Ngelamun di Atas Monas
Oleh Taufan S. Chandranegara, praktisi seni, penulis.
Bang Djonie lagi ngelamun di atas Monas. Tinggi amat Bang, buat ngelamun doang. Seumpama nih ye, kejadiannya di keluarga hamba, dalam benak Bang Djonie.
Suatu kali, ananda Bang Djonie, bilang begini “Babe, warna bajunya norak banget. Enggak mecing banget buat silaturahim keluarga,” sembari cekikikan, Bang Djonie, malah ngakak.
Wah, untungnya Bang Djonie, baru lulus kursus belajar dewasa ha.ha.ha. Wadau, ananda Bang Djonie, generasi sedang bertumbuh. Kritiknya, sekaligus menyadarkan si Bang Djonie. Pentingnya berbusana, berkepribadian. Kritik, ananda Bang Djonie, sederhana. Kadang lebih pedes dari cabe rawit. Bisa jadi pula anandanya, mengeritik Bang Djonie, sembari menyantap hidangan, bersama di warung soto kakilima laris pengunjung.
Lah pripun, kritik ananda Bang Djonie sungguh memberi nilai plus untuk kehadiran, Bang Djonie, di lingkungan terdekat maupun terjauh. Nah, menyoal kritik maka kite, bertemu dengan istilah formal bla bla, karet, mengaret, tarik ulur kayak karet gelang. Ajaib bisa tarik ulur loh. Tapi apaan itu ya. Lah itu dia. Antara membingungkan, atau, di antara kata, tidak atau iya, tanpa menggeleng atau menganggukkan kepala. tapi, manggut-manggut enggak jelas, bikin bingung atau juga, terserah gue dong.
Lantas apa gunanya keluarga di rumah hamba, lagi-lagi dalam benak Bang Djonie, kalau seorang anak tak boleh bertanya kepada Babenya, sekaligus, dalam bentuk dialog kritik kritis. Widihh. Bang Djonie, tak mampu membayangkan. Apabila di keluarganya tidak ada pertanyaan, atau, serupa dialog kritis kritik, sabagai salah satu elemen dari bangunan dialogis, edukatif.
Lagi di benak Bang Djonie. “Ciloko tenan. Seumpama, sontak anak ane pindah ke lain hati, semisal ke rumah tetangga, mencari tempat untuk belajar bertanya kritis kritik.” Sebab akibat, di rumahnya tak ada, alias, dilarang beredukasi autokritik, autokritis. Sedih banget hati, Bang Djonie. Jikalau hal itu sampai terjadi. Perasaan Bang Djonie bakal miris dah … Jangan Ya Allah … Dia itu Generasi Pancasila … Semoga betah belajar, semoga pula berguna untuk keluarga juga negerinya.
Ada cerita lain lagi neh di lamunan Bang Djonie. Begini ceritenye. Kala itu, era Orde Baru (ORBA) cuy, muncul setelah Orde Lama (ORLA). Nah itu dia, di masa ORBA, sedang marak musim demo NKK/BKK (1977-1978). Apaan sih tuh, mungkin kepanjangan dari, ini loh, NKK, alias, Normalisasi Kehidupan Kampus, BKK, alias, Badan Koordinasi Kemahasiswaan, bertujuan menghapus Dewan Mahasiswa, diganti dengan format baru, nyang disebut NKK/BKK. Nahloh …
Tujuan utama format NKK/BKK. Ehem … Dehem-dehem dulu akh. Mahasiswa dilarang nyenggol/berpolitik di kampus maupun luar kampus, mungkin maksudnya begitu. Kegiatan politik mahasiswa dibatasi tuntas, sensor formal, abis-abisan ketat banget. Bang Djonie, geleng-geleng kepala dalam lamunannya.
Loh piye toh, belajar berpolitik sehat itu ‘kan menyegarkan edukasi berbangsa, bernegara, bertanah air. Lah mulo kui, alias, itu sebabnya pula, lahirlah ‘Soempah Pemoeda 1928’ lahir pula, ‘Pancasila UUD 1945’. Kan di Universitas ada pelajaran Ilmu Politik. Lah kok mahasiswa dilarang berpolitik. Hehehe, ngajak bingung kok rame-rame. Zaman Orba loh. Sekarang? Enggak tau deh.
Itu sebabnya pula petinggi negara dimanapun berada. Kalau ananda mahasiswa demo menyuarakan hatinurani rakyat. Petinggi setempat jangan ngumpet. Jika, delegasi mahasiswa mau ketemu, ya temui saja. Itu artinya, ananda mahasiswa ingin ketemu Babenya, alias mau bertanya, ngobrol-ngobrol. Kan sudah ada sejarah turuntemurun ya toh. Lahirnya kekacauan di area publik formal, antara ananda Mahasiswa/Pelajar, bentrok dengan aparat keamanan negara, salah satu sebabnya, akibat, petinggi setempat tidak mau bertemu dengan delegasi ananda Mahasiswa/Pelajar. Loh piye …
Petugas keamanan negara ‘kan juga punya anak kuliahan/pelajar. Sejatinya, mungkin ogah juga kale bentrok dengan mahasiswa/pelajar. Terima kasih Indonesia, Bang Djonie udah boleh numpang ngobrol. Salam kasih sayang Indonesia.
***
Jakartasatu Indonesia, Agustus 22, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.