Selamat Jalan, Sahabat

FAISAL Basri telah pergi. Untuk selamanya menghadap Illahi Rabbi. Sosok sederhana di barisan depan pendiri Partai Amanat Nasional (PAN).

Berita duka, saya sampaikan lewat pesan pendek ke Ketum DPP PAN, ZulHas. Berbalas. Beliau menyampaikan duka cita yang mendalam. Di antara tugasnya sebagai Mendag, ZulHas merasa sangat kehilangan atas wafatnya salah seorang figur utama pendiri PAN. Ungkapan berduka pun disampaikan Sekjen DPP PAN, Eddy Suparno.

Bersama M. Amien Rais, sosok Faisal Basri memimpin Deklarasi PAN di Istora Senayan, Jakarta, Minggu 23 Agustus 1998. Menyusul puncak Gerakan Reformasi 1998. PAN terlahir dari rahim Gerakan Reformasi. Duet ini juga mengawali membentuk wadah Majelis Amanat Rakyat (Mara) sebagai cikal bakal PAN.

Almarhum Faisal Basri (65 tahun) menjadi bagian figur utama pendiri PAN. Di antara 50 tokoh nasional. Antara lain Rizal Ramli, Emil Salim, Albert Hasibuan, AM Fatwa, Toety Heraty, Abdillah Toha, Zoemrotin, Hatta Rajasa, Alvin Lie, dan Soenoto.

Duet Amien Rais – Faisal Basri memimpin masa transisi PAN (1998- 2000). Mengantarkan PAN menjadi peserta pemilu legislatif 1999. Adalah pemilu pertama pascareformasi. Kali pertama pula, PAN berhasil menempatkan para kader terbaiknya di parlemen. Di semua jenjang lembaga perwakilan rakyat. Usai itu, keduanya mengantar PAN menggelar kongres pertama di Yogyakarta, 10-13 April 2000.

Faisal Basri dikenal sebagai politisi dan ekonom ternama di Indonesia. Keponakan dari almarhum mantan Wakil Presiden, Adam Malik — ini lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia pada 1985. Tiga tahun berikutnya, menyandang gelar _Master of Arts_ bidang Ekonomi dari Universitas Vanderbilt di Nashville, Tennesse, AS tahun 1988.

Almarhum tercatat sebagai ekonom senior dan cerdas dalam analisis. Rajin mengkritik sejumlah kebijakan ekonomi pemerintah. Terakhir soal tingginya utang negara.

Semasa memimpin PAN sebagai sekretaris jenderal, kerap jumpa di Jakarta. Utamanya saat saya ikut membantu mempersiapkan dokumen caleg DPR RI untuk Pemilu 1999. Pun bersinerji organisasi di Bandung. Almarhum selalu menyapa saya dengan sapaan _Kang_. Maklum pula, almarhum terlahir di Kota Bandung, 06 November 1959. Ia senantiasa membangun suasana kultur daerah yang dipijaknya.

Siapa pun mengenal almarhum Faisal Basri sebagai sosok sederhana nan bersahaja. Tak pernah menunjukkan performa kaliber ekonom ternama. Di antara pernyataan dan analisis kritis, sejatinya kerap menyisipkan guyonan yang mengundang tawa.

Ke mana pun melangkah, bahkan ke forum seminar sebagai nara sumber terpercaya — ia selalu membawa ransel di punggung yang diselendangkan di bagian lengannya. Mengenakan topi pet dan alas kaki lebih menyerupai sepatu sandal sebagai ciri khas yang selalu dikenang oleh siapa pun yang pernah mengenalnya.

Hari ini, Kamis, 05 September 2024 pk 03.50 — kabar duka cita. Faisal Basri Batubara berpulang untuk selamanya. Meninggalkan istri, Syafitri Nasution dan tiga orang anak tercintanya. Selamat jalan, Sahabat..! *

– imam wahyudi (iW)