Airin vs Koalisi Indonesia Maju

Bisakah Andrasoni Mengejar dan Airin Bertahan?

Oleh Uten Sutendy

Lingkaran Survei Indonesia (LSI) pada medio Agustus 2024 merilis hasil survey elektabilitas calon Gubernur Banten Airin Rachmi Diany head to head dengan Andrasoni. Hasilnya, Airin unggul jauh mencapai angka di atas 70 persen. Sementara Andrasoni hanya memperoleh 12 persen saja.

Sebelumnya, di bulan Juli 2024, saat  KPU belum menetapkan keduanya sebagai calon gubernur (cagub),  Litbang Kompas merilis hasil survey elektabilitas Airin hanya memperoleh di kisaran angka 38 persen. Itu angka yang cukup tinggi dibandingkan dengan perolehan dua mantan Gubernur Banten, Wahidin Halim dan Rano Karno, yang hanya memperoleh angka masing-masing 18 persen dan 16 persen.

Angka 70 persen lebih yamg diperoleh Airin tentu saja sangat signifikan, namun tidak terlalu mengagetkan.

Sepanjang bulan Juli dan Agustus 2024 Airin menjadi trending topik di hampir semua platform sosial media yang ada di tanah air.  Sejumlah peristiwa politik di seputar pribadi Airin dan keterlibatannya dengan dinamika yang terjadi di Partai Golkar, PDIP, dan Pilgub Banten telah menarik perhatian  publik.

Peristiwa pertama terkait dengan  sikap Golkar di Pilgub Banten. Apakah Golkar perlu memberikan rekomendasi atau tidak  kepada Airin mengingat Golkar sudah masuk ke dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) dimanai kebijakan politik Golkar soal pilgub dan pilkada harus sejalan dan berkoordinasi dengan kebijakan politik KIM yang saat itu sudah memutuskan Andrasoni-Dimyati sebagai Cagub-Cawagub Pilgub Banten.

Tarik menarik semakin seru dan mencapai puncaknya pada pertengahan Agustus saat Golkar memutuskan untuk tidak memberi rekomendasi kepada Airin. Sebuah keputusan kontraversial yang menimbulkan pro- kontra di kalangan para elite  Golkar.  Maklum Airin adalah salah satu kader terbaik. Beliau menjabat Ketua Bidang Perempuan DPP Golkar periode 2019-2024, Ketua DPD Partai Golkar Kota Tangsel dan pernah menjadi Walikota Tangsel selama dua periode.

Kedua, Airin berani “melawan” dan  bersikukuh terus maju menjadi Cagub Banten walau tanpa restu dari partai yang membesarkanya. Ia malah merapat ke Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) yang memperoleh peluang bisa mengajukan pasangan Cagub dan Cawagub tanpa harus berkoalisi setelah ada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengubah ketetapan ambang batas peserta pemilu.

Air mata Airin tampak berlinang di tengah -tengah kerumunan massa pendukungnya  ketika mendeklarasikan diri sebagai calon gubernur bersama Ade Sumardi lewat jalur  PDIP.  Peristiwa ini  mengagetkan publik.  Bagaimana mungkin seorang kader terbaik Golkar bisa masuk ke Kandang Banteng, satu satunya partai yang berada di luar KIM.  Sebagian elite  menganggap Airin terang-terangan   melawan Golkar dan  keputusan KIM.

Ketiga, Airin salah mengenakan warna busana ketika ikut rapat pimpinan PDIP dimana Ketua Umum Megawati  berpidato. Busana yang dikenakan Airin berwarna putih dengan motif garis-garis lurus warna merah dan kerudung berwarna merah. Rupanya itu motif warna busana yang salah di mata Megawati yang membuat sang ketua umum PDIP  “murka,” marah besar. Di hadapan para kader inti partai pemenang pemilu tersebut Megawati dengan suara lantang menegur Airin agar mengenakan busana warna hitam dan merah. Megawati juga memerintahkan agar Airin sungguh-sungguh ikut gerobong politik PDIP, bukan sekedar mau numpang atau nebeng.

Keempat, para elite Golkar merasa tersinggung. Megawati dianggap kurang etis memperlakukan kader terbaik Golkar. Dalam hitungan jam saja setelah peristiwa kemarahan Megawati kepada Airin,  Golkar mengubah sikap politiknya dan segera menarik Airin lagi ke dalam pelukan tubuh Golkar. Pada akhir Agustus Ketua Umum Golkar yang baru, Bahlil Lahadalia, mengeluarkan surat rekomendasi kepada mantan mojang priangan tersebut untuk ikut Pilgub.

Itulah rentetan peristiwa politik yang menjadi trending topik selama bulan  Juli -Agustus 2024 yang secara politik tentu saja menguntungkan kubu Airin-Ade. Sebab bersamaan dengan itu elektabilitas Airin pun terus naik.

Tentu bukan perkara karena hanya menjadi trending topik saja yang membuat elektabilitas Airin sampai hari ini  terus bertengger di atas. Ada sejumlah faktor potensial lain yang memperkuat.

Pertama, Airin masih memiliki pancaran pesona pribadi yang menarik perhatian publik. Selain sebagai seorang perempuan cantik yang memiliki segudang prestasi di bidang politik dan pemerintahan, juga sebagai perempuan yang  mengalami banyak tekanan. Secara psikologis tekanan demi tekanan yang di alami Airin telah membuat simpati dan empati publik terutama bagi kaum ibu-ibu.

Kedua, Airin adalah bagian dari keluarga dinasti politik Banten dimana keluarga besar ini memiliki jaringan pekerja relawan politik sangat kuat, berlapis, luas, dan solid. Efektivitas kinerja jaringan relawan boleh dibilang lebih kuat dan solid dibandingkan dengan kinerja mesin partai politik yang ada. Di bawah komando langsung TB. Chaeri Wardana (TCW) atau yang populer dipanggil Kang Wawan, keberadaan jaringan relawan bekerja di luar jalur dan pantauan partai politik pengusung. Loyalitas personal relawan terus-menerus dipelihara, dirawat dengan baik sepanjang waktu saat ada atau tidak ada pertarungan politik. Itu sebabnya para kandidat bupati, walikota, caleg, yang didukung oleh  keluarga politik Banten cenderung selalu unggul dan menang dalam banyak event pertarungan.

Namun demikian, semua itu bukanlah jaminan  bahwa perjalanan Airin menuju Banten Satu bakal berjalan mulus. Lawan politik Airin dan dinasti politik saat ini sangat berbeda. Bukan sedang berhadapan dengan sosok Andrasoni -Dimyati semata,, melainkan sedang melawan Koalisi Indonesia Maju (KIM), sebuah sistem dan mesin politik baru yang di dalamnya bergabung 10 partai peserta pemilu (Gerindra. PKS, Demokrat, Nasdem, PKB, PAN, PSI,  PPP. Garuda, dan Prima) dan didukung oleh kekuasaan nasional serta para dewa politik di Jakarta.

Selain itu, ada sejumlah alasan logis yang bisa membuat Airin kewalahan dan berpotensi bisa mengubah peta kekuatan politik di Banten dalam rentang waktu kurang lebih dua bulan ke depan.

Pertama, kalkulasi, hitung-hitungsn kekuatan partai politik berdasarkan perolehan kursi di parlemen. Airin -Ade hanya didukung oleh 28 kursi (gabungan perolehan kursi Golkar dan PDIP), sedangkan Andrasoni -Dimyati didukung oleh 72 kursi (gabungan dari 10 partai). Ke-10 partai politik yang tergabung di KIM Banten saat ini terlihat aktif bergerak masif ke seluruh penjuru wilayah Banten. Tiap moment kampanye Andrasoni-Dimyati selalu ramai, meriah didukung oleh se-abreg artis dan tokoh papan atas. Ribuan warga pun senahtiasa tumplek ruah di lapangan terbuka.

Kedua, KIM boleh dibilang identik dengan kekutan politik penguasa nasional (di dalamnya ada pengaruh Prabowo sebagai Ketua Umum Partai Gerindra dan sekaligus Presiden Terpilih), maka tidak menutup kemungkinan segala fasilitas dan perangkat politik negara dari tingkat atas sampai ke bawah secara tidak langsung, suka atau tidak suka, akan dimainkan untuk memenangkan Andrasoni-Dimyati.

Ketiga, di sisi lain, Partai Golkar yang kembali mendukung Airin, terkesan dan cenderung kurang maksimal memainkan roda mesin politiknya di lapangan. Mungkin karena partai beringin ini masih merasa eweuh pakeweuh. Kedua kakinya ada di dua tempat yang berbeda. Kaki kanan ada di kubu Airin dan kaki sebelah kiri ada di KIM sehingga efektivitasnya masih diragukan dalam memenangkan pertarungan.

Keempat, politik gagasan yang sedang dimainkan oleh KIM di Banten cukup cerdas. Menggunakan tagline “Tidak Korupsi” dan “Sekolah Gratis.” Tidak korupsi artinya sikap memperbaiki ke dalam agar tidak korupsi saat menang dan berkuasa. Ini adalah sindiran halus untuk dinasti politik Banten yang di masa kekuasaannya pernah mempunyai banyak cerita dan catatan  hukum terkait tindak pidana korupsi. Sementara tagline “Sekolah Gratis” adalah harapan bagi warga Banten yang sebagian besar sedang mengalami kesulitan membiayai pendidikan. Dalam hal politik gagasan, pihak Airin-Ade sepertinya kalah beberapa langkah. Sampai sekarang belum terlihat ada gagasan jitu dan cerdas atau tagline yang ditawarkan oleh kubu Airin-Ade kepada warga.

Kelima, secara tersirat KIM memiliki motif dan misi besar. Bukan sekedar ingin memenangkan pertarungan di Pilgub Banten, melainkan lebih dari itu ingin membuat Banten benar-benar terlepas dari kungkungan dinasti politik yang sudah berkuasa selama 23 tahun sejak Provinsi Banten berdiri.

Motivasi dan energy melawan dinasti politik  terasa sangat kuat,  menyentuh dan mengena kepada lapisan kelompok masyatakat kelas menengah terpelajar kota yang ingin melihat pola kekuasaan dan kepemimpinan di Provinsi Banten benar-benar bisa berubah.

Dengan catatan dan data-data yang digambarkan di atas, lalu apa yang akan terjadi esok?

Banyak orang termasuk saya berani  memprediksi bahwa dalam beberapa minggu ke depan pertarungan politik Pilgub di Banten akan lebih seru, tajam, dan sedikit panas, yang juga berpotensi besar bisa mengubah keadaan. Elektabilitas  Andrasoni-Dimyati akan cenderung naik secara signifikan. Sebaliknya elektabilitas Airin-Ade ada kemungkinan akan tergerus dan menurun.

Lalu siapa yang akan menjadi pemenang di akhir pertarungsn? Kita lihat saja apa yang akan terjadi berikutnya!

29 September 2024

Get the feeling.

**Uten Sutendy, pecinta Banten, tinggal di BSD City, Kota Tangsel.