PDIP, PKS, Pilkada Jakarta, dan HUT Kemerdekaan

Oleh: Girarda
(Alumni YISC Al-Azhar)

Pilkada Jakarta selalu menarik perhatian berbagai pihak. Anies yang dicalonkan oleh PKS tidak berhasil menggalang dukungan dari partai lain, sehingga tidak cukup suara untuk mencalonkan. Padahal PDIP masih “idle”.

Dalam konteks ini bisa dipahami bahwa PKS dan PDIP bertolak belakang, minimal tercermin pada masa jabatan gubernur DKI 5 tahun terakhir. PKS sebagai pendukung pemda, PDIP sebagai oposisi.

Selama 5 tahun tersebut banyak penghargaan yang diterima gubernur, dan mayoritas rakyat cukup apresiatif terhadap kinerja gubernur, yang punya slogan maju kotanya bahagia warganya. Juga di beberapa kesempatan, menumbuhkan yang kecil tanpa menghalangi yang besar, peraturan dan perlakuan yang sama untuk semua.

Waktu PKS merasa tidak mungkin untuk terus mengusung Anies, kemudian  bergabung dengan KIM, PDIP cepat bertindak, hingga keluar statemen ada peluang merahkan Anies. PDIP tidak masuk dalam KIM bisa jadi kelanjutan sikap ‘berpisah’ dari Jokowi yang terang benderang mengusung anaknya sebagai wapres, dan terpilih. Semoga ini pertanda baik bahwa PDIP tidak setuju dengan nepotisme, mudah-mudahan berlanjut dengan tidak setuju dengan korupsi dan kolusi, KKN, sebagai amanat reformasi pasca 1998. Walau secara fakta PDIP tidak terpisahkan dengan sepak terjang pemerintahan Jokowi selama 2 periode.

Semoga kali ini bertepatan dengan HUT kemerdekaan RI menjadi momentum PDIP untuk teguh memperjuangkan amanat reformasi tentang KKN, dan amanat UUD untuk memajukan kesejahteraan rakyat keseluruhan bukan hanya pendukung dan anggota partainya, melindungi keamanan dan kemerdekaan rakyat bukan hanya anggota dan pendukungnya, yang sebagai menjalankan amanat UUD 45.

Dalam kaitannya dengan pilkada Jakarta, bila jadi semoga dengan Anies yang punya track record sukses di Jakarta, terjadi simbiose yang saling menguatkan.

PDIP yang selama 2 periode sebagai  bagian dari pemerintahan Jokowi, suka tidak suka terkesan ikut paling tidak pembiaran terhadap perlakuan tidak menyenangkan serta adu domba terhadap ummat Islam. Semoga dengan mengusung Anies menjadi momentum berbenah dalam hubungannya dengan ummat Islam, yang ceruk massa cukup banyak timbulkan kecewa dengan hengkangnya PKS ke KIM.