Center Kekuatan Dakwah Rasulullah SAW Ada di Siyasah (Politik)
JAKARTASATU.COM– Sekjen Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Lintas Provinsi dan Koordinator Kajian Politik Merah Putih gelar pertemuan temu tokoh dan ulama aswaja jateng dan diskusi dengan tema Refleksi Kemerdekaan: “Indonesia Bangkit, Maju Dan Mulia Dengan Islam”, Ahad 25/8/2024.
Koordinator Kajian Politik Merah Putih Sutoyo Abadi mengungkapkan bahwa center (titik pusat) kekuatan dakwah Rasulullah SAW ada di Siyasah (politik).
“Center kekuatan Rasulullah SAW itu ada di siyasah sampai puncaknya diperjanjian hudaibiyah,” ujarnya dalam acara diskusi temu tokoh dan ulama aswaja jateng dengan tema Refleksi Kemerdekaan: Indonesia Bangkit, Maju Dan Mulia Dengan Islam,
Acara ini dilakukan secara offline dan online kanal Youtube Dakwah Jateng
Sutoyo Abadi menyayangkan umat Islam kadang-kadang tidak percaya kepada kekuatan Rasulullah SAW dan kehebatan beliau.
“Enggak percaya dia (umar Islam red) bahwa itu adalah Nur (cahaya) separuhnya ada di Rasulullah SAW, enggak percaya, dia anggapnya (Rasulullah SAW) sebagai manusia biasa saja gitu,” ungkapnya.
Bahkan kata Sutoyo, ada salah seorang profesor yang khutbah di masjid Rasulullah, yang isinya menyakitkan hati beliau karena tidak berurusan dengan politik.
“Kalau begini terus-menerus terjadi di Indonesia hancur lebur sudah, enggak usah Indonesia jaya dengan Islam, yang ada hancur bersama-sama, padahal ini sebagai ulama, intelektual dan huru besar di sebuah universitas perguruan tinggi islam,” keluh Sutoyo Abadi.
Di dalam sejarah ungkapnya, pada saat penjajahan Belanda dulu, ada istilah yang namanya konsep pribumisme yang yang dilontarkan kepada masyarakat pribumi dan pribumi umat Islam yang memerdekakan Indonesia.
“Namun saat ini umat Islam bukanlah petarung tapi berubah menjadi pengemis, peminta-minta, karena tidak bisa melaksanakan ajaran Rasulullah SAW,” tandasnya.
Deklarator KAMI ini menyatakan kalau umat Islam ingin tumbuh sebagai Rohmatal lil alamin harus memiliki kekuatan dengan arah perjuangan ;
1. Umat islam harus terus diberi pencerahan ada kekuatan yang akan melemahkan dan menghancurkan umat Islam.
2. Menggalang ukhuwah Umat Islam bukan pada tataran Islam hanya soal ibadah dan muamalah tetapi ada konsep syiasah
3. Hentikan umat Islam sebagai pengemis dan kuli para kapitalis dan Oligarki.
4. Hilangkan perselisihan soal khilafiah minimal pada tatataran pemahaman 4 ( empat ) Madzhab untuk mengindari saling menyalahkan dan merasa paling benar dan paling islami.
5. Umat Islam harus ada kerangka perjuangan dalam konteks Jihad Qital yang terukur dalam konsep keilmuan syariah – memiliki kekuatan gerakan dan dukungan finansial.
6. Hentikan umat Islam hanya sebagai permainan boneka politik sesaat dan menjual diri – melelang agamanya dengan harga dunia .
Dikemukakan Sutoyo setiap pemilu atau pilpres nasibnya sangat memilukan, sekedar sebagai mangsa bagi siapapun yang ingin menelan dan memangsanya, dengan dibeli harga dunia semua berantakan.
“Semua bisa terjadi ketika umat Islam sedang terserang wabah mematikan penyakit WAHN ( takut mati dan miskin ) semua lunglai tanpa daya,” tandasnya.
Sutoyo menguraikan konsep hidup dengan berpegang pada pedoman ajaran Rasulullah SAW.
“Semestinya memahami perjuangan dari Sifat Nabi yaitu Sidik, Amanah, Fathonah, dan Tablig. Sifat tersebut dapat diartikan : sidiq sebagai visi hidup seorang muslim, amanah sebagai misi, tabligh diartikan sebagai taktik dalam menjalankan hidup, serta fatanah diartikan sebagai strategi dalam menjalankan hidup,” jelasnya. (Yoss)