Anggapan Pramono Jadi Jembatan Jokowi – Megawati, Andi Syahputra: Tidak Benar, Ini katanya…..

JAKARTASATU.COM– Presiden Joko Widodo menyikapi mengenai anggapan majunya Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 bertujuan untuk menjadi jalan penengah komunikasi antara dirinya dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Saat ditanya terkait anggapan majunya Pramono di Jakarta menjadi jembatan komunikasi antara Jokowi dan PDIP. Kepala Negara menuturkan, anggapan yang beredar mengenai hal tersebut, boleh-boleh saja. Jokowi tidak membenarkan juga tidak menepis anggapan tersebut.

Terkait hal tersebut, Andi Syahputra menilai batalnya Anies disusun PDIP di Pilgub 2024 adanya tekanan kuat yang dilakukan Presiden Jokowi.

“Kenyataannya batalnya pengusungan ABW oleh parpol mulai dari Nasdem, PKB, PKS dan terakhir PDIP tak terlepas dari adanya tekanan kuat maupun cawe-cawe yang dilakukan oleh Jokowi. Dia pun boleh membantah tapi fakta dan keterangan dari beberapa elite keempat parpol itu mengakuinya,” kata Analis Politik dan Hukum Andi Syahputra saat dihubungi Jakartasatu, Sabtu, 31/8/2024.

“Tekanan dan ancaman itu dilakukan mulai dari diancam akan dikeluarkan sprindik baru untuk elite-elite parpol yang selama ini memang tersandera kasus korupsi hingga dijanjikan uang dan posisi jabatan Menteri,” imbuh aktivis 80-an, mantan Tapol Orde Baru ini.

Menurut Andi Syahputra, cara-cara semacam jelas membahayakan dan mengancam kelangsungan masa depan demokrasi di Republik ini. Bayangkan seorang Presiden mampu melemahkan sendi-sendi kehidupan demokrasi lewat penguasaan dan pelemahan lembaga-lembaga negara, hukum dan parpol tanpa sedikitpun ada perlawan oleh elite parpol. Justru sebaliknya, bukan saja mereka membiarkan tanpa turut membantu  bagaimana agar begal demokrasi itu bisa berlangsung.

“Saya pikir hanya sekadar menjadi alasan dan kebohongan bagi Jokowi saja bahwa tampilnya Pramono Anung sebagai cagub DKI Jakarta sebagai jembatan komunikasi antara Megawati dengan Jokowi yang sudah lebih dari 4 bulan berseberangan jalan,” ungkap Andi Syahputra.

“Itu bohong besar. Karena faktanya, serangan yang begitu kuat kepada DPP PDI itu terjadi ketika muncul beberapa sprindik kasus korupsi baru oleh KPK yang sengaja akan diterbitkan apabila Megawati tetap ngotot mencalonkan ABW. Bukan sebagai jembatan komunikasi tapi memang Jokowi kerap bergelirya hendak mematikan langkah ABW dalam percaturan politik di tanah air,” tandasnya.

Buat apa dijadikan alasan sebagai “jembatan komunikasi” kata Andi, “lho masa kepemimpinan Jokowi saja sudah tinggal satu bulan lagi,” tukasnya.

“Bukan juga menjadi tipikal dari seorang Megawati yang begitu saja sikapnya menjadi melemah dari orang yang selama ini dianggap bukan saja sebagai pengkhianat tapi juga sebagai penghancur eksistensi PDIP dalam Pemilu kemarin,” pungkasnya. (Yoss)