormati, kita hargai, dan kita tahu masing-masing partai ini memiliki kendala, memiliki kesempatan berbeda-beda. Punya kepentingan, punya misi yang khas partainya.
Jadi saya hormati keputusan-keputusan partai. Saya hormati langkah-langkah partai.
Jadi, Pak Khoirudin, bismillah, pak. Insyaallah kita terus kerja bersama. Ini menuju pendaftaran tanggal 27-29 Agustus—itulah waktu di mana kita memasukkan formulir B1KWK untuk pendaftaran. Agar bismillah berlayar.
Dan mudah-mudahan kita bisa tuntaskan apa yang waktu itu kita bahas dengan teman-teman DPW, para anggota legislatif, tentang hal-hal yang harus dilakukan di Jakarta.
Jadi itu, pak, bismillah. Hari-hari ini. Sekarang hari Jumat, tangga 9 Agustus. Insyaallah 20 harian lagi kita bisa sama-sama menjemput proses awal untuk pilkada Jakarta.
Ketua DPD PKS DKI Jakarta, Khoirudin: Entah bagaiman sudah tersebar ke mana-mana. Sebagiannya malah dengan berbagai bumbu tidak sedap, yang tidak sesuai dengan Pak Anies harapkan dalam voice note tersebut.
Yaitu tidak munculnya saling berbantahan di publik karena Pak Anies menegaskan dalam voice note itu, bahwa Pak Anies tetap memosisikan PKS sebagai teman dalam perjuangan. Dan karenanya Pak Anies menghormati apa pun keputusan partai. Karena Pak Anies tentu masih ingat bahwa demi mencalonkan Pak Anies sebagai calon gubernur dalam pilgub di Jakarta 2017, PKS rela berkorban dengan menarik pencalonan kader utama yaitu Pak Mardani Ali Sera.
Bahkan ketika Pak Sandiaga Uno mundur dari wagub DKI Jakarta untuk menjadi cawapres dan menyatakan bahwa wakil gubernur Jakarta menjadi jatah PKS, dan PKS tidak juga mendapatkan haknya itu, PKS tetap menjadi kawannya Pak Anies hingga selesai husnulkhatimah sebagai gubernur Jakarta.
Dan bahkan pengusung sebagai calon presiden dalam pilpres 2024 bersama NasDem dan PKB.
Maka sebagai teman, izinkan saya mengklarifikasi apa yang Pak Anies sampaikan pada pesan suara kemarin.
Soal pemberian tenggat waktu 40 hari hingga tanggal 4 Agustus, para jubir mengambil kesimpulan dari fakta bahwa menurut Presiden PKS, sudah sejak 20 Juni 2024, sudah menyampaikan secara langsung ke Pak Anies soal keputusan DPTP PKS, yang mencalonkan Pak Anies sebagai calon gubernur dengan calon wakil gubernurnya dari kader PKS yaitu Bapak Muhammad Sohibul Iman.
Dan mengingatkan bahwa PKS tidak bisa mengusung sendiri dan meminta Pak Anies juga untuk memastikan NasDem dan PKB untuk ikut mengusung pasangan ini. Dan secara terbuka keputusan ini diumumkan oleh Presiden PKS pada tanggal 25 Juni 2024.
Dan untuk kedua peristiwa ini, Pak Anies menyambut positif dengan menjawab langsung ke Presiden PKS maupun via rekaman dari Spanyol yang diunggah di medsos.
Dari situ kami menyimpulkan bahwa Pak Anies sudah menerima keputusan DPTP mencagubkan Pak Anies dengan Pak Sohibul Iman sebagai cawagubnya.
Maka ketika akhir Juli Presiden PKS didampingi PIC-nya, menyampaikan keputusan PKS langsung ke Pak Anies soal tenggat waktu 4 Agustus, tentu bukan soal persetujuan Pak Anies terhadap Pak Sohibul Imana sebagai cawagub untuk Pak Anies, melainkan keberhasilan Pak Anies untuk mendapatkan kepastian tambahan dukungan dari partai lain, sepert NasDem dan atau PKB.
Agar Pak Anies dan Pak Sohibul Iman dapat didaftarkan sebagai calon gubernur dan wakil gubernur Jakarta. Karena sejak awal tentu Pak Aniea paham bahwa sekali pun PKS dengan 18 persen perolehan kursi DPRD jadi pemenang pemilu legislatif di Jakarta 2024 tapi belum bisa sendirian mencalonkan gubernur.
Tidak seperti PKS menang pileg di Jakarta tahun 2004 yang lalu.
Saat itu PKS menang dengan 24 persen sehingga bisa mencalonkan gubernur dan wakil gubernur secara sendirian.
Dan presiden, Ustaz Ahmad Syaikhu selain secara terbuka meminta Pak Anies untuk berusaha agar bisa mendapatkan tambahan dukungan, juga Pak Ustaz Ahmad Syaikhu secara terbuka sudah memperjuangkan Pak Anies dan Pak Sohibul Iman agar bisa mendapat dukungan maju sebagai calon gubernur dan wakil gubernur, dengan menyampaikan meminta dukungan dan dari pimpinan Partai NasDem, Perindo, PSI, PKB, bahkan Gerindra sekalipun.
Tetapi sampai melewati tanggal 4 Agustus, ketika presiden dari PKS menanyakan hasil perjuangan Pak Anies untuk mendapatkan kepastian dari NasDem dan atau PKB, untuk mencalonkan Pak Anies, ternyata Pak Anies belum bisa mendapatkan kepastian.
Sementara dari Pimpinan NasDem, Pak Sahroni dan PKB, Pak Jazilul Fawaid, justru pada akhir Juli dan awal Agustus malah menyampaikan pernyataan terbuka yang mudah dipahami bahwa mereka tidak jadi, tidak melanjutkan dukungan pada Pak Anies sebagai calon gubernur di Jakarta.
Demikianlah fakta yang juga dapat saya sampaikan, yang juga didapatkan. Sementara saya, Khoirudin, pernah sampaikan langsung ke Pak Anies agar kalau tidak menerima Pak Sohibul Iman maka Pak Anies bisa mengenakan jaket putih, masuk sebagai kader PKS.
Jadi nanti sebagai calon gubernur dari PKS sehingga bisa mengambil calon wakil gubernur dari luar PKS. Tetapi waktu itu Pak Anies tidak menyambut positif ajakan tersebut. Malah menyampaikan keinginan Pak Anies untuk netral.
Demikian Pak Anies, klarifikasi kami. Tentu kami tidak berharap adanya saling berbantahan. Tapi juga agar warga yang terlanjur mendapatkan sebaran voice note dari Pak Anies, mendapatkan informasi yang seimbang. Dan yang sebenarnya.
Kami sepakat dengan Pak Anies, perjuangan untuk wujudkan Jakarta yang maju kotanya dan bahagia warganya masih panjang dan perlu terus diperjuangkan oleh siapa pun pemimpin di Jakarta.
Apalagi dengan posisi Jakarta sekarang dengan adanya IKN tidak lagi absolut disebut sebagai DKI Jakarta tetapi menjadi DKJ.
Maka mari bersama-sama, sebagai sahabat dan sesama warga Jakarta, mari menguatkan ukhuwah, menjauhkan fitnah dan menghidupkan demokrasi dengan saling menghormati.
Apalagi kemarin saat ketentuan, saat pertemuan di acara walimahan Ustaz Sohemi (Anggota DPRD dari PKS), Pak Anies malah menyampaikan langsung ke saya, Khoirudin, bahwa Pak Anies rida menerima keputusan partai PKS, karena keputusan PKS memang hanya untuk kemaslahatan Jakarta dan warganya.
(RIS)