Anies Baswedan bersama para relawannya/am-jaksat

EDITORIAL JAKARTASATU.COM: Kalau saya jadi Anies Baswedan

Kalau saya jadi Anies Baswedan, tidak usah mencalonkan diri dulu saat sekarang. Bahkan sebaiknya menjauhkan diri sementara dari kancah politik.

Kembali saja dulu ke dunia akademik, mengajar, nulis buku, jalin kontak internasional baik agensi pemerintah maupun swasta. Lembaga-lembaga think thank. Sambil ukur kekuatan dan cuaca politik 2029. Toh sejatinya Anies adalah akademisi dan intelektual meski belajangan meski belakang muncul hasrat baru ingin jadi politisi.

Menurut saya itu jauh lebih berkelas. Meski kalah dalam power game nggak soal. Toh dalam politik, kalah belum tentu tamat.

Soal ego psikogis, umumnya mantan pejabat memang punya kecenderungan yang sama. Ada hasrat kuat ingin jadi pejabat lagi. Tapi Ini soal mengelola kekuatan mental dalam melakukan konsolidasi dalam segala hal saat lagi kalah. Maka selain modus operandi atau cara bertindak, modus vivendi atau cara pandang dalam merespon situasi juga sama pentingnya.

Kiranya Anies perlu menyerap inspirasi dari politisi dan negarawan Inggris, Winston Churchill. Yang perlu diserap bukan saat ia berjaya di pentas politik Inggris. Justru apa yang ia lakukan saat dua kali terhempas dari pentas politik. Tersingkir dari kabinet, bahkan tersingkir sebagai pemimpin maupun pengurua partai.

Winston Churchil 10 tahun terhempas dari pentas politik Inggris. Saat masa tersungkur itulah yang harusnya mengilhami Anies. Berkegiatan dalan banyak hal dan banyak bidang, kecuali dalam politik.

Dia nulis biografi mendiang bapaknya dan kakek moyangnya. Melukis dan main di bursa saham. Seraya konsisten menulis yang menjadi hasrat sejatinya sejak muda, bidang militer dan politik pertahanan buat koran-koran terkemuka di London. Sampai momentum memanggilnya kembali ke kancah politik. Kali ini bahkan menjadi perdana menteri perda justru saat genting-gentingnya Perang Dunia II. Ketika Inggris harus menghadapi Poros kekuatan fasisme Jerman-Itali-Jepang.

Nah hikmah dari aktivitas-aktivitas konstannya saat di luar pentas politik itulah, justru membawanya jadi peraih hadiah Nobel bidang sastra alih alih nobel perdamaian yang lumrahnya diberikan ke para pemimpin dan politisi kaliber dunia. Sehingga membuat Churchil menjadi peraih nobel bidang sastra yang punya ciri khas tersendiri , sekaligus menorehkan reputasi abadinya sebagai politisi dan negarawan yang tidak biasa atau inkonvesional.

Ya, benar mas Anies. Menjadikan diri anda sebagai intelektual dan pemimpin politik yang out of the box, yang peka membaca akar penyakit sosial bangsa yang mengharapkan penyembuhan alternatif, itulah harapan umum bangsa saat ini.

Pun juga peka, membaca kebutuhan kebutuhan tak tersirat atau tak terucap dari berbagai masalah, itulah pula harapan berbagai lapisan masyarakat.

Keluar dan menepi sejenak dari kancah politik, dan bergiat aktif di beragam bidang baik yang selama ini memang passion lama anda, maupun bergiat dalam ragam bidang baru yang anda tertarik mempelajarinya atau sekadar mencari tahu, pada saat momentum memanggil anda kembali ke kancah politik, anda sudah jadi manusia baru.

Manusia baru? Benar. Ketika anda sudah melihat dengan mendengar. Dan mendengar dengan melihat.***

(HENDRAJIT untuk JAKARTASATU.COM)