Ilustrasi AI | WAW
Ilustrasi AI | WAW

BERSIKAPLAH KSATRIA!

Oleh: Budi Sartono Soetiardjo
Heboh soal jalan-jalannya Kaesang bersama isteri ke negeri paman Sam (Amerika Serikat) dengan fasilitas jet pribadi, tampaknya semakin menggelora.
Masyarakat sipil, komunitas para pegiat antikorupsi, sudah mulai tak sabar menanti penyelesaian kasus Kaesang oleh kalangan penegak hukum, utamanya oleh lembaga antirasuah KPK.
Berita sudah viral ke mana-mana, tapi penyelesaian terasa diulur-ulur, dan hal ini tidak bagus buat citra keluarga presiden Joko Widodo, khususnya Kaesang Pangarep.
Kaesang sebagai anak presiden semestinya memberi contoh. Apalagi, dia sekarang juga menjabat sebagai ketua umum sebuah partai politik yang mewakili kaum muda. Apa kata orang dan kalangan anak muda terhadap Kaesang Pangarep jika sebagai seorang Ketua umum Partai, ia tidak memberi teladan yang baik.
Polemik, prokontra dan kontroversi muncul menyikapi kasus Kaesang. Banyak yang membela, tapi masih lebih banyak yang nyinyir, mencemooh, bahkan melontarkan tudingan negatif terhadap sikap dan perilaku Kaesang.
Kasus Kaesang sebetulnya sederhana, apabila ia responsif, bergerak cepat untuk memberi klarifikasi di depan publik – masyarakat luas khususnya di depan seluruh kader dan simpatisan Partai Solidaritas Indonesia alias PSI.
Sikap gentleman, sikap ksatria harus ditunjukkan Kaesang guna menjaga nama baiknya, nama keluarga, terutama nama baik orang tuanya.
Kasus tak bakal berlarut-larut dan melebar ke mana-mana, apabila Kaesang sigap bertindak untuk menjernihkan persoalan yang menimpa dirinya, terlepas ia benar atau salah.
Tak ada yang sulit bila ada niat, kemauan, dan yang terpenting punya nyali. Tentunya, Kaesang juga tak mau disebut seorang pengecut.
Menjelang masa senja pemerintahan presiden Joko Widodo, kasus Kaesang bisa menjadi noktah bagi kehormatan keluarga presiden Joko Widodo. Bisa-bisa, peribahasa “Karena nila setitik rusak susu sebelanga” menimpa keluarga istana.
Menjaga nama baik dan kehormatan, adalah salah satu bentuk bakti anak kepada orang tua. Untuk menjaga harkat dan martabat orang tua dan keluarga, rasanya tidak ada kata terlambat.