KEBENCIAN YANG DIRAWAT
Oleh: Girarda
Alumni YISC Al Azhar
Kemarin waktu Indonesia lawan Australia saya ikut nonton. Tumben, karena saya tidak tahu banyak dan tidak hoby bola. Sekilas pandang permainan Indonesia kok berbeda ya bila dibanding lawan Arab Saudi. Waktu lawan Arab Saudi pakai bola-bola pendek dari kaki ke kaki dengan cepat, tapi lawan Australia pakai bola bola panjang sehingga mudah dipatahkan Australia. Susah mas, kata teman nonton saya. Lihat saja tuh rumputnya. Eh betul juga terlihat rumputnya yang bocel bocel waktu ada zoom ke arah bola.
Teringat kata coach Justin di podcast, bahwa pemain-pemain keturunan yang biasa main di luar negeri, biasa bermain di lapangan dengan rumput yang bagus. Untuk Arab Saudi saya yakin 100% rumputnya bagus hingga bisa bermain maksimal tapi untuk GBK saya tidak yakin bisa bermain maksimal, katanya menjelang pertandingan lawan Arab Saudi.
Nah kalau memang rumput GBK kurang layak kenapa tidak pakai Jakarta International Stadium JIS waktu menjamu Australia. Kalaupun rumputnya kurang layak karena diperbaiki malah berantakan, kan bisa dikembalikan dengan teknik dan tenaga yang sama. Tapi hal itu tidak terjadi. Sebagai awam bertanya tanya sayang amat ada fasilitas baru dan bagus tidak dipakai.
Apakah tidak bisa para pemangku kepentingan duduk bareng sehingga JIS bisa dimanfaatkan sesuai fungsinya. Kalaupun ada yang tidak suka kepada pribadi dibalik keberadaan JIS ya tidak usah disebut namanya. Fokus kepada fisik fasilitas dan manfaatnya saja. Berhentilah menjadi dungu, mengutip kata kata yang sering diucapkan RG.
Dalam sesuatu yang kita tidak suka mungkin ada kebaikan di dalamnya, dalam sesuatu yang sangat kita suka mungkin ada keburukan di dalamnya. Janganlah memelihara benci, melainkan tidak lelah menabur kasih.