PKI Dulu dan Komunis Gaya Baru Era Jokowi Benci Islam Bukan Habaib dan Para Ulama
Oleh, Gus Imad Jomplang
Sastrawan-Sejarawan Junior
Pengantar
PKI saat pra resmi berdiri, beraktivitas, hingga bersisakan jejak tanpa identitas, jatidiri kekinian dikenal sebagai gerakan neo PKI. tetap benci kepada ummat Islam yang konsisten dan radikal atau kaffah menjalankan rutinitas keagamaan, namun utamanya terhadap kelompok intelektual yang rangkaian berpikirnya ditengarai beraroma konsep Islami atau syar’i.
Sedangkan PKI atau gerakan Neo PKI atau terbiasa dan lebih mudah disebut sebagai kelompok dengan pola pikir dan gerakan khas ala PKI dengan penerapan metode klasik fitnah dan adu domba, selaku organisasi partai komunis jahat dan sadis merujuk sejarah di Indonesia (1948-1965), mereka tidak butuh konsentrasi terhadap orang atau kelompok orang/ taklim, jika sekedar “hanya bisa membaca Al Quran, rajin jum’atan dan sholatan tarawih atau bergembira saat hari raya iedul fitri.”
Pendahuluan
Islam masuk ke tanah air datang dari kelompok pendatang dari timur tengah yang berasal dari kota Madinah dan Kota Makkah, lalu diantaranya keturunan dari Fatimah Binti Muhammad Rasulullah dari anak menantu, Ali bin Abi Thalib Ra. para cucu, sahabat dan para pengikut sahabat, kemudian hijrah lalu menetap dan beranak pinak di Negeri Yaman, berlanjut diaspora (hijrah) dengan semangat syiar, demi dakwah doktrinisasi “kitab berisi pedoman dari langit” yang TERMULIA, terus menjelajah masuk ke wilayah Nusantara, tepatnya di Barus, daerah Sibolga Tapanuli Tengah, bukan via Aceh (Samudera Pasai). Saat itu Bumi Nusantara hampir seluruhnya domain kerajaan Majapahit dan sebagiannya adalah wilayah kekuasaan Pasundan, menelusuri kawasan pesisir Sumatera dan Kepulauan, selain ke- Pulau Jawa, juga berlanjut ke pulau-pulau di bumi nusantara lainnya, maka sejarah Islam dapat diyakini telah masuk ke Nusantara ini sejak abad ke-7 Masehi.
Bukti yang menyebut Islam masuk pada abad ke-7 di antaranya ditunjukkan oleh berita China dari zaman Dinasti Tang.
Dijelaskan dalam catatan tersebut bahwa pada tahun 674 M, terdapat perkampungan bernama Barus atau Fansur, yang dihuni oleh orang-orang Arab yang memeluk Islam.
Bukti lain yang menguatkan masuknya Islam pada abad ke-7 adalah Makam Mahligai. Komplek makam tua yang berada di atas bukit yang terdapat sekitar 215 pasang nisan.
Dalam komplek makam tersebut, terdapat satu nisan bertuliskan ‘Syekh Rukunuddin, wafat tahun 672 M atau 48 H’. Artinya hanya selisih satu abad setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Kaum Hipokrasi Peninggalan Masyarakat Majapahit
Konspirasi terjadi antara anak cucu para kaum ningrat maupun masyarakat biasa yang sejak dahulu kala hipokrasi dari generasi ke generasi (mengaku muslim namun hatinya berat) karena merasa agamanya HIndu-Budha dan kerajaannya Majapahit dianggap hancur atau kalah gegara kedatangan kaum golongan dari negeri Arab.
Walau yang sebenarnya hancurnya kerajaan Majapahit oleh sebab diawali melemahnya paska meninggalnya Patih Gajah Mada, sehingga melemah pula Raja Hayam Wuruk dalam kepemimpinannya.
Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara, yang kekuasaannya meliputi wilayah luas dari Jawa hingga sekitarnya. Namun, setelah lebih dari 200 tahun berdiri, kerajaan Majapahit mengalami keruntuhan.
Salah satu penyebab runtuhnya Kerajaan Majapahit adalah Perang Paregreg. Perang ini terjadi ketika posisi kepemimpinan Kerajaan Majapahit digantikan oleh keponakan sekaligus menantu Hayam Wuruk. Hal itu menimbulkan ketidaksetujuan anak daripada Hayam Wuruk, sehingga terjadi perang saudara di tahun 1404 (Perang Paregreg).
Perang Paregreg merupakan perang saudara yang terjadi tahun 1404 hingga 1406 antara Bhre Wirabhumi dan Prabu Wikramawardhana. Kehancuran tersebut membuat perpecahan (runtuhnya) Kerajaan Majapahit, dus kepercayaannya (agamanya) hindu-budha merasa disingkirkan oleh kaum pendatang Yaman dan sebagiannya adalah para cicit Rasulullah SAW. yang berbekal karakter jujur, juga punya bakat keahlian dan memang di sanubarinya sejak keberangkatan ke Nusantara telah tertanam, siap menjadi mujahid penyebar agama pembawa kebaikan (jihadis) tanpa menggunakan kekerasan atau tanpa membawa perbekalan senjata bakal perang, oleh sebab tidak ada niatan untuk melakukan peperangan atau kolonialisasi. Bahkan bertekad siap menjadi WNI serta berbaur sebagai bagian dari bangsa Indonesia.
PKI Manfaatkan Kekecewaan WNI Keturunan Masyarakat Majapahit dan Pajajaran
Pemerintahan Hayam Wuruk (1350-1389) dengan Gajah Mada sebagai Mahapatihnya. Pada abad dan tahun Majapahit berhasil menguasai wilayah yang sangat luas, bahkan hingga ke Sumatra, Kalimantan, dan Nusa Tenggara.
Selain di Nusantara (cikal bakal nama NRI) ada kerajaan Majapahit, didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293 M, sebagai penganut hindu-budha dan kerajaannya berpusat di wilayah Mojokerto, Jawa Timur, juga terdapat kerajaan yang justru lebih dulu berdiri dari kerajaan Majapahit yang bernama Pajajaran yang berpusat di Dayo (dayeuh), kini kota Bogor, Jawa Barat.
Namun bernasib sama, kedua kerajaan tersebut setelah Majapahit runtuh, dikuasai oleh Kekuatan Islam yakni kekuatan dua kesultanan Demak ( Raden Patah ) dan Cirebon- Banten (Sunan Gunung Jati/ Syarief Hidayatullah) dan puncak kehancuran Pajajaran adalah akibat serangan daripada Maulana Yusuf dari kesultanan Banten. Tepatnya Banten yang memiliki dukungan kekuatan pasukan Muslim dari Cirebon dan Raden Patah dari Demak.
Maka hal-hal inilah, walau mayoritas penduduk eks dua kerajaan besar di nusantara ini telah mayoritas muslim, namun masih bersisa kan penolakan, dengan pola hipokrasi atau berpura-pura (munafik).
Adapun peperangan yang menghancurkan mereka tersebut (Majapahit- Pajajaran), sebenarnya dipicu tidak juga karena adanya penolakan orang asing dengan membawa agama baru, namun oleh sebab ego masing-masing para raja, dan demi kepentingan area serta pengaruh kekuasaan, selebihnya tentu ada saja pihak yang kurang berkenan atau tidak puas dengan keputusan Hayam Wuruk lalu menciptakan panasnya suasana lingkungan istana. Lalu berlanjut dengan ketidakpuasan, keluarga kerajaan dimasuki oleh kelompok pendatang Muslim, bahkan diantaranya keluarga istana pun sudah ada yang memeluk Islam, akibat perkawinan antara keluarga raja dari anak selir yang menikah dengan anak bangsawan Champa Vietnam. Contoh Raden Patah anak dari Raja Brawijaya V yang sudah mualaf, lalu Raden Patah kemudian menjadi Sultan Demak. Dan sang Sultan pun berguru kepada Sunan Ampel (salah seorang wali songo, lalu mensyiarkan ajaran Islam selain juga di nikahkan kepada putri Sunan Ampel
Selanjutnya, bergeser komparasi kepada fenomena realita kehidupan modern didu ia internasional, dari sisi pandang segala aspek diantaranya, khususnya terkait HAM yang propaganda keras anti rasis (Anti Sara), namun kenyataan yang realistis, Amerika yang menguasai wilayah Indian, dan Australia tempat pembuangan para penjahat Inggris, menyisihkan penduduk aborigin, new zealand dan sekitarnya (benua australia) habis tak tersisa wilayahnya dan para pendatang yang berbeda ras serta agama, nyatanya tak terusik oleh kekuatan HAM. Termasuk kolonialisasi IsraHell, terhadap negeri Palestina, hingga hari dan detik ini masih tetap terjajah oleh Jews (para Yahudi). Apa tindakan konkrit UNO/ PBB ?
Hegemoni PKI terhadap Masyarakat Eks Majapahit dan Pajajaran.
Karena hipokrasi, diantara mayoritas telah beridentitas muslim, namun diantaranya “mereka bisa jadi ada banyak anggota bahkan para tokoh” yang dendam karena kecewa. Lalu PKI mendominasi terhadap golongan Kejawen di wilayah eks Majapahit dan Sunda Wiwitan atau Karuhun (di tataran Sunda yang pernah dalam penguasaan prabu Siliwangi) atau Kerajaan Pajajaran, dan disinyalir oleh penulis, kini biasanya Neo PKI sering berkumpul pada sebuah wadah model padepokan, dan partai-partai, bahkan neo PKI atau PKI gaya baru, diasumsikan sudah ada yang mendapat jabatan di kursi empuk kekuasaan.
Maka, kebangkitan old PKI maupun new, mendompleng kepada masyarakat yang membenci Islam dan para tokoh-tokohnya. Kemudian berbuat divide et impera/ adu domba, praktik yang klasik mereka biasa lakukan. Berikut dengan menggunakan istilah-istilah dengan jargon Panca Sila harga mati, namun kenyataannya Mati Harga.
Proletarian, hipokrasi, diaspora dan pasca kemerdekaan RI
Semua kekecewaan berdasarkan perpindahan agama dari animisme, Hindu-Budha pada suku-suku pribumi di setiap daerah, oleh sebab hadirnya para eksodus penduduk Yemen atau Arab, ke Nusantara menjadikan inspirasi politik PKI (pola lama) maupun Komunisme Gaya Baru/ KGB, lalu terakumulasi, dan melahirkan kekuatan konspirasi dari para tokoh komunis selaku anggota PKI dan perjuangan kembalinya “PKI” dengan Pola Gaya Baru”.
1. Apa makna dari proletar ? Jika ingin dipersepsikan dgn identifikasi kekinian adalah WONG CILIK.
2. Lalu kemarahan atas sejarah terhadap para pendatang, sisa-sisa masyarakat kerajaan yang hipokrasi meninggalkan jejak melalui Id card/ identitas KTP. (masih) cantumkan agama sah di negeri ini sesuai sistim hukum di Indonesia model Hindu-Budha serta 3 (tiga) kepercayaan lainnya, Kristen Katholik dan Kristen Protestan melalui misionaris/ misi Zending (pastor atau pendeta dari bangsa asing Jerman dan Belanda). Dan Islam yang lebih banyak menggerus “kepercayaan baru yang dibawa oleh Rasulullah SAW, yang dihantarkan melalui para pendatang dari Arab/ Yemen. Dan selanjutnya Muslim mulai memasuki istana raja-raja di Nusantara, bahkan menjadi pembesar di Istana, dan sambil terus menyebarkan Islam. Dan perilaku perilaku penolakan bangsa Arab secara Rasis. Mungkin saja menyulut daerah-daerah lain yang dahulunya animisme, contoh di Sumatera Barat, yang Animisme, dan sebagiannya Hindu Budha lalu rajanya di Pagaruyung berubah nama setelah mualaf menjadi Sultan Alif dan ada juga di P. Sumatera yang masih memilih hidup di hutan di wilayah Jambi yang dikenal sebagai penganut animisme, dengan sebutan Suku Anak Dalam. Atau contoh lain pada Suku Batak yang Parbegu atau penyembah hantu/ setan atau animisme, kategori yang bukan hindu atau budha. Namun kemudian menjadi sebagian mayoritas nasrani di belahan bagian Utara Tapanuli, namun ada juga pengaruh Islam dengan adanya buku yang meriwayatkan bahwa Sisingamangaraja ke- X dibunuh oleh keponakannya yang sudah masuk Islam, bahkan agama Sisingamangaraja XII pun diperdebatkan, lantaran corak bendera dan cap stempel kerajaannya berciri islam, selain dirinya diakui oleh banyak Orang Batak tidak makan babi. Dan mayoritas Muslim, di bagian selatan Tapanuli, ada sekelompok kaum yang menjauh, dan hidup eksklusif di wilayah kecamatan Batang Gadis, di Gunung/ Dolok Sorik Marapi, dan kabarnya mereka pun sudah menjadi Muslim saat ini, tepatnya kini masuk di wilayah Kab. Mandailing Natal, juga terbukti ada juga di Sulawesi belahan Selatan, yang dikenal sebelumnya suku Toraja, di wilayah Tanah Toraja (Kab.Toraja) dengan agama nenek moyang/ animisme, dan kini mayoritas adalah pemeluk nasrani/ kristen. Dan secara keseluruhan Nusantara menjadi mayoritas muslim memang tidak terlepas dari pengaruh orang Arab, yakni seperti di Sumatera Tuanku Imam Bonjol yang kabarnya adalah juga seorang Habib (juriyah Rasullah SAW). Hal penolakan terhadap Islam khususnya selain memang mayoritas di tanah air. Maka selain agama islam yang membuat animisme tergerus, juga berasal dari bangsa asing, namun minoritas. Sehingga hal golongan atau kelompok yang pro partai PKI secara umum ada dari semua suku. Sesuai data empirik, berapa banyak tokoh dari seberang P. Jawa dimaksud yang terlibat PKI ?
3. Di Jawa Suku asli yang berasal dari animisme dan Hindu Budha, maka mereka yang tak mau tunduk mengungsi, dan kelompok dari sebagiannya yang menolak agama baru, lalu sebagian dari kelompok sisa animisme masa Kerajaan Pajajaran, Hindu dan Budha menghindarkan diri, sampai-sampai rela menyebrang ke Bali, ada juga yang hidup eksklusif menyingkir ke pegunungan dan perbukitan (mengisolasi diri dan kelompok), semisal di pegunungan Tengger/ daerah Tengger, lalu dikenal sebagai masyarakat Tengger, serta yang di tataran Sunda yang animisme (agama wiwitan, atau kepercayaan Karuhun/Nenek moyang, ada yang menolak Islam dengan mengungsi di pelosok Lebak, Banten, di Cibeo, Cikeusik dan Ciketawarna, lalu dikenal menjadi suku Baduy, dan sebagian masyarakat sisa sisa kerajaan Galuh, Pajajaran atau Galunggung menjadi penghuni Kampung Naga, di Tasik Jawa Barat, namun menjadi muslim dengan segala macam menyisakan adat istiadat
4. PASCA 1945 sisa-sisa masyarakat pribumi asal dua kerajaan besar dan maupun yang kecil di Nusantara ini, setelah RI. 1945 merdeka, banyak yang sudah ditanamkan atau dipengaruhi rasa dendam tak berujung oleh gerakan PKI yang lalu dibubarkan pada tahun 1966 melalui TAP MPR RI. dan sisa-sisa simpatisannya yang nampak terasa sedang tumbuh kembali, melalui gerakan yang tidak kasat mata (underground) dengan pola Komunis Gaya Baru. Akhirnya anak cucu mereka keturunan pribumi banyak yang terjebak malah terperangkap masuk ke tubuh organisasi komunisme (dulu PKI), yang pernah, dengan pola kejam melakukan pembunuhan berencana terhadap para tokoh ulama/para ustad, aparatur negara. Karena provokasi gayung bersambut, Mereka saling rangkul terus hingga saat ini. Para Kejawen dan Sunda Wiwitan agama Karuhun di tanah Sunda. Karena mereka anggap atau “merasa tersisih di negeri mereka sendiri” oleh sebab penolakan terhadap kedatangan agama dari Bangsa Arab yang teridentifikasi mayoritas dan plus irama klasik yang diimplementasikan melalui jurus fitnah, serta sebagian Para Muslim terperdaya terikut, lalu bergeser kaidah dan ideologi kepada paham komunisme-kapitalisme, dan sebagiannya liberalisme serta manjadi kolektifitas/majemuk, dari berbagai suku/ ras atau keturunan.
Sehingga Gerakan Neo PKI/ KGB menghegemoni/ tunggangi Golongan Sakit Hati Sejarah riwayat yang bercampur antara kepercayaan pribumi dan agama orang asing, , lalu munculkan fitnah yang keji, bahkan termasuk pembunuhan-pembunuhan, kepada masyarakat yang tak bersalah, tanpa alasan, selain ingin menindas dan menghabisi agama-agama para pendatang dari kepercayaan pribumi, setidaknya memaksa agar Muslim pro gerakan atau ideologi mereka komunisme (KGB), terhadap orang atau kelompok yang tak bersalah, namun kekeh kepada ideologi Pancasila dan atau kelompok yang konsisten atau iman kepada agamanya, agama pendatang (muslim dan nasrani) turut menjadi korban), mereka lupa dulunya pun mereka tak beragama sebelum bangsa asing membawa hindu-budha, melainkan semua penduduk di Nusantara adalah penganut kepercayaan, hanya percaya pada ruh yang menguasai dan perlu dihormati dalam bentuk sesajenan (animisme) dengan kebiasaan yang berasal dari turun temurun sehingga menjadi adat istiadat serta budaya yang cukup berperilaku eling (sadar diri) tidak atau menolak berperilaku buruk.
Sehingga tidak beralasan sejarah dan hukum, untuk sakit hati terlebih kepada para ulama keturunan Arab termasuk diantaranya Para Habaib, golongan keturunan Rasulullah SAW.
Dendam Lama Eks Bangsawan, Keluarga Para Senopati dan Masyarakat Raja-Raja Di Pulau Jawa dan Pemimpin atau Para Raja Seberang Tanah Jawa Dipengaruhi (ditunggangi) Oleh Para Tokoh Politisi Komunis
Walau, tidak semua eks bangsawan atau para pengikut raja-raja kerajaan, yang oleh sebab mereka realitas sudah beragama, baik Muslim, Nasrani, dan tetap Hindu atau Budha dan yang masih animisme sekalipun namun menolak teori dan praktik komunisme
Maka masyarakat P. Jawa maupun masyarakat suku apa pun yang Muslim kaffah, tetap mereka musuhi. Bahkan memusuhi non muslim yang pro persatuan, atau yang berprinsip kemajemukan namun tetap kebhinekaan tunggal ikaan, namun selebihnya deskripsi dari mereka pecinta yang berjiwa romantism kepada kebesaran dan kekuasaan Majapahit dan kerajaan Pajajaran atau raja-raja pemimpin nusantara diluar P.Jawa, atau yang masih inflasi berpikir serta penuh dendam, maka penganut kejawen dan agama sunda wiwitan (animisme) yang berjiwa romantis, mereka kelompok inilah yang mudah dipengaruhi oleh gerakan PKI atau kini KGB, sehingga meletus pengkhianatan PKI di Madiun 1948 dan gerakan PKI. 30 September 1965.
Dan kini komunisme terus memprovokasi massa publik pada saat demo maupun dari narasi-narasi serta berbagai statemen provokatif dengan pola KGB saat ini.
Dendam lama para keluarga kerajaan dan pemuka agama hindu atau Budha serta keyakinan animisme, yang menerima atau tidak bersinggungan dengan kelompok pendatang dari daerah gujarat India dan Tiongkok yang hindu-Budha, lalu menolak para diaspora Muslim dari Timteng, Keluarga Rasul dari Madina-Yemen. Karena mereka PKI atau KGB tetap menunjukan sakit hati bahkan benci, hingga kini bangsa ini dikipasi terus oleh kaum proletar yang terindikasi sebagai PKI (Kini KGB). Dan PKI bertambah sakit hati kala PKI di bubarkan Jo. TAP MPR RI.(S) NOMOR XXV Tahun 1966. Dan sebelum mereka kembali disahkan se btagai partai (terlarang), maka hanya aroma kebangkitannya serta gayanya saja yg terasa ada, yakni KGB.
PKI dan kelompoknya (kejawen dan karuhun serta kelompok seluruh eks animisme di tanah air) dan kelompok hipokrit atau komunisme yang terbiasa flying Victim, sudah lama bersekongkol atau tepatnya ditunggangi dan dikipasi dan dikompori terus oleh komunisme/ PKI (kini KGB) telah beberapa kali melakukan pemberontakan di negara ini, selain diantaranya yang kerap dikenang sebagai peristiwa sejarah bangsa, yaitu pemberontakan PKI tahun 1948 dan 1965. Hingga akhirnya diterbitkan pembubaran Partai PKI melalui TAP. MPR.S. Nomor XXV Tahun 1966.
Jadi PKI gaya baru tetap hidup hingga kini dan berpolitik dengan teori konspirasi, ditambah dengan orang-orang yang tidak mau tahu soal agama dan partai-partai yang melindungi mereka karena butuh suara (konstituen) pilkada , pileg dan pilpres. Maka, selalu saja mereka terbiasa berperilaku kemana arah angin, selalu berpihakan kepada yang kuat (pemerintahan) penguasa sekuleristik, yg berkuasa sejak zaman Soekarno, Soeharto hingga saat ini, langkah politik yang saling mutualis-simbiosisme.
Dan ciri khas mereka adalah anomali, teriak panca sila harga mati. Padahal mereka menolak sila pertama, lalu dibuat mimikris menjadi gotong royong. Karena panca menjadi tri, dipres kembali menjadi eka kemudian disebut gotong royong.
Dan asas gotong royong ini, sudah banyak diterima dilingkungan penguasa dengan berbagai jabatan. Diantaranya ditengarai di lembaga BPIP, Kemensetneg dan lain-lain institusi.
Lalu, mereka berkolaborasi terus sambil berjuang menanamkan isme komunis- nya dan berlindung pada penguasa sekuleris sambil terus rasis, bertentangan dengan Panca Sila. Terus mendiskreditkan ras Arab , walau jelas katanya, Arab atau suku apa pun, yang tidak berpolitik identitas adalah bukan kadrun atau bukan kelompok kadrun.
Kemudian dalam rangka pecah belah, serta merta mereka KGB yang juga di antaranya nota bene ada terdapat para intelektual muslim, membuka model Islam baru, yang mereka sepakati bukan Islam yang menerima keseluruhan yang dari bangsa Arab, yang dikatakan sejarah adab dan kebudayaannya lebih buruk, dari Indonesia, sehingga mereka nyatakan melalui propaganda luar biasa, sebagai bangsa indonesia yang beragama Islam, bukan lah Islam Arab melainkan Islam Nusantara.
Kesimpulan
Kelompok KGB cikal bakal daripada kelompok lapisan PKI yang dilarang konstitusi, memang pada dasarnya membenci setiap muslim atau non sekalipun, termasuk aparatur yang menolak atau keberpihakan kepada Islam Konsisten, Islam Kaffah, yang punya cita-cita sejak lama, sejak kemerdekaan menggunakan syar’i dengan semata melalui perjuangan konstitusional, melalui pemilu pileg dan pilpres, yang oleh KGB diprovokasi sebagai paham yang menyimpang daripada Panca Sila. Walau yang sebenarnya, dari sisi historis politik hukum dan faktual (tak terbantahkan) keberadaan asas pada sila pertama Panca Sila adalah ciri faktual benang merah karya yang kuat dan kental sebagai peran Para Pahlawan Muslim termasuk para tokoh Soekarno-Hatta dan para pahlawan di BPUPKI. Dan pahlawan bangsa lainnya sejak dan jauh hari sebelum Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 atau pra revolusi kemerdekaan Agustus 1945 sampai dengan saat kemerdekaan, bahkan pada 10 November 1945 Bung Tomo meneriakkan kalimat ” Allahu Akbar,” sehingga membuat tentara Inggris (sekutu) kembali ke negerinya. Serta dalam penumpasan pemberontakan 1948 dan 1965. Negara melibatkan banyak pejuang, aktivis dari ummat mayoritas masyarakat Muslim dan diantaranya amat berperan Para Ulama dan para Habaib atau orang keturunan Arab bahkan Pakistan, dan terbukti ada diantara para ulama dan Para Habaib mendapat gelar pahlawan Nasional.
Dengan kata lain, subtansial kelompok PKI dan atau KGB tidak memusuhi orang asal Arab atau para Habaib, hal ini mendapatkan BUKTI SEJARAH POLITIK dengan data empirik. Terkait, berapa orang keturunan Arab yang disahkan menjabat ditubuh Partai PKI 1950-an sampai 1960 an ?
Karena yang mereka MUSUHI DENGAN BERBAGAI PROVOKASI adalah para tokoh muslim, yaitu para ulama dan para habaib, termasuk para aktivis organisatoris serta para akademisi cendikiawan/wati lintas disiplin ilmu namun muslim yang kaffah, radik (kuat mengakar).
Atau tepatnya yang menolak dan dianggap bakal menghalangi dan memusuhi “penganut Islam Nusantara” (Perpaduan aliran kejawen atau Sunda Wiwitan/ Karuhun, serta seluruh kelompok Animisme dan kemungkinan ada bercokol atheisme dan kelompok muslim yang pro ISLAM MODERAT (MODERN), ATAU MUSLIM DENGAN METODELOGI KOMUNISME KINI SUDAH MENGADOPSI, KAPITALISME DAN SUDAH MENDEKATI POLA IMPREALISME). Dan KGB mendapat fasilitas dukungan politik dan finansial, demi kerusakan hubungan persaudaraan antara ummat muslim bangsa ini dan antara ummat agama lainnya, dan umumnya di dunia internasional dari negara komunis dan para sekutunya yakni, satu kesatuan dengan missi Jews, dan kroni Muslim Moderat DENGAN METODE PLURALISME (ISLAM NUSANTARA NAMUN LIBERALIS) IDENTIFIKASINYA PENGADOPSIAN BHINNEKA TUNGGAL IKA, NAMUN TIDAK PROPORSIONAL sehingga hasrat politik pola komunis ini berpola pemaksaan agar metodelogi komunis yang mengkerdilkan, melecehkan antipati terhadap teologis (ajaran ketuhanan) justru berharap ajaran teologis dan para pengikutnya dipaksa menggunakan metodelogi atau konsep berpikir menurut paham komunis (komunisme) dengan memperalat istilah ke-bhineka tunggal ika-an, tentu saja konsep berpikir kontradiktif pola komunisme ini absurd, bahkan tidak logis, dan secara historis hasrat kuat komunisme ini sudah pernah diupayakan melalui konsep NASAKOM pada tahun 1959, hasilnya data empirik membuktikan berbagai perpecahan pada anak bangsa bahkan ada hubungan kausalitas (benang merah tersembunyi) terjadinya faksi pada institusi militer di wilayah mayoritas nasrani (Sulut) dan juga (dulu) di bagian Sumatera Timur, yang mendompleng pada ketidaksetujuan diskresi penguasa saat itu. Oleh karenanya teori yang hendak terus “diberlakupaksakan” oleh golongan komunis ini kategori perbuatan kejahatan HAM. Padahal mereka kaum komunis memiliki persamaan, khususnya perihal pemahaman, bahwa ideologi seseorang/ kelompok tidak dapat dibunuh, ketika doktrinasi agama dan ideologi telah diterima lalu menyatu dan bersemayam dalam jiwa dan dibenak pikiran para penganutnya.
Aneh dan lagi lucu, menolak pada prinsip asas ketuhanan pada sila pertama panca sila namun lebih kencang, keras dan sering dari pada umat beragama teriak Panca Sila harga mati !
Sehingga hakekatnya bahwa paham kelompok komunisme tidak suka bukan hanya terhadap ras Arab atau kepada Islam atau ulama (muslim) atau para ustad, namun kepada semua penganut agama sekalipun animisme, kepercayaan atau atheisme atau tidak beragama, namun yang mereka benci dan musuhi atau haramkan dan bakal mereka adu domba, fitnah, atau dustai/ bohongi, adalah setiap kelompok atau individu selaku tokoh masyarakat yang berupaya keras menentang ideologi dan metodologi Komunisme yang nyaris sama dengan perilaku penganut teori machiavelisme. Karena Komunisme faktual menghalalkan segala cara apapun untuk dilakukan (fitnah, adu domba, flying victim, dan politik serta metodelogi menunggangi kelompok lain, bahkan sampai halalkan pembunuhan untuk mencapai hasrat kekuasaan tertinggi dengan implementasikan teori dan praktik komunisme,selanjutnya paradigma kelompok komunis lebih banyak berpola memusuhi Islam (karena faktor muslim adalah mayoritas) serta mayoritas pula kelompok penentangan terhadap doktrinasi ideologi dan praktik komunis gaya baru.
Sehingga terbukti Komunisme gaya baru tidak memusuhi orang arab, tidak memusuhi orang muslim, sepanjang mereka para muslim menerima mereka dengan alasan kebhinekaan.
Musuh mereka adalah ideologi Islam yakni Al Quran dan Al hadist, inilah prioritas yang hendak mereka hancurkan, karena ketika muslim berpegang teguh kepada al quran dan al hadist, tentunya kaum muslim tidak menerima metodologi komunis. Maka untuk memaksa Muslim mau menerima mereka digunakanlah metodelogi dengan pola permusuhan manfaatkan maksimal gap yang tersisa (yang pernah ada) antara pribumi dan orang Arab atau seluruh muslim yang konsisten atau radikal (kaffah) kepada ajaran Islam, dengan menggandeng dan memprovokasi pribumi dari para keturunan dan masyarakat eks pengikut raja-raja dan atau para tokoh adat pada jamannya yang menolak Islam, serta masyarakat umumnya yang beragama namun hipokrit (sekedar status/ agama di KTP. Karena ketentuan dan keberlakuan sistim hukum, dan tentunya terus mengompori gap atau celah ketidaksukaan para masyarakat pada zaman nenek moyang (Hindu-Budha) yang pada awalnya beberapa raja-raja mereka pun melakukan penolakan terhadap ajaran kepercayaan (agama) baru yang dibawa oleh para imigran, diaspora dari Arab, dan kaum komunis menanamkan dan terus memupuk kebodohan dan rasa sentimen, permusuhan serta kebencian, serta sengaja melupakan bahwa agama yang mereka pribumi anut pun semua berasal dari bangsa asing (India-China).
Namun hanya Islam yang kuat mereka musuhi, karena faktor jumlah yang mayoritas dan mayoritas pula para ulama dan habib yang melakukan penentangan terhadap faham komunis. Pastinya masyarakat Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan seluruh kepulauan yang ada di NKRI dahulunya merupakan penganut kepercayaan nenek moyang, yakni animisme sebelum bangsa asing India-China memperkenalkan agama Hindu dan atau Budha.
Dan terpenting secara historis politik hukum, flying victim dan biadabnya komunis (fitnah) tentang sebutan atau istilah agama asal pendatang, padahal fakta sejarah politik, bahwasanya ideologi atau metodelogi komunis pun berasal dari bangsa lain atau negara asing, yaitu Russia dan China !
Dan sebagai fakta historis hukum, kelompok komunis yang terorganisir/ terstruktur sebagai orspol dan atau parpol yaitu PKI berikut beberapa kelompok basis (underbow) dan PKI tercatat lebih dari 3 (tiga) kali melakukan penghianatan kepada bangsa dan negara ini, yang puncaknya adalah Gerakan pada 30 September 1965 (Gestapoe).
Lalu terus mengompori kaum muslim dari berbagai celah, dengan teori politik devide et impera sebagai formulasi distorsi agama islam. Mulailah komunis gaya baru membuat makna islam namun di kavling-kavling sehingga deskripsikan islam yang berbeda, Islam tapi bukan Islam Arab, Islam di Indonesia adalah Islam Nusantara lebih berbudaya dan beradab luhur dari pada Islam arab dengan perbandingan yang bukan aple to aple. Melainkan mengkomper saat masa kehidupan jahiliah dengan masa kebudayaan Indonesia setelah Islam atau agama lainnya diterima di Nusantara. Periksa buku hukum adat istiadat oleh Cornelis van Vollenhoven (8 Mei 1874 – 29 April 1933) yang alumni Univ Leiden, seorang antropolog Belanda yang dikenal akan karyanya “Hukum Adat” di Hindia Belanda, sehingga ia dijuluki “Bapak Hukum Adat” atau buah karya salah seorang pendiri Universitas Islam Jakarta, murid Van Vallenhoven , Prof. Hazairin yang pernah bertugas di Tapanuli Selatan.
Selebihnya, mereka pun memusuhi ummat agama lain, yang tidak mau menerima metodelogi mereka sebagai implementasi kebhinnekaan tunggal ika yang pluralisme, komunisme memaksakan iman seseorang tunduk kepada ideologi komunis, amat tidak proporsional, karena hal yang dipaksakan sudah melewati batas toleransi, sudah menyentuh keimanan dan kepercayaan yang sudah terdoktrinisasi dalam pelaksanaan peri kehidupan sosial dan tenggang rasa, saling hormat menghormati antar ummat beragama diluar pelaksanaan ritual ibadah, sedangkan komunis adalah berpegang kepada alam nalar, akal dan alam nyata (eksakta) serta sesuatunya yang ghaib adalah evolusi atau proses alam, tidak ada rasa keimanan kepada Tuhan Sang Maha Pencipta. BAHKAN UMMAT BERAGAMA YANG PATUHI DOKTRINISASI KITAB-KITAB SUCI MEREKA, OLEH KAUM KOMUNIS (MAO ZEDONG/ MAO TSE TUNG) DIPERSEPSIKAN SEBAGAI KELOMPOK HALUSINASI ATAU DIBARATKAN PARA PECANDU/ KETAGIHAN MENGHISAP OPIUM/ GANJA.
Dan komunisme gaya baru pun tidak juga suka kepada kelompok animisme sekalipun, jika golongan animisme menghormati HAM terhadap Pancasila Sila Pertama dan Sila ke 4 paham musyawarah, kemudian melupakan masa lalu terkait pendatang Arab sebagai wujud dari sila ke 3 yakni persatuan Indonesia.
Maka Camp komunisme gaya baru BPIP pun membuat rumusan baru panca sila, menjadi 3 walau sejak tahun 60 an, rekayasa pres-pres sila ini sudah ada untuk 5 sila menjadi 3 lalu menjadi 1 sila, kemudian 1 sila mimikri menjadi gotong royong (RUU.HIP) sehingga secara evolusi etimologi kelak, terhapuskan tidak ada lagi sila-sila dan butir-butir kalimat yang ada pada pada Panca Sila.
Dan mereka komunisme tidak menerima tuduhan hukum penghianatan mereka kepada bangsa dan negara ini, walau fakta sistim hukum melalui eksistensi TAP MPR.S RI Nomor 25 Tahun 1966. Namun gayung bersambut, Jokowi manuver politik “substantif pembatalan secara kontradiktif daripada metode sistim asas hukum hirarkis yakni semestinya TERKAIT PRODUK MPR. RI melalui proses legislatif semestinya melalui selevel MPR.RI-DPR RI bahkan DPD RI perwakilan anggota legislatif independen perwakilan daerah dan sepatutnya, harus urun rembuk dengan para tokoh nasional bangsa ini. Namun seperti ada sesuatu para anggota legislatif sang dikangkangi haknya terperdaya, entah ada kompensasi pengganti silence id gold. Jokowi nakal dia potong Kompas, karena tahu akan ditolak oleh para tokoh nasional dan keluarga para korban keganasan PKI. Lantas saja keluarkan Keppres Nomor 17 Tahun 2022. Tentang Pembentukan Tim Penyelesaian non yudisial pelanggaran HAM yang berat masa lalu dan Inpres Nomor 2 Tahun 2023 Tentang Tindak Lanjut Atas Rekomendasi Tim Penyelesaian Non-Yudisial Pelanggaran HAM yang Berat Masa Lalu (PPHAM) yang disampaikan ke pemerintah pada 29 Desember 2022. Hanya saja Jokowi tanpa membatalkan TAP. MPR.S No. XXV Tahun 1966. yang lebih tinggi hirarkis hukumnya daripada kepres dan inpres a quo. Dan TAP MPR RI. No. XXV tersebut, justru eksplisit berisikan perintah pembubaran partai PKI. Serta TAP MPR RI a quo mengandung sejarah hukum pengkhianatan PKI.
Maka tidak keliru atau salah jika ada anak bangsa yang berpendapat dan menyatakan JOKOWI sebagai tokoh KGB, karena selaku presiden justru menghidupkan dan menafikan kejahatan PKI atau cikal bakal KGB namun dengan pola pikir/ visi dan tujuan/ misi serta pola metode yang sama, adu domba bangsa ini melalui perbedaan sejarah (kejahatan) politik hukum, yang hampir mirip teori putar balik fakta sejarah ala PKI paska dibubarkan, mereka para antek KGB menjudge Jendral AH. Nasution, yang juga korban yang mengalami luka kakinya, serta putrinya dan beberapa rekan setianya tewas pada malam 30 September 1965 adalah dalang atau otak GESTAPOE.
Selamat mengenang pengkhianatan Kaum Komunis/ PKI pada 30 September 1965 dan menyambut saktinya Panca Sila memberangus PKI pada 1 Oktober 1965 (hari kesaktian Panca Sila yang kini tanggalnya digeser namun dilegiltimasi) dan telah mematri di hati sanubari. Lalu ingat “pepatah Bung Karno bahwa negara yang maju, adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah atau JASMERAH”.