PROKLAMASI KEMERDEKAAN HADIAH JEPANG?
Oleh Budiana Irmawan
Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang Jenderal Koiso Kuniaki mengumumkan di depan parlemen Jepang bahwa kemerdekaan Indonesia akan diakui di kelak kemudian hari.
Perubahan sikap pemerintahan militer Jepang disambut hangat para pemimpin nasionalis, kendati janji kemerdekaan di kelak kemudian hari itu tanpa kejelasan waktu yang pasti.
Jepang sebelumnya selalu menghindari pembicaraan tentang kemerdekaan, bahkan 20 Maret 1942 membubarkan semua organisasi kepemudaan, melarang Bendera Merah-Putih dikibarkan, dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan yang meruntuhkan keyakinan Jepang membawa kebebasan dari cengkraman kolonialisme.
Propaganda Tiga A: Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia hanya omong kosong.
Pada masa pendudukan Jepang kaum pergerakan menghadapi situasi sulit. Di dalam kelompok-kelompok pemuda saling mencurigai, karena Kenpetai atau agen polisi rahasia Jepang menyusup dan setiap saat bisa menangkap jika diketahui anti-Jepang.
Selain Asrama Prapatan 10, Asrama Menteng 31, dan Asrama Baperpi Cikini 71 menjadi pusat kegiatan kaum pergerakan ada golongan pemuda yang dipimpin Sutan Sjahrir.
Sutan Sjahrir menghimpun pemuda menggunakan jaringan partai Pendidikan Nasional Indonesia. Keberadaannya lebih luas ada di berbagai daerah dengan tokoh-tokoh terdidik dan militan.
Peneliti barat, seperti Ben Anderson menganggap remeh gerakan bawah tanah kelompok Sjahrir, dan membandingkannya dengan gerakan bawah tanah di negara lain.
Sutan Sjahrir memang mengutamakan pendidikan politik daripada demagogi. Informasi dari radio menjadi bahan diskusi dalam mempersiapkan diri menghadapi kemerdekaan ketika Jepang menyerah.
Pada masa sekarang mendengarkan radio terasa tidak heroik, tetapi ketika pendudukan militer Jepang diancam hukuman mati. Keberanian Sjahrir mendengarkan radio gelap milik Sekutu justru membuatnya lebih awal mengetahui potensi kekalahan Jepang.
Sikap Sutan Sjahrir disepakati golongan pemuda lainnya. Menggantungkan kemerdekaan kepada janji Jepang sama artinya kemerdekaan kita dicap hadiah Jepang. Di tengah situasi itu pihak Sekutu yang menang perang punya legitimasi kembali menganeksasi kita dengan alasan menangkap para kolaborator Jepang.
Desakan golongan pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan tanpa campur tangan Jepang ditolak Soekarno. Ia lebih mempercayai propaganda Jepang, dan meragukan informasi Sjahrir bahwa Jepang akan kalah dalam Perang Dunia ke-2.
Pertengahan bulan Juli 1945 Panglima Daerah Selatan Marsekal Terauchi di Saigon diperintahkan segera melakukan persiapan kemerdekaan kepada bekas jajahan Belanda. Mendapatkan informasi tersebut, pada tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno, Mohamad Hatta dan Dr. Radjiman pergi ke Saigon menemui Marsekal Terauchi. Padahal 6 Agustus 1945 Jepang sudah luluh lantak oleh bom atom Sekutu. Kemudian 11 Agustus 1945 Soekarno dan Mohamad Hatta dilantik sebagai Ketua dan Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dan 14 Agustus 1945 rombongan Soekarno tiba di Jakarta dari Saigon.
15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Melihat perkembangan berakhirnya perang, golongan pemuda memutuskan hari ini juga proklamasi kemerdekaan harus diumumkan. “Bahkan jika Soekarno tidak mau, kita saja yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia”. Ujar golongan pemuda.
Tetapi, Sutan Sjahrir menjawab bahwa hal itu tidak mungkin, Soekarno satu-satunya pemimpin yang mempunyai pengaruh kepada rakyat. Keadaan dilematis bagi golongan pemuda. Proklamasi jangan melalui PPKI buatan Jepang, namun Soekarno sendiri masih percaya kepada Jepang.
Golongan pemuda ditambah agitasi Sukarni tokoh PETA yang mengglorifikasi semangat rakyat yang mengebu-gebu mendasari kesimpulan menculik Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok untuk mendorong segera memproklamasikan kemerdekaan.
Sementara di Jakarta Sutan Sjahrir telah mempersiapkan naskah proklamasi, dengan perkiraan akan dibacakan pada tanggal 15 Agustus 1945. Naskah yang dibuat Sjahrir itu disebar kepada jaringan di berbagai daerah. Namun 15 Agustus 1945 tidak jadi proklamasi, maka terpaksa diberi tahu proklamasi belum berhasil. Tetapi, jaringan Cirebon terlambat mendapatkan pemberitahuan. Dr. Soedarsono tetap menyelenggarakan upacara proklamasi kemerdekaan di Cirebon dengan membacakan naskah Proklamasi yang diterimanya dari Sutan Sjahrir sebelum tanggal 17 Agustus 1945.
Aboe Bakar Loebis pengikut Sjahrir menceritakan, mengetahui Soekarno dan Hatta tidak ada di Jakarta. Mr Soebardjo dan Nishijima pejabat Kaigun Bukanfu berhasil membujuk Wikana memberitahukan keberadaan Soekarno-Hatta yang dibawa golongan pemuda. Malam hari sekitar pukul 21.00 WIB Tanggal 16 Agustus 1945 Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
Dan besoknya tanggal 17 Agustus 1945 di rumah Laksamana Meida dibacakan teks Proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan naskah sangat pendek dan kering. Pelaksanaan Proklamasi kemerdekaan Indonesia lebih cepat dari rencana PPKI tanggal 24 September 1945.
Sejak itu pula resmi berdiri sebuah negara yang bernama Republik Indonesia. Langkah berikutnya meyakinkan dunia internasional atas kedaulatan republik…
Penulis : Koordinator Jaringan Kerja Sosialis Kerakyatan