FORMASI: Pidato Prabowo Subianto Berantas Korupsi Menggelegar di Senayan, Relawan Militan Minta Warisan Terbaik Bagi Bangsa Indonesia

JAKARTASATU.COM– Apel akbar sekaligus penutupan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra di Indonesia Arena, Senayan Jakarta, Sabtu malam 31 Agustus 2024 mengingatkan kita pada akhir Debat Capres 2024 lalu.

Terlontar kata berantas Korupsi dari presiden terpilih Prabowo Subianto dengan menggelegar terdengar keseluruhan sudut bahkan hingga keluar gedung.

Bukan soal kemeriahan dan hadirnya presiden Jokowi ditengah-tengah acara sebagaimana sorotan publik, Tapi lontaran kata ‘Pemberantasan Korupsi’ lah yang menjadi perhatian khusus secara cermat dari salah satu relawan militan Prabowo, Jalih Pitoeng.

“Hanya Prabowo yang mengumandangkan kalimat tentang pemberantasan Korupsi diantara capres Anies dan Ganjar dalam closing statmentnya pada debat capres putaran terakhir atau penutup” kata Jalih Pitoeng Senin, (02/09/2024).

“Dan kemarin beliau sampaikan lagi pada pidato politiknya di tengah-tengah Apel Akbar sekaligus penutupan Rapimnas partai Gerindra di Senayan,” Jalih Pitoeng menambahkan.

“Berkaitan dengan dengan hal tersebut, Saya sangat meyakini bahwa pak Prabowo akan sangat tegas dalam rangka pemberantasan korupsi dimasa kepemimpinan beliau sebagai presiden yang sebentar lagi akan dilantik” ungkapnya.

Ditemui usai mengawal salah satu kandidat calon pimpinan BPK RI di Komisi 11 gedung Nusantara 1 DPR RI Senayan, Jalih Pitoeng mengungkapkan keinginannya tentang pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi.

“Oleh karena itu, sebagai salah satu relawan pendukung yang setia dari tahun 2009, 2014, 2019 hingga saat ini, Saya minta warisan terbaik dari pak Prabowo,” ungkap Jalih Pitoeng.

Ditanya apa warisan yang dimintanya, Jalih Pitoeng yang sempat ditangkap dan dipenjarakan oleh rezim era Jokowi pada tahun 2019 dengan tuduhan sebagai otak perencanaan penggagalan pelantikan ini menjawab singkat.

“Bukan untuk Saya. Tapi untuk bangsa ini” jawab Jalih Pitoeng.

“Negara ini telah rusak, Bahkan akan hancur karena Korupsi” sambungnya menegaskan.

Didesak apa maksud dari jawaban tersebut, aktivis kelahiran tanah Betawi inipun menjelaskan permintaannya.

“Saya ingin kita semua mendapatkan warisan terbaik dari presiden terpilih Prabowo Subianto” ungkapnya.

“Warisan dalam bentuk Undang-undang, Yaitu Undang-undang tentang Perampasan Aset bagi Koruptor agar seluruh penyelenggara negara ke depan wajib mematuhinya,” tegas Jalih Pitoeng.

“Karena tanpa adanya Undang-undang perampasan aset koruptor, sama saja kita dengan beternak Koruptor-koruptor baru yang dapat dipastikan akan merobek-robek merah putih dan menghancurkan bangsa ini,” papar Jalih Pitoeng mengingatkan.

“Coba anda bayangkan, Koruptor ditangkap, Lalu mereka bayar Pengacara termahal, Kemudian dapat potongan hukuman, Keluarga poya-poya, pulang tetap masih ingin jadi penguasa,” sesal Jalih Pitoeng.

“Maka pertanyaannya adalah, Apa fungsi hukum dan penjeraan jika mereka bukan malah takut, malu, kapok, taubat justru malah bangga dan ingin berkuasa kembali dengan uang haramnya hasil merampok kekayaan negara” tandas Jalih Pitoeng.

Ditanya hukuman apa yang pantas untuk Koruptor, gantung jawabnya spontan.

“Gantung dan Miskinkan keluarganya” jawab Jalih Pitoeng.

Menurut Jalih yang juga ketua presidium Aliansi Selamatkan Indonesia (ASELI) menegaskan bahwa salah satu cara menyelamatkan Indonesia adalah Hukum mati bagi Koruptor dan Miskinkan keluarganya agar ada efek jera bagi yang lainnya.

Penggagas sekaligus Ketua Forum Aliansi Masyarakat Anti Korupsi (FORMASI), Jalih Pitoeng meminta untuk mengabaikan jargon-jargon palsu dan kecaman pihak luar yang tidak tahu kultur bangsa Indonesia.

“Abaikan saja soal jargon-jargon palsu dan kecaman luar negeri tentang hukuman gantung atau hukuman mati. Karena mereka tidak memahami kultur bangsa kita bahwa betapa dahsyatnya daya rusak korupsi di negeri ini,” tegas Jalih Pitoeng.

“Lebih baik mati digantung seorang pelaku korupsi dari pada ratusan juta Rakyat ini menjadi bodoh karena kurang gizi dan edukasi serta miskin sekaligus melonjakkan grafik angka pengangguran akibat ulah seseorang atau sekelompok oligarki penghianat bangsa,” tutupnya. (Yoss)