Adhie Massardi: Muktamar PKB Bali Sesuai Sejarahnya

JAKARTASATU.COM Mantan Jubir Presiden ke 5 KH Abdurrahman Wahid, Adhie Massardi mengungkapkan histori lahirnya PKB dari keinginan Nahdiyin dan para kyai-kyai top untuk memiliki partai sendiri berbasis NU. Waktu itu PB NU mengambil alih gagasan umat ini dikanalisasi, disentralisasi agar lahir partai politik yang benar-benar berbasis NU, berbasis Nahdliyin.

“Jadi keinginan dan harapan para Kyai-kyai dan Nahdliyin menjadi satu partai saja, dan disepakatilah oleh Kyai-kyai top NU,” kata Adhie Massardi saat ditemui di acara diskusi KAMI di Hotel Kaisar, Jakarta, Rabu, 4/9/2024.

“Jadi PKB itu lahir dari rahim kaum Nahdliyin diinisiasi oleh PBNU. Jadi kira-kira PBNU itu ibarat rumah bersalinnya,” imbuhnya.

Lanjut Adhie dari situ jelas, bukan PBNU yang melahirkan PKB, tapi Nahdliyin yang punya keinginan membuat partai kemudian oleh PBNU diformalkan. Saat itu Rois AM PBNU-nya KH Ilyas Ruchyat dari Cipayung.

Kalau membaca teks sambutan risalah KH Ilyas sangat jelas bahwa PBNU hanya menginisiasi. Jadi PKB itu milik Nahdliyin bukan milik PBNU. PBNU itu kan organisasi sedangkan Nahdliyin itu umatnya.

Kutipan sambutan almarhum KH Ilyas Ruchiyat pada deklarasi PKB.

“Sesungguhnya sebagai orang tua dan pengurus yang diberi amanah oleh Muktamar NU untuk mendayung perahu besar Nahdlatul Ulama, tentunya kami terus menerus tanpa berhenti, melihat dan menyerap dari lubuk yang paling dalam aspirasi warga NU”.

Karena itu, niat, gagasan dan keinginan warga NU untuk memiliki partai sendiri seyogyanya diberi kanal, agar airnya tidak meluap dan membasahi tubuh NU secara keseluruhan. Bentuk kanal Itu adalah restu dan doa kami, semoga kehadiran Partai Kebangkitan Bangsa membawa kemaslahatan bersama”.

“Semoga ia menjadi partai yang betul-betul mampu menyerap peri kehidupan rakyat Indonesia. Adapun NU biarlah tetap dengan jatidirinya. Biarkan NU dengan pengabdiannya yang lumintu pada dakwah, pendidikan dan pengembangan pesantren. Jangan bowa-bawa NU dalam percaturan yang tidak sesuai dengan jati dirinya.

“Kami imbau kepada segenap warga NU yang berminat terjun sebagai aktifis partai politik, untuk memanfaatkan partai ini sebagai salah satu wadah pengabdian dan perjuangan”.

“Bersamaan dengan hal tersebut saya juga ingin mengingatkan, hendaknya segenap eksponen partal ini membaca dan menyimak dengan sungguh-sungguh berbagai masukan yang telah dihasilkan oleh Tim 5 dan Tim 9 Asistensi PBNU, baik Mabda Siyasi, Deklarasi Partai, maupun Pedoman Umum Hubungan Partai Kebangkitan Bangsa dengan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama yang termuat dalam risalah ini”.

Adhie menuturkan PKB yang sudah berjalan selama belasan tahun, kemudian menggelar Muktamar di Bali menghasilkan terpilihnya kembali Muhaimin sebagai ketua Umum dan Rois AM nya KH Ma’ruf Amin. KH Ma’ruf Amin itu ketua Dewan Syuro PKB yang pertama, Jadi dia sangat paham soal PKB. Jadi kalau sekarang  pimpin kembali sebagai dewan Syuro PKB, berarti PKB sudah di jalan yang benar.

“Menurut saya, Muktamar di Bali sudah benar sesuai dengan AD/ART,  sesuai aspirasi para pengurus DPC, DPW, pimpinan Cabang, Pimpinan Wilayah,”  jelas Adhie.

“Muktamar dilangsungkan secara off line dan online yang bisa diakses publik. Dengan demikian muktamar di Bali itu  sudah paripurna,” tambahnya.

Adhie menilai di PKB sendiri tidak ada persoalan karena faktanya PKB perolehan suaranya sangat signifikan bisa menembhs batas bukan hanya pemilu 2024. Dibawah pimpinan Muhaimin bukan hanya menarik minat Nahdliyin saja juga non Nahdliyin. Itu yang menyebabkan kenaikan anggota DPR nya lebih dari 10 tambahannya. Dan suaranya mendapat 16 juta lebih

Pada waktu PKB pertama tahun 1999 mendapat 13% , suaranya 13jutaan. Jadi secara suara di tahun 2024 jumlah suaranya lebih besar.

Menurutnya kepartaian secara politik justru PKB sekarang ini sangat sukses bukan hanya membawa aspirasi Nahdiyin tetapi mendapat simpati dari non NU. Secara kepartaian PKB sudah menjalankan perintah para kyai NU terdahulu yang menginisiasi PKB bahwa PKB bukan hanya untuk Nahdiyin saja tetapi untuk bangsa Indonesia.

“Jadi menurut saya PKB sudah melakukan secara final,” jelasnya.

Dikemukakannya kalau ada yang menyangsikan Muktamar Bali apalagi kemudian mau membuat Muktamar tandingan, ini sangat tidak masuk akal dan kehilangan legitimasi moralnya karena di PKB ada Kyai Ma’ruf.

“Jadi landasan moral orang-orang yang ingin membuat Muktamar tandingan itu sudah ga ada. Sengan terlilihbkembaki dimpimpin Rois AM Ma’ruf Amin sebagai ketua dewan syuro. Ini sudah selesai,” tandas Adhie.

Adhie menilai kalau ada keinginan gelar Muktamar tandingan dapat diartikan bukan keinginan dari Nahdiyin tapi ada unsur kekuatan luar yang kuat tetapi sekarang ini kekuatan luar sudah tidak ada. Kekuatan Jokowi sekarang ini kekuasaan moralnya sudah rontok, didemo dimana-mana. Banyak orang yang menyangsikan Jokowi bahkan tuntutan masyarakat dan kampus-kampus menuntut turunkan dan adili Jokowi. Jadi secara moral dukungan dia kepada yang mau merongrong PKB sudah kehilangan landasan moralnya.

“Jadi menurut saya PKB harus menatap ke depan yang lebih besar karena persoalan bangsa ini besar,” pungkasnya. (Yoss)