Tafakur
Oleh Taufan S Chandranegara, praktisi seni, penulis
Siapa mampu membuat langit, tak ada. Siapa mampu membuat angin, tak ada. Siapa mampu membuat mataair, tak ada. Itu sebabnya menjadi manusia dilarang sombong. Sekalipun punya rudal, pistol dan peluru, di sana letak kelemahan kuasa manusia. Mentang-mentang punya jabatan lantas melanggar ketentuan lampu merah eh halah walah kadalah; malulah pada dirmu sendiri wahai manusia sombong.
Siapapun anda. Siapapun jabatan anda. Bodok amat. Sekalipun katanya jagoan kebal peluru, hiks! Anda cuma debu di hadapan Al’Khaliq. Anda di hadirkan karena diciptakan atas kehendak-Nya. Ulah sombong euy. Jangan membolak balik doa menjadi ilmu kebal itu musrik. Tidak boleh ya.
Kun.: Milik Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Seru Sekalian Alam. Menciptakan Alam Raya dan Segala isinya. Manusia wajib patuh kepada Tuhan-Nya, apapun jabatanmu dilarang sombong. Catet tuh dengan huruf kapital. Mengapa demikian umur manusia telah ditentukan batasnya seketika diciptakan “Kun”, lantas dilahirkan. Jadilah manusia berbudi bermanfaat seluas langit untuk insan kamil.
Kalau banyak punya ilmu pengetahuan bagikan kepada sesammu, tanpa pamrih sebab keilmuan itu milik Dat Ilahi, sementara di titipkan kepadamu. Jadilah guru alam terbaik, terindah, di sayang oleh banyak anak didikmu sebab engkau guru mulia, senantiasa berkah kemuliaan itu dihadirkan Ilahi untuk semua umatnya.
Hidup, bukan tawar menawar seperti pasar ikan asin.; Bertolt Brecht, melahirkan karya The Tree Penny Opera, dialogis pada lampau hingga kini. Cermin buram manusia ketika ia lupa bahwa hidup cuma titipan. Berbaikanlah pada sesama saling memberi pertolongan kepada siapapun membutuhkannya. Ulurkan tanganmu pada sesamamu tanpa pamrih. Sebagaimana mataair menjadi sungai menuju samudera lebih luas tak terhingga menguap memberi awan mendung lantas hujan.: Alhamdulilah.
Tuhan tidak berpolitik seperti manusia serba terbatas, sombong pula. Meski manusia selalu lupa pada batasnya, lantas sewenangwenang sok jadi diktator; lupa pada usia telah dibatasi Tuhannya. Nero, kaisar berkuasa sebatas itu kekuasaannya, mati dengan penyakit sederhana.
Hanya setitik bakteri atau virus bisa membunuh jutaan manusia, darimana datangnya bakteri-virus; ia tak semenamena datang lantas hadir begitu saja tanpa jembatan dari perbuatan manusia kurang elok tentunya, itupun kalau manusia mau menyadari segala miliknya adalah kelemahannya.
Lantas jadi manusia harus seperti apa dan bagaimanakah. Berbaikanlah pada alam semesta, di sana ada banyak hukum tanda-tanda Ilahi memberi ingatan, kewaspadaan, kehati-hatian; kemuliaan sebaiknya bersama menjaga keimanan pada Tuhannya juga pada sesamanya. Berpolitik silakan saja asal jangan cari untung untuk diri sendiri; itu namanya politikus pandir.
Berpolitik untuk mencapai kemaslahatan, bersama mengarungi kehidupan bernegara, bangsa, saling memahami, menjaga maklumat keimanan seluas-luasnya. Komitmen valid-bukan abalabal asal menyenangkan publik, setelahnya kembali kepada sikap kelompok merajalela autokrasi di balik tradisi korupsi eh halah walahkadalah. Semar bisa marah dia akan kentut di angkasa bubar ini alam raya.
Tafakur makrifat akidah dan akhlak. Tunduklah hanya pada Tuhanmu, tidak kepada yang lain. Jangan nyolong; korupsi di atas penderitaan rakyat. Harga bahan pokok naik terus; siapa akan bertanggung jawab pada hal ihwal sederhana itu.
***
Jakarta Indonesia, September 24, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.