60 Pemenang Blue Innovation Challenge yang diselenggarakan ASEAN, Jepang dan UNDP Indonesia resmi diumumkan! | IST
60 Pemenang Blue Innovation Challenge yang diselenggarakan ASEAN, Jepang dan UNDP Indonesia resmi diumumkan! | IST
JAKARTASATU.COM – ASEAN, Jepang, dan UNDP (9/10) resmi mengumumkan pemenang ASEAN Blue Innovation Challenge (ABIC), sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memajukan solusi ekonomi biru yang berkelanjutan di sepuluh negara ASEAN dan Timor-Leste. Diluncurkan pada April 2024, ABIC merupakan bagian dari ASEAN Blue Economy Innovation project yang didukung oleh Komite Koordinasi ASEAN untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan dilaksanakan oleh UNDP, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Jepang.
Inisiatif ini mengidentifikasi dan mendukung solusi inovatif dari sepuluh negara anggota ASEAN dan Timor-Leste yang mengatasi tantangan mendesak dalam ekosistem laut dan air tawar. Prakarsa ini menerima 1.341 proposal, dimana 60 pemenang telah dipilih oleh Komite Seleksi Bersama yang terdiri dari Satvinder Singh, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN untuk Masyarakat Ekonomi ASEAN; Kiya Masahiko, Duta Besar Jepang untuk ASEAN; dan Norimasa Shimomura, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia.
Ke-60 pemenang ini mewakili berbagai inovator, dan solusi mereka bertujuan untuk meningkatkan keberlanjutan dalam budidaya perairan, perikanan, dan pariwisata sekaligus mengatasi tantangan lingkungan yang lebih luas seperti perubahan iklim, limbah plastik, dan pengelolaan sumber daya air. Melalui inovasi teknologi, keterlibatan masyarakat, dan model pembiayaan baru, proyek inovasi ini berpotensi menghasilkan dampak lingkungan dan sosial yang positif di seluruh kawasan.
Salah satu informasi penting lainnya adalah inklusi gender. Dari 60 pemenang, 27 di antaranya (45%) dipimpin oleh perempuan, dengan total 125 anggota tim perempuan, melebihi jumlah anggota laki-laki yang berjumlah 116 orang.
Satvinder Singh, Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN mengatakan, “Proyek ini menandai tonggak penting dalam perjalanan kita menuju pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan. Dengan memberdayakan inovator lokal dan mendorong kolaborasi regional, kita tidak hanya mengatasi tantangan lingkungan yang mendesak tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi ASEAN. Saya ucapkan selamat kepada 60 pemenang yang solusinya berpotensi memperbaiki masa depan ekosistem laut dan air tawar kita. Saya yakin kemitraan yang terbentuk melalui inisiatif ini akan mendorong perubahan positif jangka panjang di seluruh kawasan ini.”

Dalam empat area fokus yang mencakup perikanan berkelanjutan, polusi plastik laut, pariwisata berkelanjutan, dan masalah iklim, para pemenang menekankan penggunaan kemajuan teknologi terkini di sektor biru untuk meningkatkan efisiensi dan pendekatan yang ramah lingkungan.

Dalam akuakultur presisi , misalnya, penerima penghargaan dari Brunei Darussalam, Malaysia, dan Republik Demokratik Rakyat Laos menggunakan kecerdasan buatan (AI) dan teknologi penyaringan air untuk mengoptimalkan budidaya ikan dan meningkatkan produksi lokal. Untuk menunjukkan sirkularitas dalam perikanan , penerima penghargaan dari Kamboja, Indonesia, dan Filipina mengubah limbah ikan dan udang serta rumput laut menjadi produk bernilai seperti pupuk, mikroalga, dan suplemen makanan, yang mempromosikan keberlanjutan sumber daya dan ketahanan masyarakat. Dalam bioteknologi , solusi seperti terapi fag (perawatan medis yang menggunakan virus yang menginfeksi dan membunuh bakteri untuk mengobati infeksi bakteri) dan penggunaan probiotik Bacillus untuk meningkatkan kesehatan atau mencegah penyakit dalam budidaya perikanan ─ bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ikan, sementara filter berbahan dasar rumput laut mengatasi polusi mikroplastik.
Penerima penghargaan dari Myanmar, Singapura, dan Vietnam berfokus pada solusi plastik, mengembangkan alternatif dari limbah pertanian, mengubah limbah plastik menjadi produk bernilai seperti furnitur dan bahan industri, serta memfasilitasi penerbitan kredit plastik dengan bekerja sama dengan UKM setempat. Dalam ekowisata , penerima penghargaan dari Thailand dan Timor-Leste menciptakan model pariwisata berkelanjutan yang melibatkan masyarakat lokal dalam konservasi dan pengelolaan limbah, yang mendorong dampak lingkungan dan sosial.
Duta Besar Jepang untuk ASEAN, Kiya Masahiko, mengatakan, “Saya yakin inisiatif ini menandai dimulainya kolaborasi baru antara Pemerintah Jepang dan semua mitra kami, untuk memajukan proyek-proyek terkait inovasi di ASEAN, kawasan Indo-Pasifik, dan sekitarnya. Jepang bangga menjadi pelopor pendekatan dan inisiatif baru ini serta mendorong inovasi berkelanjutan untuk ekonomi biru dan sektor-sektor terkait.”
Pengumuman ini juga menandai dimulainya program inkubasi selama enam bulan bagi 60 pemenang. Program ini dirancang untuk mendukung pengembangan solusi yang mereka usulkan di berbagai tahap implementasi bisnis, mulai dari pengujian dan pembuktian konsep hingga peningkatan skala dan komersialisasi, membekali mereka dengan perangkat untuk mengubah ide mereka menjadi solusi yang berdampak dan dapat diskalakan. Para pemenang juga berhak mendapatkan pendanaan hingga 40.000 Dolar AS bagi 60 inovator.
Norimasa Shimomura, Kepala Perwakilan UNDP Indonesia mengatakan, “Untuk membuka potensi sumber daya dan ekosistem laut dan air tawar kita, dua elemen kunci harus ditekankan: kerja sama dan kemitraan multilateral, seperti yang ditunjukkan proyek ini. Selain itu, teknologi dan inovasi sangat penting untuk mewujudkan potensi tersebut. Kawasan ini sangat dinamis, dengan lebih dari 70 juta UMKM, 6.000 perusahaan rintisan, dan setengah juta wirausahawan sosial. Entitas-entitas ini memiliki kapasitas untuk mendorong perubahan transformasional, dan kami hadir untuk mendukung kemajuan tersebut.”
Pada bulan Februari 2025, para pemenang akan berkumpul di Jakarta, untuk acara business matchmaking di mana mereka akan mempresentasikan inovasi mereka kepada calon investor dan mitra. Forum ini tidak hanya akan menghubungkan para inovator dengan peluang pendanaan, tetapi juga akan berfungsi sebagai platform untuk berbagi pengetahuan di antara para ahli ekonomi biru, pembuat kebijakan, dan donor, yang selanjutnya memperkuat ekosistem ekonomi biru yang berkelanjutan di ASEAN. |WAW-JAKSAT