Tergiur Indahnya Rumah Laba-Laba
Oleh: Abu Muas Tardjono, Pemerhati Masalah Sosial
Sangat menarik untuk dicermati sejumlah keistimewaan yang dianugerahkan Allah kepada laba-laba, khususnya lihai dalam ‘memburu’ mangsanya. Uniknya teknik berburunya, laba-laba bukan hanya membuat sarang yang sifatnya diam saja, melainkan ia pun membuat jaring-jaring kecil istimewa yang dilempar hingga bisa membungkus erat mangsanya.
Serangga-serangga yang terperangkap tidak akan mampu lagi melepaskan diri dari jeratan jaring kecil dan istimewa ini. Jangan coba-coba serangga yang terperangkap semakin banyak bergerak atau meronta-ronta akan semakin terjerat lebih erat.
Usai kita sedikit mengenal sejumlah keistimewaan yang dianugerahkan Allah SWT kepada laba-laba, kini layaklah kiranya kita mau merenungkan serta menghayati salah satu makna perumpamaan melalui firman-firman-Nya.
Salah satu perumpamaan yang Allah anugerahkan kepada kita adalah sebuah perumpamaan yang penuh makna bagi kelangsungan hidup kita. Allah SWT berfirman: “Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain dari Allah, adalah laksana laba-laba membuat rumah. Dan sesungguhnya yang serapuh-rapuh rumah adalah rumah laba-laba jika mereka mengetahui” (QS. Al ‘Ankabuut, 29:41).
Pada awal ayat dinyatakan, kita diingatkan bahwa bila kita mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah.
Seolah-olah betapa kelihatan mempesona rumah laba-laba yang bisa kita saksikan. Susunan jaring yang tertata rapi bisa membentang dari daun ke daun atau dari dahan ke dahan atau bahkan mungkin dari pohon ke pohon. Aneka warna muncul dari bentangan jaringnya, sehingga serangga-serangga kecil yang terbuai dengan keindahan ini tanpa terasa akan terjerat dalam jaringnya.
Dalam lanjutan ayatnya Allah SWT mengingatkan kita bahwa, sesungguhnya rumah yang paling rapuh atau lemah ialah rumah laba-laba. Kekuatan rumah laba-laba terletak pada jaring-jaring yang dibuatnya itu untuk menjaring mangsa atau serangga yang lebih kecil. Jika mangsanya lebih besar dan kuat, maka mangsanya itulah yang merusakkan sarang atau rumah itu sampai sarang itu hancur berantakkan.
Pada ujung ayatnya kita diingatkan kembali bahwa, bagi mereka yang mengetahui akan kondisi ini pastilah tidak akan melakukannya. Maknanya, perlu digarisbawahi bahwa orang yang beriman dan berilmu tidaklah mungkin menggantungkan dirinya kepada selain Allah.
Ironisnya, kini tidak sedikit, manusia baik individu maupun kelompok atau partai yang terpesona oleh jaring-jaring jebakan penguasa bak serangga yang terjebak jaring laba-laba. Dikiranya bahwa kekuatan penguasa tidak akan terkalahkan selama-lamanya. Kadang yang memegang kekuasaannya itu sendiri pun tanpa sadar terpesona oleh semua kekuatan yang dimilikinya. Dikiranya, akan dapat kekal di dalam genggamannya. Bahkan dia berusaha mempertahankan kekuasaan itu dengan berbagai macam cara, dia menebar jaring-jaring bujukan bagi siapa saja yang tak tunduk, maka intimidasi, persekusi dan sanksi akan dikeluarkan bagi siapa saja yang dinilai akan berani menentangnya.
Demikian pula, dikumpulkannya kekuatan harta kekayaannya dengan berbagai cara yang disangkanya akan dapat melanggengkan kepemilikannya. Tiba-tiba satu waktu yang tidak disangka-sangka, baik oleh dirinya maupun oleh orang-orang yang memujanya, kekuatan, kekuasaan dan kekayaan itu sirna bila keputusan Allah telah tiba, maka tidak akan ada yang bisa memberikan pertolongannya.
Kini, pada abad kemajuan ilmu dan teknologi tidak sedikit manusia telah menuhankan akalnya. Berangsur-angsur dengan keahlian ilmu dan teknologi yang dimilikinya, tidak sedikit pula manusia menganggap dirinya berhak atas pembuatan aturan hidupnya, menilai aturan yang dibuatnya sejajar dengan aturan-Nya, bahkan lebih fatal lagi mereka berani menilai bahwa aturan dan hukum Allah tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman.
Tindakan-tindakan semacam ini sebenarnya tak ubahnya ibarat Laba-Laba yang sedang membuat rumahnya. Yang pada suatu saat jika datang mangsanya yang lebih besar dan kuat atau ditimpa tiupan angin yang sangat kuat, maka Laba-Laba itu pun tidak bisa mempertahankan kekuatan rumahnya bahkan mungkin dirinya pun akan ikut hancur karenanya.
Betapa Maha Pengasih dan Penyayang Allah yang telah menganugerahkan kepada kita banyak perumpamaan melalui firman-firman-Nya, tentu semua ini tidaklah cukup hanya untuk diketahui, melainkan kita tetap harus berupaya untuk merenungkan, menghayati dan melaksanakan segala sesuatu yang telah menjadi perintah-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang telah menjadi larangan-Nya.
Seorang mu’min tidak akan percaya kepada segala macam kekuatan, kekuasaan, kebesaran, kecuali kepada Allah karena semuanya itu datang dari-Nya (QS. Al Baqarah, 2:256)
Tiba saatnya bagi kita untuk introspeksi diri seberapa jauh kehidupan kita selama ini, adakah sesuatu yang kita rencanakan atau kita upayakan dalam hidup kita ini adalah sesuatu yang memperkuat gantungan kita kepada Allah atau na’udzubillah sebaliknya malah menggantungkan diri kepada penguasa yang lemah di sisi-Nya?
Semoga kita dapat memaknai betapa rapuhnya rumah Laba-Laba sesuai perumpamaan yang telah dianugerahkan-Nya kepada kita. Amin! Wallahu a’lam bish-shawab