JAKARTASATU.COM– Mantan Juru Bicara Komisi Pemberantasan Korupsi (Jubir KPK) Febri Diansyah mengatakan bahwa nebeng masuk ke dalam ruang lingkup gratifikasi. Hal itu jika mengacau pada penjelasan Pasal 12 B UU No. 20 thn 2001 (UU Tipikor)
“Gratifikasi itu sebenarnya punya arti yg luas: pemberian dalam arti luas. Ada tiket perjalanan & fasilitas lainnya. Bs diterima di Indonesia ataupun LN. Jadi, kata kuncinya: tidak membayar. Dihubungkan dg definisi Gratifikasi td, maka penerimaan fasilitas dg tidak membayar tntu saja masuk dalam ruang lingkup gratifikasi di Penjelasan 12B,” kata Febri lewat akun X-nya, Rabu (18/9/2024).
“Lho katanya bayar tiket 1org 90jt? Ini tmpaknya bias dipahami. Setelah saya simak ulang…Ttg tiket 90juta sbenarnya Deputi Pencegahan KPK bilang: pihak pelapor menyebut estimasi nilai tiket 90jt per orang. Di bbrpa pemberitaan seolah2, KPK yg nilai tiket private jet tsb 90jt/org.”
Standarnya kata Febri, pelapor dminta mengisi self assessment nilai gratifikasi di formulir. Berapapun estimasi yang disampaikan pelapor tidak mengikat KPK.
Justru salah satu yang akan didalami KPK dalam 30 hari kerja adalah nilai wajar gratifikasi. Kata Febri ada metode menghitungnya. Kalau nilai tiket PJ dugaannya tidak sulit bagi KPK untuk menghitung.
“Jd kt tunggu brapa hitungan KPK. Bgm dg alasan nebeng, apakah KPK akan menerima begitu saja. Seharusnya tdk.”
Dalam proses verifikasi selama 30 hari kerja KPK juga perlu dalami, apa yang sebenarnya terjadi. Tentu kata Febri, dari keterangan pihak yang diminta keterangan dan bukti lain.
“Btw 30 hari kerja ya, bukan 30 hari kalender…Tp menurut Saya, meskipun banyak dijadiin meme & direspon sinis, kata nebeng sudah trmasuk definisi gratifikasi.”
“Nebeng (tanpa membayar) menerima fasilitas penerbangan dr pihak lain itu gratifikasi.Tp apakah gratifikasi yg terlarang? Msh ada aspek lain yg perlu dianalisis..,” imbuhnya. (RIS)